Penurunan Deforestasi Modal Indonesia di Konferensi Iklim Glasgow
Indonesia membawa sejumlah kemajuan di sektor kehutanan, seperti penurunan deforestasi, kebakaran hutan, serta upaya restorasi hutan dan mangrove dalam Konferensi Iklim Glasgow.
Oleh
A Tomy Trinugroho
·4 menit baca
GLASGOW, KOMPAS — Deforestasi di Indonesia telah mencapai titik terendah dalam 20 tahun terakhir. Hal itu dinilai dapat menjadi modal bagi Indonesia dalam berbagai negosiasi dan kerja sama, baik bilateral maupun dalam skema perjanjian internasional.
Saat berbicara dalam pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim di Glasgow, Skotlandia, Senin sore waktu setempat, Presiden Joko Widodo menyatakan, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. ”Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan turun 82 persen pada 2020,” ujar Presiden Jokowi.
Dalam keterangan pers di Youtube Sekretariat Presiden yang diunggah, Selasa (2/11/2021), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyatakan, deforestasi pada tahun 2020 seluas 115.000 hektar (ha). Ini turun 75 persen dari tahun sebelumnya.
Kemajuan lain di sektor kehutanan, sebut Siti, ialah penghentian pemberian izin permanen di hutan alam primer dan gambut seluas 66,2 juta ha. Penghentian pemberian izin ini melalui Instruksi Presiden No 5 tahun 2019. Selain itu, pihaknya juga telah mengidentifikasi dan menyiapkan 1,4 juta ha area hutan bernilai konservasi tinggi (high conservation value forest).
Pada masa mendatang, produk Indonesia bisa diekspor dan bebas deforestasi.
Upaya-upaya itu masih ditambah dengan rehabilitasi hutan dan lahan yang disebut Siti mencapai 10 kali lipat pada tahun 2019. ”Dari 2010 sampai sekarang, 3,4 juta ha yang direhabilitasi dan akan semakin intensif sampai dengan 2024,” ujarnya dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Glasgow.
Rehabilitasi hutan mangrove pun tak dilupakan. Ekosistem yang menyimpan cadangan karbon tinggi serta berfungsi sebagai pencegah abrasi ini hingga 2024 akan direhabilitasi seluas 600.000 ha. Ini didukung dengan pembentukan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove.
”Mangrove biasa juga biasanya direhabilitasi 1.500 ha setahun, kini pada 2020 (seluas) 17.000 ha dan tahun ini (2021) 33.000 ha,” katanya.
Menteri Siti juga menekankan bahwa penyerapan bersih (net carbon sink) dari penggunaan lahan dan hutan (forest and other land use/FoLU) bisa dicapai pada 2030 dan selanjutnya emisinya bisa negatif. Net carbon sink adalah penyerapan emisi gas rumah kaca di atmosfer dibandingkan dengan pelepasannya.
Anderson Tanoto, Managing Director Royal Golden Eagle, grup yang membawahi perusahaan sawit serta penghasil bubur kertas dan serat (PT Riau Andalan Pulp & Paper), mengatakan, deforestasi bukan hanya sekarang paling rendah, tetapi tiga tahun berturut-turut terus turun. Dengan hasil itu, tampak bahwa upaya penanganan deforestasi yang dilakukan penegak hukum dan masyarakat Indonesia mulai membuahkan hasil.
”Dengan deforestasi yang berkurang, hal ini memberikan modal kepada Indonesia untuk bangga saat berbicara di panggung dunia, apalagi RI akan menjadi pimpinan G-20 tahun ini,” ujar Anderson di Paviliun Indonesia, di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Senin sore waktu setempat.
Lebih lanjut, menurut Andreas Tanoto, dengan perkembangan positif tersebut, pihak swasta melihat, produk-produk Indonesia tidak akan lagi diasosiasikan dengan deforestasi. ”Pada masa mendatang, produk Indonesia bisa diekspor dan bebas deforestasi,” ucapnya.
Di Paviliun Indonesia, Senin sore, digelar diskusi mengenai upaya korporasi besar di Tanah Air dalam mengurangi emisi karbon. Selain Andreas Tanoto, pemimpin korporasi yang berbicara ialah Direktur Utama PT PLN Zulkifli Zaini, Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tonny Wenas, Direktur PT Pertamina Nicke Widyawati, serta Presiden Direktur PT Vale Indonesia Febriany Eddy.
Secara garis besar, penyebab emisi karbon ialah aktivitas industri energi/transportasi dan kehutanan/perkebunan. Di sektor energi/transportasi serta industri lainnya, emisi karbon dihasilkan oleh gas buang mesin. Adapun di perkebunan/kehutanan, emisi karbon terkait aktivitas pembukaan lahan. Saat lahan dibuka, lebih kurangnya, pepohonan yang merupakan sarana penangkap karbon berkurang.
Zulkifli Zaini meyatakan, PT PLN telah menyusun peta jalan komprehensif untuk mendukung pencapaian target Indonesia dalam pengurangan emisi tahun 2030. Peta jalan juga mendukung pencapaian Neutral Carbon 2060.
Dalam Peta Jalan, ada penjabaran transformasi bisnis PT PLN untuk menjadi perusahaan energi bersih, antara lain mendukung pengembangan kendaraan listrik. PT PLN secara bertahap megganti pembangkit batubara dengan energi bersih. Pada hari Senin, Zulkifli menandatangani nota kesepahaman dengan Asian Development Bank untuk pembiayaan riset transisi energi.
Tony Wenas menyatakan, upaya pengurangan emisi karbon dilakukan perusahaan yang dipimpinnya, antara lain lewat mengganti truk diesel bahan tambang dengan kereta listrik.
Selain perusahaan-perusahaan tersebut, melalui informasi tertulis, APP Sinar Mas dalam keikutsertaan saat event COP26 di Glasgow 2021 direncanakan melakukan sejumlah publikasi. Di antaranya sesi ”Proklim & Collaboration Opportunities”, ”Restoration; (B15 Private Sector Support to Net Sink FoLU 2030 & B3 Private Sector Support to Net Sink FOLU 2030), dan ”Peatland; Peran Swasta dalam Manajemen Gambut Berkelanjutan guna mendukung target Indonesia Net Sink FoLu 2030”. (ICH)