Vaksinasi saja bukanlah solusi mengatasi pandemi Covid-19. Protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, terbukti efektif menekan penularan Covid-19.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekalipun kasus Covid-19 secara nasional masih menurun, masyarakat diminta untuk tidak lengah dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Lonjakan kembali kasus Covid-19 di Eropa menunjukkan bahwa wabah bisa kembali meninggi di negara yang telah memiliki cakupan vaksinasi tinggi.
”Lonjakan kasus di Eropa saat ini terjadi karena pelonggaran terlalu dini karena merasa cakupan vaksinasinya sudah tinggi. Sekalipun warga yang belum divaksinasi relatif kecil, ternyata bisa signifikan menjadi korban,” kata epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, Kamis (18/11/2021).
Di Inggris, misalnya, tingkat vaksinasinya sudah sangat tinggi, yaitu mencapai 80 persen untuk orang berusia di atas 12 tahun. Namun, kasus hariannya mencapai lebih dari 30.000 dengan jumlah kasus aktif cenderung meningkat.
Sementara itu, Jerman mencatat penambahan kasus harian tertinggi sepanjang pandemi dengan lebih dari 60.000 kasus baru pada hari Rabu (17/11/2021). Peningkatan kasus juga diikuti dengan peningkatan kematain walaupun tidak setinggi dibandingkan dengan gelombang sebelumnya.
Lonjakan kasus di Eropa saat ini terjadi karena pelonggaran terlalu dini karena merasa cakupan vaksinasinya sudah tinggi. Sekalipun warga yang belum divaksinasi relatif kecil, ternyata bisa signifikan menjadi korban.
Dicky mengatakan, penurunan antibodi setelah divaksinasi juga meningkatkan risiko lonjakan kembali kasus Covid-19 di Eropa. ”Ini menyebabkan tingkat penularan dan keparahan di kalangan lansia cukup tinggi, karena jarak vaksinasinya yang sudah lewat enam bulan,” katanya.
Faktor lain, karakter virusnya sendiri. ”Varian Delta tampaknya semakin efektif menginfeksi, terutama juga perilaku masyarakat di Eropa banyak yang tidak memakai masker dan melonggarkan kegiatan,” kata Dicky.
Menurut Dicky, sejumlah ahli di Eropa juga mencurigai pola musiman yang terjadi. Saat ini, negara-negara Eropa mengalami musim dingin pertama bersama peredaran varian Delta. Sebelumnya, kajian yang dilakukan tim peneliti dari University of Alberta yang dipublikasikan di JAMA Network edisi September 2021 menyebutkan, SARS-CoV-2 mengikuti pola musiman virus pernapasan lain.
Dalam studi tersebut, peneliti menganalisis pola infeksi enam virus pernapasan yang telah beredar luas, meliputi virus pernapasan syncytial (RSV), human metapneumovirus (hMPV), dan human coronavirus (HCoVs), termasuk alphacoronaviruses (HCoV-229E dan HCoV-NL63) dan betacoronaviruses (HCoV-OC43 dan HCoV-HKU1).
Kajian ini menemukan, serangan penyakit pernapasan dari enam virus yang dianalisis di Kanada semuanya memuncak pada Januari dan mencapai titik terendah pada Juni. Puncak infeksi lebih buruk setiap tahun kedua.
Protokol kesehatan
Menurut Dicky, dalam pertemuan dengan Royal Society of Medicine di Inggris, minggu lalu, para ahli epidemiologi di negara ini menyimpulkan, ”vaksin saja, bahkan di negara-negara yang memiliki tingkat vaksinasi lebih tinggi daripada kita, bukanlah solusi akhir untuk ini.”
Hal ini sejalan dengan kajian terbaru yang dipublikasikan di jurnal The BMJ hari ini. Disebutkan, beberapa tindakan perlindungan pribadi dan sosial, termasuk mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak fisik, terbukti efektif mengurangi insiden Covid-19 dan disarankan agar dilanjutkan seiring vaksinasi.
Kajian yang ditulis Stella Talic dari School of Public Health and Preventive Medicine, Monash University, Melbourne dan tim ini melakukan meta analisis terhadap 72 penelitian sebelumnya yang memenuhi kriteria inklusi, 35 di antaranya mengevaluasi tindakan kesehatan masyarakat individu dan 37 menilai beberapa tindakan kesehatan masyarakat.
Dari 35 studi ukuran individu, 34 adalah observasional dan satu adalah uji coba terkontrol secara acak. Kajian ini dilakukan di Asia (11), Amerika Serikat (9), Eropa (7), Timur Tengah (3), Afrika (3), Amerika Selatan (1), dan Australia (1).
Hasil 8 dari 35 penelitian ini dianalisis secara rinci, yang menunjukkan pengurangan 53 persen (signifikan secara statistik) kejadian Covid-19 dengan pemakaian masker dan pengurangan 25 persen dengan jarak fisik. Sementara mencuci tangan juga menunjukkan pengurangan substansial 53 persen dalam kejadian Covid-19 meskipun ini tidak signifikan secara statistik setelah disesuaikan dengan sejumlah kecil penelitian yang disertakan.
Dengan data ini, mereka menyimpulkan bahwa tindakan pencegahan non-medis, baik dalam level pribadi maupun sosial, meliputi cuci tangan, pemakaian masker, dan jarak fisik efektif untuk mengurangi kejadian Covid-19. Sementara itu, tindakan pembatasan yang lebih ketat, seperti penguncian dan penutupan perbatasan, sekolah, dan tempat kerja, ”perlu untuk dinilai secara hati-hati dengan menimbang potensi efek negatif dari tindakan ini pada populasi umum.”