Kompetensi Periset Biologi Molekuler Eijkman Akan Diperkuat
BRIN akan menyediakan alat dan infrastruktur riset untuk mengembangkan kompetensi periset Eijkman. Para periset juga dapat merekrut sumber daya manusia dengan kualifikasi minimal S-3 sebanyak-banyaknya.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Manajemen dan pengelolaan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang berdiri sejak 1888 telah resmi dilebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional. Peleburan manajemen hingga penyediaan dan peningkatan infrastruktur riset biologi molekuler ini diyakini dapat meningkatkan kompetensi para periset Eijkman.
Pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bertujuan menyinergikan semua lembaga riset di dalam negeri, tak terkecuali Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman. Perubahan manajemen LBM Eijkman menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN sudah dilakukan sejak September. Namun, acara simbolis serah terima manajemen baru dilakukan pada Selasa (28/12/2021) di Auditorium LBM Eijkman, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
”Salah satu prioritas BRIN adalah melembagakan Eijkman sehingga secara struktural menjadi resmi dan sah menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Karier para periset Eijkman juga akan lebih terjamin karena telah masuk ke jabatan fungsional peneliti,” ujar Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara serah terima manajemen baru Eijkman tersebut.
Akuntabilitas hingga profesionalisme harus tetap dipegang karena budaya riset harus terus dikembangkan.
Handoko mengemukakan, peleburan Eijkman ke dalam BRIN merupakan salah satu upaya meningkatkan budaya riset di dalam negeri yang masih rendah. Peleburan juga tidak terlepas dari belum adanya riset kesehatan secara tradisional di BRIN.
Menurut Handoko, proses kelembagaan di BRIN saat ini masih terus dilakukan. Nantinya, BRIN akan membuat Organisasi Riset Kesehatan yang menjadi tempat naungan riset molekuler Eijkman. Semua perubahan ini diyakini dapat meningkatkan budaya riset.
Guna memperkuat budaya riset di Eijkman, Handoko juga meminta periset dapat merekrut sumber daya manusia dengan kualifikasi minimal S-3. Para calon periset muda tersebut bisa berasal dari pendidikan magister menuju doktor untuk sarjana unggul (PMDSU), program doktor berbasis riset, maupun diaspora.
Selain itu, gedung riset Eijkman yang selama ini berada di RSCM akan dipindah ke Gedung Genomik di Cibinong Science Center (CSC). Pemindahan ini dilakukan karena fasilitas di RSCM merupakan milik Kementerian Kesehatan. BRIN juga akan menyediakan alat atau infrastruktur riset baru yang tidak mungkin dipindahkan dari tempat lama seperti laboratorium biosafety level 3 (BSL-3).
”Saya pastikan para periset di Eijkman bisa memiliki peluang untuk semakin memperkuat kompetensinya dan ini hal yang paling krusial. Sebab, kompetensi periset ini akan menjaga eksistensi Eijkman. Alat dan infrastuktur akan disediakan, tetapi dengan catatan tidak untuk sendiri dan mau berbagi,” ungkapnya.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Yan Rianto mengatakan, seluruh proses pemindahan infrastruktur akan mulai dilakukan pada Januari 2022. Tahun depan BRIN juga fokus membangun infrastruktur riset kesehatan seperti animal BSL-3 di Cibinong dan fasilitas uji klinis vaksin.
”Terkait akses terhadap laboratorium ini, Gedung Genomik memang khusus untuk periset dengan dilengkapi co-working space (ruang kerja bersama) sehingga tidak dapat diakses oleh sembarang orang. Jadi, hanya yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang dapat menggunakan peralatan di Gedung Genomik,” tuturnya.
Integritas riset
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman 2014-2021 Amin Soebandrio mengatakan, adanya perubahan manajemen memang akan berdampak terhadap sejumlah penyesuaian. Namun, diharapkan para peneliti di Eijkman tidak berhenti berkiprah di bidang biologi molekuler. Sebab, hal paling utama yang menentukan keberhasilan penelitian bukan fasilitas, melainkan sumber daya manusia.
”Di mana pun kita berkiprah harus tetap melaksanakan integritas riset. Akuntabilitas hingga profesionalisme harus tetap dipegang karena budaya riset harus terus dikembangkan. Bersyukur Lembaga Eijkman sejak didirikan sudah mengembangkan budaya riset,” katanya.
Ia menambahkan, kegiatan penelitian yang bersifat strategis membutuhkan peralatan dan infrastruktur khusus yang tidak bisa sembarang digunakan oleh orang lain tanpa kualifikasi dan kompetensi. Oleh karena itu, peralatan dan infrastruktur tersebut perlu dijamin keamanan dan sterilisasinya meski dalam keadaan tidak digunakan oleh peneliti.
”Kami merencanakan suatu ruangan pembeku terintegritas yang hanya bisa diakses oleh peneliti tersebut. Hal ini untuk mencegah kerusakan atau kehilangan sampel penelitian. Sebab, sampel memiliki nilai yang sangat strategis dalam penelitian,” ucapnya.