Penyebaran Covid-19 varian Omicron tidak terelakkan. Potensi lonjakan kasus perlu diantisipasi fasilitas kesehatan dan masyarakat harus tetap disiplin protokol kesehatan serta menjalani vaksinasi.
Oleh
Ahmad Arif
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penularan Covid-19 varian Omicron di tingkat komunitas telah ditemukan di Indonesia dan menjadi alarm untuk lebih meningkatkan kewaspadaan. Sekalipun tingkat keparahan yang diakibatkan Omicron cenderung lebih rendah dibandingkan varian Delta, lonjakan kasus bisa menyebabkan fasilitas kesehatan kewalahan.
Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Wiku Adisasmito, dalam keterangan pers daring pada Selasa (28/12/2021), mengatakan, saat ini situasi Covid-19 di Indonesia masih terkendali. ”Selama 23 minggu berturut-turut kasus Covid-19 menurun hingga 99,6 persen,” katanya.
Jumlah kasus aktif juga hanya 0,4 persen dan positivity rate atau tingkat kepositifan hanya 0,07 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan saat puncak kedua Covid-19 pada Juli 2021 yang bisa mencapai 33,25 persen.
Menurut Wiku, angka kematian karena Covid-19 yang pernah mencapai 2.048 orang dalam sehari, pada Senin (27/12/2021) menjadi 8 orang dalam sehari. Bahkan, pernah 1 kematian pada 28 November 2021 lalu.
Meski demikian, Wiku mengingatkan, lonjakan kasus Covid-19 bisa terjadi jika kita lengah, apalagi ada faktor lain, seperti munculnya varian baru Omicron yang lebih menular sehingga sulit dikendalikan. ”Hal yang sulit saat ini adalah mencegah kenaikan kasus dan mempertahankan upaya pengendalian kasus yang seimbang dengan aktivitas masyarakat,” katanya.
Transmisi lokal Omicron sulit untuk dihindari sekalipun upaya pembatasan melalui karantina telah dilakukan.
Menurut Wiku, kasus Omicron sudah terdeteksi di 115 negara dengan total kasus lebih dari 84.000. Inggris menjadi negara yang memiliki kasus Omicron paling tinggi dan peningkatan juga terjadi di Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis, melebihi negara awal ditemukannya varian ini, yaitu di Afrika Selatan. ”Di Indonesia, sekarang sudah 47 kasus, mayoritas WNI (warga negara Indonesia) pelaku perjalanan internasional dengan tanpa gejala atau gejala ringan,” katanya.
Transmisi lokal
Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi mengumumkan adanya transmisi lokal varian Omicron di Indonesia. Artinya, varian ini telah menular di tingkat populasi yang tidak memiliki riwayat perjalanan atau kontak dengan pelaku perjalanan internasional dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut Nadia, kasus pertama yang terdeteksi ini merupakan laki-laki usia 37 tahun asal Medan, Sumatera Utara yang tengah berada di Jakarta. ”Pasien dan istri tinggal di Medan dan sebulan sekali ke Jakarta,” kata Nadia.
Berdasarkan riwayat perjalanannya, pasien tiba di Jakarta pada 6 Desember dan tinggal di apartemen di Jakarta Utara. Salah satu kegiatan yang terdeteksi, pada tanggal 17 Desember dia mengunjungi salah satu restoran di Sudirman Central Business District (SCBD) Jakarta.
Berikutnya, pada 19 Desember pasien melakukan tes antigen sebagai syarat perjalanan kembali ke Medan dan hasilnya positif Covid-19. Pemeriksaan menggunakan PCR-SGTF pada tanggal 20 Desember 2021 juga positif sehingga dilakukan pemeriksaan sekuens seluruh genom (WGS). ”Konfirmasi Omicron didapatkan dari laboratorium GSI (Genomik Solidaritas Indonesia) pada 26 Desember,” kata Nadia.
Nadia menambahkan, pasien saat ini sudah diisolasi di Rumah Sakit Sulianti Saroso. ”Dinkes Jakarta sudah berkoordinasi dengan para pihak untuk melacak di SCBD dan sekitar tempat tinggal pasien serta tempat-tempat lain yang jadi kegiatan yang bersangkutan,” kata dia.
Menurut Nadia, kondisi pasien tidak bergejala dan sempat menolak dievakuasi dari apartemennya. Sementara istrinya dinyatakan negatif. ”Ini kasus pertama transmisi lokal, karena itu kami berupaya meminimalkan penularan dan RS Sulianti Saroso punya fasilitas terbaik dan lebih ketat sehingga tidak dikarantina di Wisma Atlet sambil mempelajari gejala klinis lebih lanjut,” kata dia.
Dengan tambahan satu pasien transmisi lokal ini, kasus Omicron di Indonesia menjadi 47 kasus. Sebanyak 44 kasus berasal dari pelaku perjalanan dari luar negeri, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Adapun dua kasus merupakan pekerja kebersihan dan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet yang diduga tertular dari pasien yang dikarantina di sana.
Tingkat kekebalan
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, mengatakan, transmisi lokal Omicron sulit untuk dihindari sekalipun upaya pembatasan melalui karantina telah dilakukan. ”Lonjakan kasus masif mungkin tidak terjadi sekalipun ada transmisi lokal Omicron,” kata Iwan.
Menurut Iwan, tingginya infeksi yang dialami masyarakat di Indonesia saat gelombang Covid-19 sebelumnya bisa membantu menurunkan risiko penularan, selain juga cakupan vaksinasi yang sudah 40 persen untuk suntikan kedua. ”Banyak penduduk kita yang sudah dapat booster, satu kali dari infeksi dan dua kali dari vaksinasi,” kata dia.
Iwan menambahkan, mengacu data terbaru di London, tingkat keparahan dan kematian yang disebabkan varian Omicron lebih rendah dibandingkan varian Delta maupun Alfa. Pasien yang butuh perawatan di rumah sakit karena Omicron sekitar 60 persen lebih rendah dibandingkan akibat Delta. Dibandingkan Delta, keparahannya 58 persen lebih rendah dan kematian 85 persen lebih rendah.
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama mengingatkan, kita harus tetap bersiap menghadapi lonjakan kasus. Sekalipun tingkat keparahan akibat varian Omicron dianggap lebih rendah, lonjakan kasus yang tidak terkendali bisa membuat fasilitas kesehatan kewalahan sehingga risiko kematian akan meningkat lagi.
Oleh karena itu, fasilitas kesehatan mulai dari pelayanan kesehatan primer, seperti puskesmas, sampai ke rumah sakit harus diperkuat sekarang. Penguatan meliputi aspek tenaga kesehatan, ruang rawat, obat, oksigen, alat kesehatan, sistem informasi, serta sistem rujukan.
Selain itu, pembatasan perlu diperketat agar varian ini tidak semakin menyebar luas. ”Jadi, kegiatan tes dan lacak harus dilakukan maksimal, mungkin seperti yang dilakukan pada Juni dan Juli 2021 yang lalu. Penggunaan aplikasi Peduli Lindungi untuk telusur (tracing) seperti di luar negeri juga harus dilakukan,” kata dia.
Adapun masyarakat luas harus tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, apalagi di masa liburan akhir tahun seperti sekarang. ”Kalau ada kecurigaan kontak, segera memeriksakan diri, jangan malah takut ketahuan positif,” kata dia.
Tjandra juga mengingatkan, untuk yang positif agar memberitahu semua orang yang pernah kontak dalam beberapa hari terakhir agar mereka memeriksakan diri. ”Mereka yang belum diimunisasi lengkap segeralah divaksin,” katanya.