Proses Evakuasi Korban Erupsi Gunung Semeru Terkendala Kondisi Tanah yang Masih Panas
Korban jiwa dari erupsi Gunung Semeru tercatat 34 orang. Proses evakuasi dan pencarian korban menemui kendala, yakni kondisi tanah yang masih panas.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hingga Selasa (7/12/2021), korban jiwa dan materi akibat erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terus mengalami penambahan. Korban jiwa tercatat 34 orang, 22 orang hilang, dan 22 orang luka berat. Kondisi tanah yang masih panas menjadi kendala dalam proses evakuasi dan pencarian korban.
”Sebanyak 5.205 rumah terdampak dan data pengungsi sampai saat ini tercatat 4.250 orang yang tersebar di beberapa tempat, seperti sekolah, masjid, dan balai desa, termasuk rumah penduduk lainnya,” ujar Komandan Posko Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru Kolonel infanteri Irwan Subekti dalam konferensi pers secara daring, Selasa malam.
Berdasarkan data Posko Tanggap Darurat, total wilayah yang terdampak 10 kecamatan dan 17 desa. Sebaran titik pengungsian di Kabupaten Lumajang berada di Kecamatan Pronojiwo (9 titik), Candipuro (6 titik), Pasirian (4 titik), Lumajang (8 titik), Tempeh (6 titik), Sumberseko (5 titik), Sukodono (4 titik), dan Yosowilangun (1 titik). Sementara pengungsian di Kabupaten Malang terdapat di satu titik.
Irwan memastikan akses seluruh lokasi yang terdampak erupsi masih bisa dijangkau tim gabungan dan tidak ada lagi daerah atau kawasan yang terisolasi. Namun, proses evakuasi dan pencarian korban masih terkendala kondisi tanah yang masih panas.
Irwan menyatakan, proses pencarian korban masih terus dilakukan tim gabungan. Jangka waktu pencarian ini direncanakan dilakukan selama satu minggu sejak erupsi terjadi yang dimulai sejak pagi hingga sore hari dengan memperhatikan situasi cuaca.
”Untuk pencarian ke depan, kami mengoptimalkan proses secara manual dari penglihatan dan penciuman. Kami juga menggunakan alat berat untuk pencarian korban di lokasi tempat masyarakat tinggal. Besok pencarian masih fokus di Curah Kobokan,” katanya.
Hingga Selasa, pantauan langsung tim tanggap darurat menunjukkan situasi di lereng Gunung Semeru masih terjadi peningkatan aktivitas, yakni dua kali gempa letusan dengan durasi gempa 55-125 detik dan potensi lahar dari mulut gunung. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menginformasikan terjadi 7 kali gempa guguran dengan durasi 50-120 detik.
PVMBG meminta masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer (km) dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 km arah bukaan kawah di sektor tenggara hingga selatan. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi secara bertahap.
Selain itu, masyarakat juga diminta menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi. Masyarakat juga perlu mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Hal tersebut mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan, dari aspek prasarana listrik, Perusahaan Listrik Negara (PLN) melaporkan terdapat satu penyulang dan 112 gardu distribusi yang terdampak erupsi Semeru. Namun, penyulang dan 112 gardu distribusi tersebut sudah selesai diperbaiki dan telah kembali berfungsi normal.
PLN juga melaporkan 30.523 pelanggan tedampak erupsi. Dari jumlah tersebut, PLN telah memperbaiki listrik untuk 28.041 pelanggaran dan 2.482 pelanggan lainnya masih padam. Daerah yang padam masih belum dapat dinyalakan karena zona tersebut dinilai masih belum aman dan mayoritas kondisi rumah telah rusak khususnya di Dusun Supit Urang serta Curah Kobokan.