Temuan planet M51-ULS-1b di galaksi Pusaran Air akan mendorong riset eksoplanet di luar Bimasakti sekaligus menjadi penanda maju bahwa peluang menemukan bukti kehidupan di luar Bumi tetap ada dan semakin besar.
Oleh
M ZAID WAHYUDI
·5 menit baca
Sejak penemuan planet pertama di luar Tata Surya hampir tiga dekade yang lalu, kemampuan dan daya jelajah teknologi manusia untuk mendeteksi tempat-tempat baru yang berpotensi menopang kehidupan makin jauh. Peluang untuk menemukan saudara berbagi alam semesta pun kian besar.
Eksoplanet atau planet di luar Tata Surya pertama ditemukan pada Januari 1992, yaitu dua planet batuan yang mengorbit pulsar B1 257+12. Kedua planet itu dipastikan tidak bisa dihuni makhluk hidup karena pulsar memancarkan elektromagnetik tinggi. Sementara eksoplanet pertama yang mengelilingi bintang mirip Matahari, yaitu bintang 51 Pegasi ditemukan pada Oktober 1995.
Hingga 26 Oktober 2021, katalog The Extrasolar Planet Encyclopaedia mencatat ada 4.864 eksoplanet yang ditemukan. Planet-planet tersebut berada dalam 3.595 sistem keplanetan dengan 803 sistem keplanetan di antaranya memiliki lebih dari satu planet.
Semua eksoplanet itu berada di galaksi Bimasakti. Jaraknya pun relatif dekat karena semua berada kurang dari 3.000 tahun cahaya dari Bumi. Artinya, jika kita mengendarai cahaya dengan kecepatan 300.000 kilometer per detik, dibutuhkan waktu 3.000 tahun untuk mengunjungi eksoplanet terjauh yang sudah ditemukan.
Kini, astronom mampu mendeteksi planet yang ada di galaksi lain, yaitu galaksi Pusaran Air atau Whirlpool (M51). Galaksi spiral ini berjarak 28 juta tahun cahaya dari Bumi yang relatif dekat dengan Bimasakti dan indah penampilannya. Eksoplanet yang ditemukan tim astronom dari Pusat Astrofisika (CfA) Harvard-Smithsonian, Cambridge, Amerika Serikat, itu dinamai M51-ULS-1b.
Planet ini diperkirakan berukuran sebesar Saturnus atau sembilan kali besar Bumi. Jarak planet dengan bintang induknya mencapai 10 kali jarak Matahari-Bumi atau setara jarak Saturnus ke Matahari. Planet ini diperkirakan butuh 70 tahun untuk satu kali mengelilingi bintang induknya.
Penemuan ini diyakini sebagai puncak dari gunung es atas banyaknya eksoplanet di alam semesta. Planet bukanlah obyek kosmos yang janggal karena sebagian besar bintang memilikinya. Sementara di Bimasakti diperkirakan memiliki 100 miliar bintang dan jumlah galaksi yang bisa diamati diprediksi mencapai 200 miliar-2 triliun galaksi.
Karena itu, temuan ini diyakini Rosanne Di Stefano, pemimpin studi seperti dikutip di Space, 25 Oktober 2021, akan membuka arena baru riset astronomi ke depan. Temuan ini juga akan mengembangkan metode dan teknik lebih maju untuk mendeteksi eksoplanet di luar galaksi karena selain kondisi intrinsik bintang, jarak yang jauh juga jadi tantangan utama.
Hingga 60 tahun penjelajahan luar angkasa, baru Bulan yang sudah bisa ditaklukkan manusia.
Eksoplanet M51-ULS-1b ditemukan dengan cara yang paling banyak digunakan dalam pencarian eksoplanet, yaitu metode transit. Dengan metode ini, keberadaan planet dideteksi ketika mereka melintas di depan bintang induknya jika dilihat dari arah pengamat di Bumi. Planet ini akan menghalangi cahaya bintang hingga kecerlangan bintang turun.
Meski sama-sama memakai metode transit, pengamatan bintang di galaksi lain tentu menjadi persoalan berbeda. Pengamatan dalam panjang gelombang visual lebih sulit dilakukan. Karena itu, peneliti mengamati bintang-bintang di luar Bimasakti tersebut dalam panjang gelombang sinar-X yang energinya lebih besar.
Sumber sinar-X yang kuat itu biasanya ada pada sistem bintang ganda pemancar sinar-X. Pasangan sistem bintang ganda ini, seperti dikutip dari BBC, 26 Oktober 2021, terdiri dari satu bintang masif dan satu bintang neutron atau lubang hitam sebagai bintang kembarannya. Bintang neutron atau lubang hitam itu akan menarik massa bintang masif. Kuatnya tarikan gravitasi membuat materi bintang masif jadi sangat panas dan memancarkan sinar-X yang kuat.
Saat ada planet melintas di depan bintang dengan pancaran sinar-X yang kuat, intensitas sinar-X yang terdeteksi dari Bumi akan berkurang karena terhalang sebagian atau seluruhnya oleh planet. Perubahan intensitas sinar-X itulah yang diukur astronom sebagai tanda ada planet lewat di depan bintang.
Untuk mencari bintang ganda pemancar sinar-X yang kuat, peneliti menggunakan data teleskop luar angkasa Observatorium Sinar-X Chandra milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS NASA. Data pancaran sinar-X kuat dari bintang-bintang di galaksi Pusaran Air itu sebenarnya terekam pada 20 September 2012.
Namun, data itu baru disadari sebagai proses transit planet setelah Di Stefano dan tim mempelajarinya. Proses penurunan intensitas sinar-X itu berlangsung selama 3 jam.
Melihat karakter sistem bintang pemancar sinar-X, membuat peneliti, seperti dikutip dari Earth Sky, 29 September 2020, yakin bahwa obyek yang transit itu planet, bukan bintang katai putih atau awan antarbintang. Selain itu, dari pola perubahan intensitas sinarnya, peneliti juga yakin penurunan kecerlangan sinar-X bintang tersebut akibat terhalang planet, bukan variabilitas alamiah cahaya bintang.
Meski demikian, dari catatan Earth Sky, astronom dari Universitas Oklahoma, AS, pernah mengumumkan penemuan planet di luar Bimasakti pada Februari 2018. Planet itu ditemukan di galaksi yang berisi quasar RX J1131-1231 dan berjarak 3,8 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Bedanya, planet yang ditemukan itu adalah ”penjelajah” antarbintang yang tidak terikat atau mengorbit pada satu bintang tertentu. Selain itu, planet ini juga ditemukan dengan metode tidak langsung, yaitu melalui pelensaan mikro (micro lensing), yakni gravitasi quasar bertindak sebagai ”kaca pembesar” alami hingga planet lebih mudah diamati.
Temuan planet M51-ULS-1b di galaksi Pusaran Air ini masih membutuhkan konfirmasi dari astronom lain. Terbukti atau tidak, temuan ini tetap akan mendorong riset eksoplanet di luar Bimasakti.
Penemuan ini juga menjadi penanda maju bahwa peluang menemukan bukti kehidupan di luar Bumi tetap ada dan makin besar. Namun, untuk menjangkau eksoplanet itu butuh lompatan besar pengembangan teknologi luar angkasa buatan manusia.
Hingga 60 tahun penjelajahan luar angkasa, baru Bulan yang sudah bisa ditaklukkan manusia. Rencana manusia untuk bisa menapak di tanah Mars pada 2030-an masih menjadi perdebatan, baik terkait dengan kesiapan teknologi maupun kemampuan manusia bertahan di lingkungan ekstrem.
Di sisi lain, teknologi buatan manusia terjauh saat ini baru mencapai ruang antarbintang, yaitu Voyager 1 yang kini berjarak 21,5 jam cahaya dan Voyager 2 yang berjarak 17,8 jam cahaya dari Bumi. Padahal, kedua wahana itu sudah mengarungi antariksa sejak 1977 atau selama lebih dari 44 tahun.
Untuk mengunjungi eksoplanet terdekat dari Bumi yang ada di bintang Proxima Centauri dan berjarak 4,2 tahun cahaya saja masih jauh. Rencana pengembangan teknologi ilmuwan dan miliarder untuk menjangkau bintang tetangga terdekat Matahari itu pun belum ada perkembangan maju.
Meski belum bisa menjangkau eksoplanet-eksoplanet itu, makin banyaknya temuan eksoplanet, baik di galaksi Bimasakti maupun di galaksi lain, setidaknya memberi harapan bagi manusia bahwa mereka tidak sendirian menghuni semesta.