Omicron Diduga Masuk Indonesia sejak Akhir November
Salah satu pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet sejak 27 November 2021 terduga terinfeksi Omicron atau dua minggu sebelum kasus pertama terkonfirmasi.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelacakan oleh Kementerian Kesehatan menemukan, salah satu pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet sejak 27 November 2021 terduga terinfeksi Omicron atau dua minggu sebelum kasus pertama terkonfirmasi. Sejauh ini Indonesia telah mengonfirmasi 3 kasus positif Omicron dan 14 kasus terduga atau probable.
Data Kementerian Kesehatan pada Minggu (19/12/2021) menunjukkan, Indonesia telah mengonfirmasi tiga kasus Covid-19 yang membawa varian Omicron. Selain itu, 14 orang terduga Omicron berdasarkan hasil pemeriksaan SGTF (S gene target failure). Pemeriksaan SGTF, disebut juga drop out gen S, adalah ketika gen S tidak terdeteksi dengan polimerase rantai ganda (PCR) yang menjadi penanda infeksi Omicron.
Kasus pertama terkonfirmasi pada 15 Desember dari sampel pekerja Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet berinisial ”N” yang sampelnya diambil sejak 8 Desember dan dianalisis dengan whole genome sequencing (WGS) pada 12 Desember. Sampai sekarang belum diketahui siapa penular Omicron ke pekerja di RSDC Wisma Atlet ini.
Pelacakan terhadap riwayat kontak N telah diperiksa 169 sampel, 83 di antaranya dipastikan non-Omicron dan 5 negatif. Sedangkan 76 lainnya masih dicari spesimennya untuk uji SGTF.
Pelacakan yang dilakukan juga menemukan, kasus terduga Omicron sekitar dua minggu lebih awal sebelum ditemukannya kasus N. Pasien terduga Omicron ini merupakan pelaku perjalanan dari Nigeria dan telah dirawat di RSDC Wisma Atlet pada 27 November hingga 8 Desember 2021.
Pada 28 November, spesimen pasien ini sudah dianalisis dengan WGS, tetapi gagal karena nilai CT 38 atau terlalu tinggi. Pemeriksaan ulang oleh Litbang Kemenkes pada 18 Desember dengan SGTF menunjukkan pasien terduga Omicron.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, yang dikonfirmasi, mengatakan masih akan mengecek perkembangan terbaru.
Safarina G Malik, peneliti senior di Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman-BRIN, mengatakan, WGS tidak bisa dilakukan jika CT di atas 30. ”CT tinggi artinya virusnya sudah sedikit atau rendah sehingga susah untuk diurutkan genomnya. Analisis WGS membutuhkan seluruh materi genetik virus,” katanya.
Sementara itu, dua kasus Omicron terkonfirmasi pada 17 Desember, berasal dari warga negara Indonesia yang baru pulang dari luar negeri dan dikarantina di RSDC Wisma Atlet. Satu orang pulang dari Belanda transit Singapura dan tiba di Jakarta pada 10 Desember 2021. Adapun lainnya dari London via Doha dan tiba di Jakarta pada 14 Desember lalu.
CT tinggi artinya virusnya sudah sedikit atau rendah sehingga susah untuk diurutkan genomnya. Analisis WGS membutuhkan seluruh materi genetik virus.
14 terduga Omicron
Data Kemenkes menunjukkan, dari 14 kasus terduga Omicron, tiga di antaranya merupakan warga negara China yang dikarantina di Manado. Saat ini sampel dari ketiganya masih dianalisis dengan WGS. Dua kasus terduga lainnya merupakan pelaku perjalanan dari Malaysia dan dikarantina di Aruk, Kalimantan Barat, dan dua orang dari London yang dikarantina di Jakarta.
Tujuh kasus terduga Omicron lainnya merupakan pelaku perjalanan dari Malaysia yang diambil sampelnya pada 18 Desember. Mereka dikarantina di Entikong, Kalimantan Barat.
Kementerian Kesehatan juga melacak 169 pasien di RSDC Wisma Atlet, semuanya warga negara Indonesia. Sebanyak 40 orang masih dirawat dan 129 sudah pulang. Hasil WGS menunjukkan, 5 orang negatif, 88 non-Omicron, 51 tidak ada spesimen, 24 gagal karena CT value atau nilai ambang tinggi, dan 1 masih dikerjakan.