Tingkatkan Kesadaran Pencegahan Diabetes melalui Teknologi Informasi
Teknologi informasi diharapakan bisa lebih dimanfaatkan untuk mendukung upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit di masyarakat termasuk dalam mengendalikan penyakit tidak menular seperti diabetes.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Kesadaran masyarakat untuk mencegah dan mendeteksi dini penyakit diabetes perlu ditingkatkan. Edukasi serta promosi kesehatan pun harus lebih masif dilakukan lewat berbagai cara, termasuk dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Penguatan upaya promotif dan preventif dalam penanggulangan diabetes semakin penting karena tingginya prevalensi penyakit tersebut di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar mencatat, prevalensi diabetes melitus (DM) berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur di atas 15 tahun naik dari 1,5 persen pada 2013 menjadi 2 persen pada 2018. Dari data International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas juga menunjukkan, jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada 2021.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Arianti Anaya di sela-sela acara ”Health Business Gathering 2021” di Nusa Dua, Badung, Bali menuturkan, pemerintah telah menetapkan enam transformasi sistem kesehatan pada 2021-2024. Itu meliputi transformasi layanan kesehatan primer, layanan kesehatan rujukan, ketahanan sistem kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya kesehatan, serta teknologi kesehatan. Seluruh target transformasi tersebut diharapkan bisa turut memperkuat upaya preventif dan promotif.
”Kita tahu beban penyakit tidak menular kita cukup tinggi, seperti penyakit diabetes. Banyak kasus diabetes tidak terdeteksi karena kesadaran yang minim. Lewat transformasi ini diharapkan bisa turut mendukung upaya tersebut, termasuk dalam penguatan upaya preventif,” ujarnya.
Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Ketut Suastika menambahkan, mencegah diabetes dan komplikasinya serta diagnosis dan memantau kadar gula darah secara mandiri merupakan komponen yang sangat penting dalam mengendalikan penyakit diabetes. Akan tetapi, kesadaran yang masih minim serta adanya misinformasi terkait diabetes menjadi kendala.
”Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap diabetes masih menjadi tantangan utama yang menyebabkan semakin tingginya jumlah orang diabetes yang tidak terdiagnosis. Akibatnya, kadar glukosa darah menjadi tidak terkontrol dan menimbulkan berbagai komplikasi,” tuturnya.
Arianti menambahkan, kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi persoalan kesehatan di Indonesia terus diperkuat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan semakin banyak pihak yang terlibat, jangkauan layanan di masyarakat bisa semakin luas.
Adapun salah satu kerja sama yang dilakukan, yakni melalui pengembangan layanan chatbot pada aplikasi Whatsapp yang disebut Tanya Gendis. Layanan yang memiliki singkatan tanya Cegah dan Kendali Diabetes ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Denmark dan perusahaan farmasi Novo Nordisk. Kerja sama ini direncanakan akan berlangsung hingga 2024.
Kita tahu beban penyakit tidak menular kita cukup tinggi, itu seperti penyakit diabetes. Banyak kasus diabetes tidak terdeteksi karena kesadaran yang minim.
Pada aplikasi ini masyarakat dapat mengakses berbagai informasi mengenai diabetes, seperti tipe dan macam diabetes, faktor risiko diabetes, diagnosis diabetes, aktivitas fisik untuk penyandang diabetes, serta pengecekan risiko diabetes. Untuk mendapatkan informasi tersebut, masyarakat dapat menghubungi nomor 081280005858 melalui aplikasi Whatsapp.
Vice President & General Manager Novo Nordisk Indonesia Anand Shetty menuturkan, layanan edukasi Tanya Gendis diharapkan dapat meningkatkan edukasi masyarakat mengenai diabetes. Selain itu, kualitas hidup masyarakat, termasuk pada penderita diabetes juga bisa ditingkatkan.
”Penyebaran informasi melalui berbagai platform merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi digital. Informasi yang tersedia dalam chatbot akan mendorong gaya hidup yang lebih sehat sekaligus mengedukasi masyarakat agar mampu menilai risiko diabetes secara mandiri,” tuturnya.
Berbagai pengembangan pun masih akan dilakukan. Nantinya, jika pengguna diketahui memiliki risiko diabetes, pengguna akan diarahkan untuk datang ke layanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.