Komunikasi Risiko Tentukan Keberhasilan Penanganan Pandemi
Komunikasi risiko menentukan keberhasilan pengendalian pandemi Covid-19 di masyarakat. Berbagai perbaikan pun perlu dilakukan karena pandemi belum berakhir.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komunikasi dinilai menjadi kunci untuk mendukung pengendalian pandemi Covid-19 yang optimal. Komunikasi tersebut tidak hanya dari pemerintah kepada masyarakat, tetapi juga antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Ketua Komisi Kebudayaan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Amin Abdullah mengatakan, selama hampir dua tahun pandemi Covid-19 berlangsung di Indonesia, komunikasi risiko yang dijalankan pemerintah belum terbangun dengan baik. Berbagai pendekatan perlu dilakukan agar penanganan pandemi optimal, termasuk untuk mengantisipasi gelombang ketiga pandemi Covid-19.
”Besar kemungkinan gelombang ketiga akan datang jika masyarakat tidak waspada dan justru lengah mematuhi protokol kesehatan. Komunikasi pemerintah, tokoh masyarakat, dan pihak lain perlu dibangun lebih baik untuk mendukung implementasi kebijakan,” ujarnya dalam diskusi daring terkait buku Ragam Perspektif Dampak Covid-19, Seri-3, di Jakarta, Selasa (30/11/2021).
Anggota Komisi Bidang Kebudayaan AIPI yang juga Guru Besar Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Yunita Triwardani Winarto, mengutarakan, komunikasi yang baik juga dapat memberi pengetahuan yang komprehensif kepada masyarakat. Sebagai contoh, pengetahuan terkait penggunaan masker.
Berdasarkan pengalaman yang ia dapatkan, masih ada warga yang tidak tahu kegunaan masker. Pemakaian masker hanya dipahami sekadar sebagai kewajiban untuk mencegah penularan Covid-19. Namun, pemahaman lebih lanjut mengenai masker untuk menutup mulut dan hidung yang menjadi pintu masuk penularan virus penyebab Covid-19 tidak diketahui secara utuh.
Menurut Yunita, pendekatan budaya menjadi langkah tepat untuk memaksimalkan komunikasi risiko. Kehidupan manusia tidak terlepas dari norma-norma budaya. Berbagai perubahan yang harus dilakukan jadi lebih mudah diterima jika disampaikan dengan pendekatan budaya. ”Strategi budaya itu menjadi keniscayaan, tetapi justru kerap dilupakan,” ucapnya.
Dampak pandemi
Amin menuturkan, pandemi Covid-19 berdampak pada sebagian besar aspek kehidupan masyarakat. Dampak tersebut tidak hanya menyangkut aspek kesehatan, tetapi juga ekonomi, sosial, budaya, serta hukum dan politik. Oleh karena itu, penanganan pandemi butuh kerja sama lintas disiplin keilmuan. Strategi yang dijalankan juga kompleks.
Besar kemungkinan gelombang ketiga akan datang jika masyarakat tidak waspada dan justru lengah dalam mematuhi protokol kesehatan.
Meski begitu, Guru Besar Bidang Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (UGM) Adi Utarini menyampaikan, pandemi Covid-19 telah memberikan pembelajaran bagi semua negara, termasuk Indonesia. Pandemi ini menegaskan kecepatan dan ketepatan mendeteksi dan merespons situasi amat diperlukan. Kebutuhan akan kemandirian obat, vaksin, dan alat kesehatan pun semakin disadari.
Selain itu, pandemi memberikan pembelajaran agar pemerintah bisa membuat keputusan berbasis data. Komunikasi dan kepercayaan kepada pemerintah juga menentukan keberhasilan penanganan pandemi. ”Lewat pandemi ini pula semakin memberikan banyak peluang riset dan pengembangan inovasi untuk kesehatan masyarakat di masa mendatang,” ujar Adi.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM Sri Adiningsih menyampaikan, percepatan digitalisasi ekonomi terjadi sebagai dampak pandemi. Jika penanganan pandemi berhasil, pemulihan ekonomi bisa berjalan optimal. Harapannya, perkembangan ekonomi bisa lebih baik setelah pandemi dengan kondisi digitalisasi ekonomi yang masif.