Seluruh wilayah Indonesia akan bisa menyaksikan gerhana Bulan sebagian, Jumat (19/11/2021) petang. Namun, perubahan warna pada sebagian piringan Bulan itu tak bisa disaksikan warga di Sumatera dan Jawa bagian barat.
Oleh
M Zaid Wahyudi
·6 menit baca
Bulan purnama yang terbit di Indonesia pada Jumat (19/11/2021) petang tidak akan sama seperti biasanya. Bulan akan muncul dalam kondisi sudah tergerhanai. Piringan Bulan tetap akan terlihat bulat sempurna, tetapi warnanya tidak lagi hanya kuning cerah seperti purnama umumnya. Sebagian permukaan Bulan akan terlihat berwarna merah.
Seluruh wilayah Indonesia akan bisa menyaksikan gerhana Bulan sebagian (GBS) pada Jumat petang. Namun, perubahan warna pada sebagian piringan Bulan itu tidak bisa disaksikan masyarakat di Sumatera dan Jawa bagian barat. Di kedua wilayah itu, masyarakat hanya bisa menyaksikan gerhana Bulan penumbra (GBP) yang perubahan warnanya sulit diamati dengan mata telanjang.
GBS pada Jumat petang waktu Indonesia itu akan berpusat di tengah Samudera Pasifik. Wilayah terbaik untuk menikmati gerhana ini atau bisa melihat seluruh fase gerhana dari GBP awal, fase GBS, hingga fase GBP akhir, seperti diambil dari data Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA), adalah di Amerika Utara dan kepulauan yang ada di tengah Samudera Pasifik.
Mereka yang tinggal di Asia dan Australia hanya bisa menyaksikan sebagian fase akhir gerhana, yaitu fase GBS atau GPB akhir. Hal itu terjadi karena saat puncak gerhana terjadi di wilayah ini masih siang alias Bulan belum muncul atau menjelang terbit. Akibatnya, saat Bulan muncul, permukaan Bulan sudah tergerhanai.
Sebaliknya, masyarakat di Amerika Selatan serta sebagian Eropa dan Afrika akan menyaksikan fase awal gerhana ini saat Bulan menjelang tenggelam. Menjelang puncak gerhana, di wilayah ini Bulan sudah berada di ufuk barat atau hampir tenggelam. Menjelang fajar, baru terjadi gerhana hingga akhirnya mereka hanya melihat paruh awal gerhana, dari fase GBP awal hingga GBS.
Gerhana Bulan sebagian pada Jumat, 19 November 2021, ini akan dimulai dengan fase GBP awal yang terjadi pukul 13.02 WIB atau 15.02 WIT. Saat ini Bulan masih di bawah horizon sehingga tidak bisa diamati. Selanjutnya, fase GBS berlangsung mulai pukul 14.19 WIB/16.19 WIT sampai pukul 17.47 WIB/19.47 WIT. Berikutnya, kembali terjadi GBP akhir hingga pukul 19.04 WIB/21.04 WIT.
Mereka yang tinggal di Asia dan Australia hanya bisa menyaksikan sebagian fase akhir gerhana.
Gerhana Bulan penumbra terjadi saat Bulan memasuki daerah bayang-bayang tambahan Bumi. Perubahan warna Bulan pada fase gerhana ini hanya bisa dilihat dengan teleskop.
Sementara GBS berlangsung ketika sebagian Bulan masuk ke daerah bayang-bayang inti Bumi. Terhalangnya sinar Matahari yang menuju Bulan oleh piringan Bumi membuat bagian Bulan yang masuk daerah bayang-bayang inti Bumi berubah warna menjadi kemerahan atau kecokelatan.
Jika seluruh daerah Bulan itu memasuki bayang-bayang inti Bumi, akan terjadi gerhana Bulan total (GBT). Seluruh permukaan Bulan yang biasanya saat purnama berwarna kuning cerah akan berubah menjadi merah kecokelatan. Namun, fase ini tidak akan terjadi pada gerhana Bulan pada Jumat petang nanti.
Meski hanya GBS, seperti dikutip dari Time and Date, saat puncak gerhana Bulan sebagian terjadi, 97 persen permukaan Bulan akan mengalami gerhana. Karena itu, warna permukaan Bulan akan terlihat hampir merah semuanya, kecuali sebagian kecil wilayah di sisi bawah atau selatan Bulan yang akan tetap berwarna kuning karena tidak terhalang bayang-bayang inti Bumi.
Saat puncak GBS terjadi pukul 16.03 WIB/18.03 WIT hanya wilayah Papua yang akan bisa menyaksikannya. Di Jayapura, Bulan pada Jumat (19/11/2021) akan terbit pukul 17.25 WIT sehingga saat Bulan terbit hampir mencapai maksimumnya. Demikian pula di Manokwari, Papua Barat, karena Bulan terbit pukul 17.50 WIT.
Namun, untuk bisa menyaksikan puncak GBS tersebut, masyarakat di Papua dan Papua Barat harus mencari tempat dengan medan pandang ke arah timur yang luas dan tidak terhalang apa pun. Usaha ekstra ini harus dilakukan karena saat baru terbit ketinggian Bulan masih sangat rendah atau berada di dekat horizon.
Di luar Papua dan Papua Barat, Bulan baru terbit saat fase puncak GBS telah berlalu. Karena itu, perubahan warna permukaan Bulan yang teramati tidak akan sebesar seperti yang terlihat di kedua provinsi paling timur Indonesia itu.
Meski permukaan Bulan yang berubah warna dan teramati hanya sedikit, itu tetap lebih baik. Masyarakat di Sumatera dan Jawa bagian barat tidak bisa menyaksikan perubahan warna Bulan itu karena mereka hanya menyaksikan GBP akhir yang merupakan fase menuju berakhirnya seluruh tahapan gerhana.
Kesempatan kembali
Gerhana Bulan pada Jumat (19/11/2021) ini adalah gerhana Bulan terakhir yang terjadi sepanjang tahun 2021. Dikutip dari Five Millennium Catalogue of Lunar Eclipse: -1999 to +3000, hanya terjadi dua kali gerhana Bulan sepanjang tahun kedua pandemi Covid-19.
Selain GBS pada 19 November 2021, gerhana Bulan pertama terjadi saat GBT 26 Mei 2021 yang juga bisa disaksikan di Indonesia. Namun, mendung di banyak wilayah membuat GBT itu tidak bisa diamati.
Selain itu, sepanjang 2021 terjadi dua kali gerhana Matahari. Kedua gerhana Matahari itu salah satunya terjadi pada 10 Juni 2021 berupa gerhana Matahari cincin yang bisa disaksikan dari Kanada, Greenland, dan Rusia. Gerhana Matahari kedua akan terjadi pada 4 Desember 2021 nanti yang berupa gerhana Matahari Total yang hanya bisa disaksikan di atas wilayah Antarktika di kutub selatan Bumi.
Tahun depan 2022 juga tidak ada gerhana Matahari yang bisa disaksikan dari Indonesia. Pada tahun depan, seperti dikutip dari Five Millennium Catalogue of Solar Eclipse: -1999 to +3000, akan terjadi gerhana Matahari sebagian pada 30 April 2022 yang bisa dilihat dari tenggara Samudra Pasifik dan selatan Amerika Selatan. Selain itu juga akan terjadi gerhana Matahari sebagian pada 25 Oktober 2022 yang bisa diamati dari Eropa, Asia Barat, dan Afrika timur laut.
Sementara untuk gerhana Bulan pada 2022, wilayah Indonesia akan kembali bisa menyaksikan GBT pada 8 November 2022. Pada gerhana saat itu, seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan fase GBT saat Bulan baru terbit, seperti yang terjadi pada gerhana Bulan Jumat ini. Gerhana Bulan lain terjadi pada 16 Mei 2022 berupa GBT yang bisa dilihat dari Amerika, Afrika, dan Eropa.
Gerhana hibrida
Wilayah Indonesia baru berkesempatan menikmati gerhana Matahari kembali pada 20 April 2023 berupa gerhana Matahari hibrida, yaitu campuran antara gerhana Matahari cincin dan gerhana Matahari total. Ini merupakan kesempatan langka karena gerhana hibrida jauh lebih jarang terjadi.
Selain Indonesia, negara yang bisa menyaksikan gerhana hibrida itu adalah Australia, Timor Leste, dan Papua Niugini. Namun, untuk Indonesia, daerah yang bisa menyaksikannya hanya di Kepulauan Maluku dan Papua.
Adapun gerhana Bulan yang bisa diamati dari Indonesia pada tahun 2023 terjadi pada GBP pada 5 Mei 2023. Seluruh wilayah di Indonesia bisa menyaksikannya. Namun, karena GBP, perubahan warna Bulan akibat gerhana akan sulit diamati.
Gerhana Bulan kedua yang bisa disaksikan dari Indonesia pada 2023 terjadi pada 28 Oktober 2023. Ini adalah GBS, tetapi hanya 12 persen piringan Bulan yang tertutup bayang-bayang inti Bumi. Gerhana ini juga bisa disaksikan dari seluruh wilayah di Indonesia saat Bulan akan tenggelam di ufuk barat atau menjelang berlangsungnya puncak gerhana.