Empat ilmuwan dan tokoh dari berbagai bidang meraih penghargaan Habibie Prize 2021. Mereka berlatar belakang ilmu kimia, ortopedik, katalis, hingga seniman patung.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
TANGKAPAN LAYAR
Para peraih Habibie Prize 2021 saat pemberian penghargaan secara daring, Rabu (17/11/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Empat ilmuwan dan tokoh dari berbagai bidang meraih penghargaan Habibie Prize 2021. Mereka berlatar belakang ilmu kimia, ortopedik, katalis, hingga seniman patung. Ke depan, diharapkan para penerima Habibie Prize ini tetap produktif dan meningkatkan kontribusinya di bidang masing-masing.
Empat ilmuwan dan tokoh peraih Habibie Prize 2021 itu ialah Muhammad Hanafi (bidang ilmu dasar), Nicolaas C Budhiparama (bidang ilmu kedokteran dan bioteknologi), Subagjo (bidang ilmu rekayasa), dan Nyoman Nuarta (bidang ilmu kebudayaan).
Pengumuman peraih Habibie Prize disampaikan langsung oleh Ketua Pengurus Yayasan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDM Iptek) Wardiman Djojonegoro secara daring, Rabu (17/11/2021). Namun, Wardiman mengatakan bahwa tahun ini tidak ada peraih Habibie Prize untuk bidang ilmu ekonomi, sosial, politik, dan hukum.
Pada bidang ilmu dasar, Habibie Prize diberikan kepada Muhammad Hanafi yang merupakan peneliti di Pusat Riset Kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Keahlian dan kompetensi penelitiannya berfokus pada proses penemuan serta pengembangan obat dari bahan alam. Selama berkarier di dunia sains, Hanafi telah memperoleh 40 paten dan menerbitkan 112 jurnal internasional, 46 jurnal nasional, serta 55 prosiding internasional.
”Ke depan, diharapkan Indonesia dapat menghasilkan obat baru dari tanaman. Namun, hal ini perlu banyak kerja sama dan koordinasi serta dukungan industri,” ujar Hanafi dalam video rekamannya. Saat ini, Hanafi juga tengah melakukan penelitian untuk menemukan senyawa aktif antivirus hepatitis B dari tanaman Indonesia.
Kompas
Profesor Riset di Pusat Riset Kimia BRIN Muhammad Hanafi.
Dari bidang ilmu kedokteran dan bioteknologi, Habibie Prize diberikan kepada dokter ortopedi di Indonesia Sports Medicine Centre (ISMC), Nicolaas C Budhiparama. Nicolaas merupakan dokter bedah di Indonesia yang memperkenalkan limb salvage surgery atau tindakan operasi untuk mengatasi kanker tulang.
Selain itu, Nicolaas juga memperkenalkan teknis operasi lainnya, seperti penggunaan sistem komputer dalam operasi (computer assisted surgery), artroplasti lutut unicondylar (unicondylar knee arthroplasty), dan lutut hiperfleksi (hyperflexed knee). Ia juga merupakan pendiri dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopaedic Research and Education Foundation for Arthroplasty and Sports Medicine.
Sementara dari bidang ilmu rekayasa, Habibie Prize diberikan kepada Guru Besar di Program Studi Teknik Kimia Institute Teknologi Bandung (ITB) Subagjo. Ia merupakan pencetus, perancang, dan pemimpin tim peneliti dalam bidang teknologi katalis. Dengan teknologi katalis yang dikembangkannya, diharapkan Indonesia bisa mengurangi impor minyak mentah dan bahan bakar minyak serta menciptakan ketahanan energi.
Penghargaan Habibie Prize terakhir di bidang ilmu kebudayaan diberikan kepada Nyoman Nuarta yang mendesain patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali. Selain GWK, Nuarta juga sudah menghasilkan karya patung lainnya, seperti Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya dan Patung Sukarno di Bali.
ARSIP NUART SCULPTURE PARK BANDUNG
Pematung Nyoman Nuarta sedang menerapkan teknik pengelasan untuk karya patungnya di bengkel kerjanya di Bandung, Jawa Barat.
Tahun ini terdapat total 90 ilmuwan yang menjadi kandidat penerima Habibie Prize dari lima kategori tersebut. Setelah melalui tahap seleksi dan penilaian dari dewan juri, ditetapkan empat ilmuwan yang meraih Habibie Prize. Mereka berhak mendapatkan medali, sertifikat, dan uang senilai 25.000 dollar AS atau sekitar Rp 355 juta.
Membangun SDM
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyampaikan, pelaksanaan Habibie Prize merupakan salah satu upaya melanjutkan harapan dan cita-cita Presiden RI ke-3 BJ Habibie untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing. Pembangunan SDM yang unggul akan sangat mendukung kemajuan Indonesia karena turut meningkatkan daya saing di tingkat global.
Kemajuan suatu bangsa tidak cukup hanya dengan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah dan pembangunan infrastruktur yang masif, tetapi juga harus didukung dengan peningkatan kualitas SDM. Indonesia yang maju dan berdaulat dapat dicapai jika kita menyiapkan dengan sungguh-sungguh dan bersinergi dalam pembangunan SDM.
”Kemajuan suatu bangsa tidak cukup hanya dengan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah dan pembangunan infrastruktur yang masif, tetapi juga harus didukung dengan peningkatan kualitas SDM. Indonesia yang maju dan berdaulat dapat dicapai jika kita menyiapkan dengan sungguh-sungguh dan bersinergi dalam pembangunan SDM,” katanya.
Ia berharap Habibie Prize bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi para peneliti, ilmuwan, dan masyarakat untuk terus berkarya serta berkontribusi dari berbagai bidang. Sementara bagi para penerima Habibie Prize juga diharapkan agar tetap terus produktif dan meningkatkan kontribusinya di bidang masing-masing.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional 2019-2020 Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro memberikan sambutan saat acara Habibie Award Periode ke-21/2019 di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (12/11/2019). Lima tokoh penerima Habibie Award 2019 (dari kiri): I Gusti Ngurah Putu Wijaya, Ivandini Tribidasari Anggraningrum, Adi Utarini, Tati Latifah Erawati Rajab, dan Eko Prasojo.
Habibie Prize diselenggarakan setiap tahun oleh BRIN yang bekerja sama dengan Yayasan SDM Iptek. Habibie Prize memiliki lima kategori penghargaan bidang iptek dan inovasi, yakni ilmu dasar; ilmu kedokteran dan bioteknologi; ilmu rekayasa; ilmu ekonomi, sosial, politik, dan hukum; serta ilmu filsafat, agama, dan kebudayaan.
Habibie Prize pertama kali diselenggarakan pada tahun 1999 yang saat itu masih bernama Habibie Award. Pada penyelenggaran ke-20 tahun 2020, Habibie Award yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi beralih nama menjadi Habibie Prize. Hingga saat ini, Habibie Prize sudah diberikan kepada 71 ilmuwan dari berbagai bidang.