Menjaga Kewarasan Masyarakat dengan Memanfaatkan Teknologi
Layanan konseling psikologi masyarakat harus berjalan di tengah berbagai pembatasan selama pandemi Covid-19. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, kebutuhan akan layanan tersebut diharapkan bisa tetap optimal.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbagai perubahan terjadi selama masa pandemi Covid-19, tidak terkecuali pada layanan konseling psikologi. Sistem pelayanan pun dituntut untuk beradaptasi, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.
Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia Indria Laksmi Gamayanti mengatakan, pandemi telah memberikan tekanan bagi sebagian besar masyarakat. Karena itu, meski berbagai aktivitas dibatasi, layanan konseling harus tetap berjalan dengan baik.
”Kita harus memastikan kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Situasi pandemi ini banyak membawa perubahan perilaku yang tentu harus diantisipasi, khususnya bagi para psikolog klinis,” ujarnya dalam konferensi pers Kongres Nasional IV IPK Indonesia di Jakarta, Kamis (25/11/2021).
Kongres Nasional IV IPK Indonesia akan diselenggarakan pada 27-28 November 2021 di Yogyakarta. Kongres dengan tema ”Peran Psikolog Klinis untuk Kesehatan Jiwa Masyarakat lndonesia” itu akan diselenggarakan secara luring dan daring.
Kita harus tetap memastikan kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Situasi pandemi ini banyak membawa perubahan perilaku yang tentu harus diantisipasi, khususnya bagi para psikolog klinis.
Gamayanti menuturkan, tekanan yang terjadi selama pandemi membuat risiko gangguan kesehatan jiwa masyarakat di semua kelompok usia semakin meningkat. Tidak sedikit masyarakat yang mulai mengeluhkan munculnya gangguan kecemasan dan depresi.
Berdasarkan layanan psikososial yang dilakukan 194 psikolog klinis se-Indonesia terhadap 14.619 klien individu, 927 klien keluarga, dan 191 klien komunitas pada Maret-Agustus 2020, terdapat berbagai masalah psikologis selama pandemi. Persoalan psikologis terbanyak yang dialami klien adalah hambatan belajar sebesar 27,2 persen. Masalah ini dihadapi klien anak dan remaja.
Sementara masalah psikologis pada semua kelompok umur ialah stres 23,9 persen, kecemasan 18,9 persen, suasana hati berubah-ubah 9,1 persen, dan gangguan kecemasan 8,8 persen. Gangguan kecemasan tersebut ditemukan berdasarkan diagnosis psikolog dan banyak ditemukan pada warga lanjut usia.
”Psikolog klinis pun berupaya agar layanan pada masyarakat tetap bisa berjalan dengan baik. Karena kita belum bisa melakukan konseling secara tatap muka, teknologi pun harus dimanfaatkan secara optimal,” tutur Gamayanti.
Ia mengatakan, layanan konseling kini bisa dilakukan melalui pesan singkat, telepon, ataupun telepon video. Dari hasil evaluasi, layanan tersebut ternyata tetap efektif untuk membantu melayani masyarakat. Kerja sama dengan berbagai layanan telekonseling juga dilakukan agar semakin banyak masyarakat yang bisa mengakses layanan telekonseling psikologi.
Gamayanti menambahkan, selain untuk pelayanan kepada masyarakat, teknologi juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas para psikolog. Teknologi dapat membantu psikolog klinis untuk menambah informasi, pengetahuan, dan pengalaman berbagai kondisi dan tren terkait dengan perubahan masyarakat yang bisa berdampak pada kesehatan jiwa.
”Dengan demikian, peningkatan kompetensi, pemanfaatan teknologi, dan terhadap perkembangan zaman dalam memberikan pelayanan psikologi klinis adalah hal yang harus dilakukan,” katanya.
Tekanan ekonomi
Psikolog klinis dari IPK Indonesia, Adityana Kasandravati Putranto, menambahkan, tekanan ekonomi selama pandemi membuat risiko perceraian semakin tinggi di masyarakat. Waktu yang semakin banyak dihabiskan di rumah bersama pasangan juga bisa memunculkan ketidakcocokan. Tekanan stres karena harus bekerja sambil menjaga anak di rumah juga memicu persoalan rumah tangga.
”Penurunan ekonomi akibat pandemi banyak menghampiri keluarga dan tak jarang menimbulkan dampak negatif seperti perceraian atau bahkan kekerasan pada anak. Upaya penguatan keluarga pun menjadi sangat penting agar setiap keluarga memiliki daya lenting yang baik untuk menghadapi berbagai tekanan akibat pandemi,” ujarnya.