Vaksin Covid-19 Aman dan Manjur untuk Penderita Kanker
Vaksin Covid-19 yang berbasis mRNA aman dan efektif untuk diberikan kepada pasien kanker.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Individu yang dirawat karena kanker diketahui memiliki risiko tinggi terkena penyakit parah dan kematian akibat infeksi SARS-CoV-2 karena respons imunnya yang menyimpang. Kabar baiknya, vaksinasi Covid-19, termasuk juga booster, aman dan manjur diberikan kepada mereka. Disarankan, vaksin yang dipakai adalah berbasis mRNA yang memiliki efikasi tinggi.
Studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Oncology dan dirilis pada Rabu (10/11/2021) ini meneliti keamanan dan imunogenisitas vaksin SARS-CoV-2 pada sekelompok besar orang dengan beragam jenis kanker yang menerima perawatan berbeda. Studi ini juga meneliti efek booster vaksin pada penderita kanker.
”Kami melakukan penelitian ini karena data tentang keamanan vaksin SARS-CoV-2 pada orang dengan kanker aktif masih terbatas. Tidak ada uji klinis prospektif yang dipublikasikan yang mencakup populasi pasien ini,” kata salah seorang peneliti, Justin Gainor, yang juga profesor kedokteran di Harvard Medical School dan Direktur Center for Thoracic Cancers di Massachusetts General Hospital.
Sebelumnya, terdapat ketidakpastian yang cukup besar tentang bagaimana pengobatan aktif untuk kanker akan memengaruhi kemanjuran vaksin. ”Data kami meyakinkan pada keamanan dan kemanjuran,” kata Gainor.
Vivek Naranbhai, tim peneliti dari Massachusetts General Hospital dan Dana-Farber Cancer Institute, mengatakan, kemoterapi sedikit mengurangi respons kekebalan, tetapi tidak sebanyak yang ditakuti pasien dan dokter pada awalnya.
Kami melakukan penelitian ini karena data tentang keamanan vaksin SARS-CoV-2 pada orang dengan kanker aktif masih terbatas. Tidak ada uji klinis prospektif yang dipublikasikan yang mencakup populasi pasien ini.
Vaksin mRNA
Studi ini melibatkan 1.001 pasien dengan beragam keganasan kanker dan hematologi yang dirawat di Massachusetts General Cancer Center dan yang telah menerima dua dosis vaksin Covid-19 Moderna atau Pfizer atau satu dosis vaksin Johnson & Johnson (J&J). Sebanyak 32 peserta juga telah menerima dosis booster vaksin.
Para peneliti mengukur konsentrasi antibodi peserta terhadap SARS-CoV-2 dan titer netralisasi yang menunjukkan seberapa baik antibodi memblokir virus memasuki sel. Titer antibodi dan titer netralisasi adalah ukuran proksi yang berkorelasi dengan perlindungan terhadap infeksi Covid-19.
Para peneliti menemukan bahwa jenis vaksin yang diterima responden merupakan faktor utama dalam menginduksi respons imun. Mereka yang menerima vaksin J&J memiliki respons imun yang jauh lebih rendah daripada peserta yang menerima vaksin mRNA (Pfizer dan Moderna) konsisten dengan apa yang telah diamati sebelumnya pada kontrol orang yang sehat.
Secara kolektif, respons pasien kanker terhadap ketiga vaksin tersebut sedikit terganggu dibandingkan dengan orang sehat. Sekalipun demikian, sebagian besar pasien memiliki respons yang mungkin cukup untuk melindungi terhadap penyakit parah.
”Data kami menunjukkan bahwa pasien dengan kanker harus menerima vaksin mRNA,” kata Gainor. ”Selain itu, pasien yang menerima vaksin J&J harus dipertimbangkan untuk dosis vaksin tambahan.”
Dosis tambahan vaksin dalam kelompok kecil peserta juga aman dan dapat ditoleransi dengan baik serta menginduksi respons imun yang lebih tinggi. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat sekarang merekomendasikan orang-orang yang kekebalannya terganggu, termasuk mereka yang menderita kanker, dan pasien yang lebih tua perlu menerima dosis vaksin tambahan.
Responden yang pernah terinfeksi Covid-19 sebelumnya juga memiliki respons imun yang lebih tinggi terhadap vaksin, sedangkan semakin tinggi usia respons yang ditimbulkannya pun semakin rendah. Kekebalan yang disebabkan oleh semua vaksin menurun seiring waktu.
Pengobatan kanker memiliki efek yang lebih kecil pada respons imun daripada jenis vaksin yang diterima peserta. Pasien yang menerima kemoterapi, transplantasi sumsum tulang, atau kortikosteroid memiliki respons imun yang lebih rendah, tetapi sebagian besar diprediksi masih bersifat protektif.
Individu yang menerima perawatan dengan blokade kekebalan cenderung memiliki respons kekebalan yang lebih baik. ”Efek samping vaksin yang dialami oleh pasien kanker mirip dengan yang dialami oleh kelompok kontrol yang sehat dan umumnya ringan atau sedang,” kata Naranbhai.
Kajian juga menemukan, individu yang melaporkan efek samping yang lebih buruk memiliki respons kekebalan yang sedikit lebih baik. Pasien yang sebelumnya terinfeksi SARS-CoV-2 juga memiliki reaksi yang lebih signifikan terhadap vaksin.
Langkah selanjutnya penelitian ini mencakup eksplorasi yang lebih dalam tentang bagaimana pendekatan yang berbeda terhadap pengobatan kanker memengaruhi respons imun dan bagaimana vaksin dapat menghasilkan respons terhadap varian baru SARS-CoV-2 yang potensial pada pasien dengan kanker.
”Kami juga mencoba untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana vaksin secara umum bekerja pada pasien kanker, yang dapat membantu memajukan penelitian yang sedang berlangsung,” kata Naranbhai.