Imunoterapi bisa menjadi pilihan terapi kanker yang menjanjikan. Namun, hal ini perlu didukung dengan diagnosis dan pemeriksaan yang tepat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Imunoterapi sebagai terapi alternatif dalam pengobatan kanker dapat menjadi harapan baru untuk meningkatkan angka harapan hidup atau kesintasan pasien. Diagnosis pun perlu dilakukan secara tepat dan cepat agar penanganan bisa segera diberikan.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik di MRCCC Hospitals Semanggi Jakarta Ralph Girson Gunarsa pada Jumat (26/11/2021) di Jakarta mengatakan, imunoterapi termasuk dalam terapi termutakhir dalam pengobatan kanker. Terapi ini dapat diberikan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh pasien agar mampu melawan sel kanker.
”Imunoterapi ini bisa diberikan untuk meningkatkan kesintasan pasien kanker. Harapan hidup pasien pun menjadi lebih panjang. Lewat terapi ini, pengobatan pada pasien kanker juga tidak lagi menjadi momok,” katanya.
Imunoterapi bekerja dengan mengekspresikan protein PD-L1 dalam tubuh. Protein tersebut merupakan salah satu jenis sel darah putih yang ditemukan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam pemberiannya, terapi ini bersifat spesifik sehingga harus mempertimbangkan jenis kanker, kondisi imunitas, serta kesiapan pasien yang akan diberikan terapi.
Ralph menuturkan, imunoterapi dapat diberikan pada pasien tipe kanker paru non-sel kecil (non small cell lung cancer/ NSCLC) stadium 2. Terapi ini diberikan setelah operasi dan kemoterapi diberikan. Imunoterapi juga bisa diberikan pada pasien tipe kanker paru NSCLC negatif stadium 3B dan 4 bersama dengan terapi lainnya seperti kemoterapi dan radioterapi.
”Untuk memastikan terapi yang diberikan bisa optimal, diagnosis juga perlu dilakukan secara tepat. Oleh karena itu, pemeriksaan biopsi sangat diperlukan untuk mengetahui secara tepat kanker yang dialami seseorang serta stadium yang dialami pasien,” katanya.
Deteksi dini
Meski terapi pengobatan kanker terus berkembang, Ralph menyampaikan, deteksi dini tetap lebih penting untuk ditegakkan. Melalui deteksi dini, pengobatan lebih mudah dan cepat dilakukan. Selain itu, tingkat kesembuhan pasien juga lebih tinggi.
Deteksi dini kanker paru perlu dilakukan pada masyarakat dengan faktor risiko tinggi, terutama pada masyarakat yang berusia di atas 50 tahun dan memiliki kebiasan merokok lebih dari 10 tahun terakhir.
Untuk memastikan terapi yang diberikan bisa optimal, diagnosis juga perlu dilakukan secara tepat. Oleh karena itu, pemeriksaan biopsi sangat diperlukan untuk mengetahui secara tepat kanker yang dialami seseorang serta stadium yang dialami pasien.
Pada masyarakat dengan risiko tinggi, deteksi bisa dilakukan melalui pemeriksaan Tomografi terkomputasi dosis rendah (Lo-Dose CT) setidaknya satu tahun sekali. Sebaiknya, deteksi dilakukan sebelum gejala muncul.
“Jika gejala sudah telanjur muncul biasanya kanker sudah dalam stadium yang berat. Biasanya, gejala yang muncul seperti batuk darah. Sangat disarankan deteksi dilakukan tanpa menunggu gejala muncul,” tutur Ralph.
Kanker paru merupakan penyebab kematian akibat kanker nomor satu di dunia dan di Indonesia. Data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) 2020 mencatat bahwa kematian karena kanker paru di Indonesia meningkat menjadi 30.843 orang dengan kasus baru mencapai 34.783 kasus. Dari jumlah kasus dilaporkan lebih dari 80 persen merupakan tipe kanker paru non-sel kecil.
Berdasarkan data the American Society of Clinical Oncology, rata-rata kesintasan pasien kanker paru selama lima tahun sebesar 21 persen dengan rata-rata kesintasan lima tahun pada pria sebanyak 17 persen dan perempuan 24 persen.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Aru Wisaksono Sudoyo menuturkan, sebanyak 80 persen pasien kanker paru datang sudah pada stadium lanjut. Akibatnya, angka kesintasan pasien pun semakin rendah.
Karena itu, menurut dia, amat penting untuk meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini serta mencegah risiko kanker. ”Masyarakat bisa melakukan pencegahan kanker dengan menerapkan pola hidup sehat, tidak merokok, dan melakukan deteksi dini kanker. Sebab, kanker yang ditemukan dalam stadium dini mudah diobati bahkan bisa sembuh,” katanya.