Vaksinasi Covid-19 terus dipercepat melalui peningkatan kapasitas produksi dan distribusi vaksin. Kelompok warga lanjut usia jadi prioritas vaksinasi karena rentan mengalami perburukan saat terserang penyakit tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat lanjut usia termasuk kelompok yang paling awal menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 setelah tenaga kesehatan. Namun, cakupan vaksinasi pada kelompok ini justru paling rendah dari kelompok sasaran lain. Karena itu, vaksinasi perlu dipercepat dengan peningkatan kapasitas produksi dan distribusi vaksin.
Hal ini perlu menjadi perhatian bersama dari semua pemangku kepentingan. Akselerasi vaksinasi pada kelompok lanjut usia atau lansia amat penting karena lansia termasuk kelompok rentan. Warga lansia berisiko mengalami perburukan lebih besar ketika tertular Covid-19. Risiko ini mencapai 6-7 kali lebih tinggi daripada kelompok usia lain.
Oleh sebab itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi, di Jakarta, Kamis (11/11/2021), mengatakan, vaksinasi pada warga lansia harus dipercepat agar mendapat perlindungan. Pemerintah menargetkan semua warga lansia yang jadi target bisa divaksin dosis pertama akhir Desember 2021.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 11 November 2021, jumlah warga lansia yang sudah mendapat dosis pertama vaksin Covid-19 sebanyak 9,3 juta orang atau 43,2 persen dari target. Sementara jumlah warga lansia yang divaksin dosis lengkap sampai dosis kedua 5,7 juta orang atau 26,8 persen dari sasaran.
Pengembangan teknologi
Hal itu pula yang menjadi dasar PT Bio Farma untuk mengembangkan berbagai teknologi untuk mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia, termasuk bagi warga lansia. Selain untuk meningkatkan kapasitas produksi, jenis vaksin yang dikembangkan juga diupayakan lebih beragam.
Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir dalam CEO Live Series#One, sebagai bagian dari rangkaian acara Kompas 100 CEO Forum, bertajuk ”Healthcare Industry Post Pandemic”, di Jakarta, Rabu (10/11/2021), menuturkan, pasokan vaksin Covid-19 dalam jangka pendek diimpor dari negara produsen vaksin. Selain itu, transfer teknologi juga dilakukan agar vaksin bisa diproduksi di Indonesia sekalipun bahan baku vaksin masih didatangkan dari luar negeri.
”Untuk jangka panjang, kita berkolaborasi dengan lembaga riset dan perguruan tinggi dalam mengembangkan vaksin dalam negeri. Dengan demikian, kemandirian yang kita inginkan bisa tercapai,” ungkapnya.
Pengembangan vaksin tersebut, lanjut Honesti, tidak sekadar vaksin berbasis inactive virus yang selama ini sudah dikembangkan, tetapi juga vaksin berbasis mRNA. Sejumlah uji coba sudah dilakukan terkait pengembangan tersebut.
Dukungan pemerintah melalui dana Penyertaan Modal Negara (PMN) yang jauh lebih besar diberikan kepada PT Bio Farma selama masa pandemi Covid-19 akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas produksi vaksin. Itu mulai dari peningkatan pada kapasitas sumber daya manusia, fasilitas industri, serta kapasitas produksi.
Saat ini, kapasitas produksi Bio Farma sekitar 250 juta dosis vaksin. Direncanakan, tahun depan bisa bertambah 100 juta dosis vaksin dan berkembang lagi hingga mencapai 500 juta dosis vaksin.
”Saat ini, kapasitas produksi Bio Farma sekitar 250 juta dosis vaksin. Direncanakan, tahun depan bisa bertambah 100 juta dosis vaksin dan berkembang lagi hingga mencapai 500 juta dosis vaksin dalam dua tahun mendatang. Fasilitas yang dimiliki pun bisa lebih fleksibel terhadap jenis vaksin yang dihasilkan,” kata Honesti.
Prioritas vaksinasi
”Prioritas kita saat ini ialah mengejar vaksinasi untuk kelompok rentan, terutama warga lansia. Belajar dari negara lain, seperti Singapura, sebagian besar kasus yang meninggal itu pada kelompok lansia yang belum divaksinasi. Jadi kerentanan warga lansia pada penularan ini sangat tinggi, apalagi dengan adanya varian Delta,” kata Nadia.
Ia menuturkan, provinsi dengan cakupan vaksinasi warga lansia lebih dari 50 persen, yakni DKI Jakarta dan Kepulauan Riau. Sementara provinsi dengan cakupan warga lansia terendah ialah Aceh, Sumatera Barat, dan Papua.
Setiap daerah pun didorong untuk bisa mempercepat cakupan vaksinasi Covid-19 pada warga lansia. Itu dilakukan dengan memasukkan capaian cakupan vaksinasi lansia pada indikator status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
Menurut Nadia, edukasi dan sosialiasi harus terus dilakukan. Rendahnya cakupan vaksinasi pada lansia disebabkan rasa takut dan khawatir akan efek samping serta kejadian ikutan pascaimunisasi. Padahal, manfaat perlindungan dari pemberian vaksinasi jauh lebih besar dari risiko yang bisa terjadi.
Dosis ketiga
Nadia menambahkan, percepatan vaksinasi warga lansia juga penting agar pemberian dosis ketiga sebagai dosis penguat bisa segera diberikan. Dosis ketiga ini direncanakan baru bisa diberikan ke masyarakat apabila sebagian besar penduduk sudah divaksin. Setidaknya 70 persen target sasaran vaksinasi sudah mendapatkan vaksin dosis pertama.
Saat ini 128,6 juta penduduk yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama atau 61,7 persen dari target sasaran. Untuk dosis kedua, sebanyak 82,1 juta penduduk atau 39,4 persen dari target sudah tercapai.
Pemberian dosis ketiga ini, lanjut Nadia, juga harus memperhatikan pasokan vaksinasi yang dimiliki Indonesia. Dosis yang dimiliki tetap diprioritaskan untuk masyarakat rentan serta masyarakat yang belum mendapatkan vaksin. Karena itu, pengembangan vaksin dalam negeri menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan pasokan vaksin bagi masyarakat Indonesia.