Vaksin Influenza Cegah Perburukan akibat Koinfeksi Covid-19
Pemberian vaksin influenza penting di saat pandemi untuk mengurangi dampak perburukan dari koinfeksi Covid-19 dengan influenza. Ini terutama dibutuhkan bagi tenaga kesehatan, warga lanjut usia, dan anak.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Infeksi influenza meningkatkan risiko perburukan akibat koinfeksi Covid-19, terutama pada kelompok rentan, seperti tenaga kesehatan, warga lanjut usia, dan anak. Melalui pemberian vaksinasi influenza, risiko perburukan tersebut dapat diminimalkan.
Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/ Rumat Sakit Hasan Sadikin, Cissy Kartasasmita, dalam konferensi pers terkait Hari Flu Sedunia, di Jakarta, Jumat (19/11/2021), mengatakan, koinfeksi Covid-19 dengan influenza dapat mengakibatkan kondisi lebih berat pada pasien. Beban layanan kesehatan yang diberikan pada pasien pun makin besar.
”Cara paling efektif untuk melindungi seseorang dari kedua penyakit tersebut (Covid-19 dan influenza) adalah dengan memberikan vaksin influenza dan vaksin Covid-19. Itu tetap perlu disertai dengan menerapkan protokol kesehatan yang baik,” katanya.
Cissy menambahkan, pemberian vaksinasi influenza menjadi lebih penting pada masa pandemi. Koinfeksi Covid-19 dengan influenza dapat memperburuk kondisi pasien. Risiko kematian pun bisa ditekan.
Pemberian vaksin influenza juga amat disarankan untuk usia anak. Saat ini belum ada vaksin Covid-19 yang disetujui untuk diberikan pada anak usia di bawah 12 tahun. Padahal, anak pada kelompok usia tersebut juga rentan tertular Covid-19 dan influenza.
Bahkan, anak berusia di bawah lima tahun dan anak usia sekolah merupakan kelompok penular influenza tertinggi. Dengan dimulainya sekolah tatap muka, risiko penularan penyakit, termasuk Covid-19 dan influenza, menjadi lebih besar.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Samsuridjal Djauzi menambahkan, kelompok masyarakat lain yang rentan terhadap penularan influenza adalah perempuan hamil, warga lanjut usia, atau lansia, penderita penyakit kronis, pelaku perjalanan internasional yang memiliki komorbid, serta tenaga medis.
Cara yang paling efektif untuk melindungi seseorang dari kedua penyakit tersebut (Covid-19 dan influenza) dengan memberikan vaksin influenza dan vaksin Covid-19. Itu tentu tetap perlu melakukan protokol kesehatan secara baik.
Pemberian vaksinasi pada tenaga medis dinilai penting karena tingginya interaksi dengan pasien ketika bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan jurnal yang dipublikasikan di The Lancet Infectious Disease pada 2002, sebanyak 75 persen tenaga kesehatan tetap bekerja meskipun sakit influenza.
Kondisi ini berisiko tinggi menularkan virus ke pasien. Rawat inap pasien menjadi lebih lama dan meningkatkan biaya perawatan. Karena itu, Samsuridjal berharap vaksinasi influenza bagi tenaga kesehatan dapat masuk dalam vaksinasi program pemerintah.
Untuk usia dewasa, vaksin influenza dapat diberikan satu dosis setiap tahun. Vaksin influenza harus diberikan sekali setiap tahun untuk memberikan perlindungan terhadap influenza yang optimal.
Dengan pemberian vaksin ini, komplikasi bisa dicegah sehingga biaya yang dikeluarkan pun menjadi lebih sedikit. Kelompok lansia berusia 65 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi pada komplikasi penyakit terkait influenza. Penyakit tersebut seperti pneumonia, serangan jantung, dan stroke.
”WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) merekomendasikan vaksinasi influenza satu kali tiap tahun pada penderita penyakit kardiovaskular. Penelitian pun menunjukkan vaksinasi influenza pada penderita penyakit kardiovaskular dapat menurunkan risiko terkena serangan jantung hingga 67 persen,” tutur Samsuridjal.
Selain itu, pemberian vaksin influenza dapat menurunkan risiko terkena stroke sampai 24 persen. Vaksinasi influenza juga dapat menurunkan komplikasi pada penderita diabetes. Penyandang diabetes berisiko enam kali dirawat karena influenza dan berisiko tiga kali meninggal karena influenza dibandingkan orang tanpa diabetes.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, pemerintah telah menyusun upaya penanggulangan influenza di masyarakat. Upaya ini dilaksanakan secara terintegrasi oleh berbagai unit di Kementerian Kesehatan dan dinas kesehatan di provinsi, kabupaten, dan kota.
Strategi penanggulangan influenza ini dibentuk untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas influenza di masyarakat. Kewaspadaan dan kesiapan untuk antisipasi terjadinya pandemi influenza pun diharapkan bisa ditingkatkan.
Hal itu dilakukan antara lain dengan memperkuat surveilans, pemantauan, dan evaluasi penanggulangan kasus influenza, memperkuat tata laksana influenza di fasilitas pelayanan kesehatan, mengendalikan faktor risiko influenza, serta memperkuat kewaspadaan dan kesiapsiagaan untuk menghadapi pandemi influenza.
”Surveilans influenza penting untuk memonitor aktivitas dan evolusi virus influenza dengan analisis yang komprehensif melalui data virologi dan data epidemiologi. Pandemi influenza beberapa kali telah menyebabkan kematian yang cukup besar di seluruh dunia, seperti SARS, MERS, dan Covid-19,” kata Nadia.