Peredaran galur Delta dan Omicron mendorong sejumlah negara mulai memvaksinasi anak usia 5-11 tahun. Berbagai vaksin digunakan. Namun, semua telah diuji klinis terhadap anak-anak dan dinyatakan aman.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·5 menit baca
Selasa (14/12/2021) lalu, Pemerintah Indonesia resmi memulai vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun. Jenis vaksin yang digunakan adalah vaksin Sinovac atau jenis lain yang sudah mengantongi izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin Sinovac digunakan karena memiliki kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) kecil dibandingkan dengan vaksin lain.
Selama ini, anak-anak dan remaja menunjukkan gejala infeksi SARS-CoV-2 yang lebih ringan dibandingkan dengan orang dewasa. Gejala yang lebih ringan, bahkan tak bergejala (asimtomatik) membuat mereka lebih jarang mencari perawatan, lebih jarang dites, sehingga kasus tak terlaporkan. Meski tanpa gejala, mereka bisa menularkan kepada orang lain.
Tidak berarti anak aman dari Covid-19. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, sejak 30 Desember 2019 hingga 25 Oktober 2021, kasus Covid-19 pada anak di bawah usia lima tahun mencapai 2 persen (1.890.756 kasus) dari kasus global yang dilaporkan dengan 0,1 persen (1.797) dari kematian global. Anak usia 5-14 tahun menyumbang 7 persen (7.058.748) dari kasus global dan 0,1 persen kematian. Adapun kasus di kelompok usia 15-24 tahun ada 15 persen (14.819.320) dari kasus global dengan 0,4 persen (7.023) kematian.
Anak-anak dan remaja dapat mengalami gejala klinis yang berkepanjangan (long Covid-19) serta gejala sisa akut dari infeksi SARS-CoV-2. Sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat melaporkan ada anak dan remaja yang mengalami sindrom peradangan multisistem (MIS-C).
Menurut WHO, anak-anak dan remaja dapat mengalami gejala klinis yang berkepanjangan (long Covid-19) serta gejala sisa akut dari infeksi SARS-CoV-2. Sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat melaporkan ada anak dan remaja yang mengalami sindrom peradangan multisistem (MIS-C), suatu kondisi di mana berbagai bagian tubuh meradang, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan, akibat respons imun terkait dengan Covid-19. Kasus serupa dilaporkan di Indonesia.
Melindungi anak
Vaksinasi penting untuk melindungi. Peredaran galur baru, Delta dan Omicron, meningkatkan infeksi pada anak-anak dan remaja. Hal itu mendorong sejumlah negara memvaksinasi anak-anak.
Kuba, menurut kantor berita AP, mulai memvaksinasi anak usia 2-10 tahun menggunakan vaksin produksi mereka sendiri, Soberana, sejak pertengahan September.
Pada Oktober 2021, lembaga pemberi saran ilmiah pada WHO, Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS), menyatakan, pada semua kelompok umur, manfaat vaksin mRNA dalam mengurangi rawat inap dan kematian akibat Covid-19 lebih besar daripada risikonya.
Sebagian besar vaksin Covid-19 disetujui untuk digunakan pada orang berusia 18 tahun ke atas. Namun, kini makin banyak vaksin diizinkan untuk anak-anak. Beberapa negara memberikan EUA untuk vaksin mRNA pada kelompok usia remaja (12-17 tahun), seperti BNT162b2 dari Pfizer-BioNTech, dan mRNA 1273 dari Moderna.
Pada 29 Oktober 2021, Administrasi Makanan dan Obat (FDA) AS mengumumkan pemberian EUA bagi vaksin Pfizer-BioNTech untuk digunakan pada anak usia 5-11 tahun. Sebelumnya, Juni 2021, Pemerintah China menyetujui vaksin Corona-Vac dari Sinovac dan BBIBP-CorV dari Sinopharm untuk usia 3-17 tahun setelah dilakukan uji klinis pada kelompok usia itu.
Menurut Bloomberg, Rabu (15/11), China merencanakan, akhir tahun ini semua anak usia 3-17 tahun sudah divaksinasi dua dosis. Vaksin produksi China juga mendapat EUA untuk digunakan pada usia 3 tahun ke atas, antara lain di Uni Emirat Arab, Argentina, dan Chile.
Vaksin berbasis DNA, ZyCoV-D, dari Zydus Cadila disetujui Pemerintah India untuk vaksinasi pada usia 12 tahun ke atas. Seamentar Covaxin, vaksin inaktif adjuvan yang dikembangkan Bharat Biotech, disetujui untuk usia 12-17 tahun. Sejauh ini, India belum melakukan vaksinasi untuk anak di bawah 18 tahun.
Sebagian besar vaksin di atas sudah masuk daftar penggunaan darurat (EUL) WHO untuk dewasa, tetapi belum mendapatkan EUL untuk anak-anak.
Pada kelompok usia 5-17 tahun, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) hanya merekomendasikan vaksin Pfizer-BioNTech. Adapun untuk usia 18 tahun ke atas boleh memilih Pfizer-BioNTech, Moderna, atau Johnson & Johnson/Janssen.
Vaksinasi pada anak dilakukan karena di AS, hingga pertengahan Oktober 2021, ada 8.300 kasus rawat inap dan sekitar 100 kematian terkait dengan Covid-19 pada anak usia 5-11 tahun. Lebih dari 2.300 kasus MIS-C dilaporkan dan Covid-19 menempati urutan 10 besar penyebab kematian pada kelompok usia itu.
Sebelum merekomendasikan vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak, para ilmuwan melakukan uji klinis dengan ribuan anak. Hasilnya, tidak ada masalah keamanan serius yang teridentifikasi. Di antaranya, Emmanuel B Walter dari Clinical Research Pickett Road Duke Human Vaccine Institute, Kawsar R Talaat dari Universitas Johns Hopkins yang melakukan penelitian multisenter bersama tim dari AS, Polandia, Finlandia dan Spanyol.
Hasil uji klinis dilaporkan di The New England Journal of Medicine, 9 November 2021. Vaksinasi dua dosis BNT162b2 (Pfizer-BioNTech) masing-masing 10 mikrogram yang diberikan dengan interval 21 hari terbukti aman, imunogenik (menghasilkan respons kekebalan tubuh), dan manjur pada anak berusia 5-11 tahun. Uji klinis fase 2-3 dilakukan pada 2.268 anak.
Efek samping
Menurut CDC, efek samping vaksin merupakan tanda normal bahwa tubuh sedang membangun kekebalan terhadap virus. Efek samping umumnya berupa nyeri, kemerahan, atau pembengkakan di tempat suntikan. Selain itu, bisa sakit kepala, nyeri otot, kedinginan, demam, atau mual. Namun, hal itu akan hilang dalam beberapa hari. Yang penting, selama itu anak tidak melakukan kegiatan berat.
Kasus miokarditis (radang otot jantung) dan perikarditis (radang selaput jantung) dilaporkan pada anak usia 12-17 tahun setelah vaksinasi Pfizer-BioNTech, tetapi sangat jarang terjadi, yakni 54 kasus per juta dosis. Umumnya sembuh setelah mendapat perawatan. Menurut para dokter, risiko itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan risiko miokarditis dan perikarditis akibat Covid-19.
Vaksin Pfizer-BioNTech juga disetujui di Kanada, Inggris, Selandia Baru, dan Singapura bagi anak usia 5-11 tahun. Juga direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat Eropa (EMA). Dosis bagi anak-anak lebih rendah (10 mikrogram) dibandingkan dengan remaja dan orang dewasa (30 mikrogram). Departemen Kesehatan Australia mengumumkan akan memvaksinasi anak usia 5-11 tahun dengan vaksin Pfizer-BioNTech mulai 10 Januari 2022.
Selain menjaga anak-anak agar tidak mengalami gejala parah jika tertular SARS-CoV-2, vaksinasi juga membantu melindungi anggota keluarga yang belum cukup usia untuk divaksinasi atau anggota keluarga yang mungkin berisiko lebih tinggi mengalami gejala parah jika terinfeksi.
Yang pasti vaksinasi Covid-19 secara luas penting untuk mengurangi penularan dan mutasi virus serta melindungi semua orang dari komplikasi terkait dengan Covid-19. Anak-anak dan remaja yang mendapat vaksinasi lengkap lebih aman melakukan berbagai kegiatan, seperti sebelum pandemi, termasuk bermain, bersekolah, berolahraga, atau kegiatan lain. Tentu saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan untuk meningkatkan pencegahan penularan.