Gempa M 5,9 Guncang Nias dan Mentawai Diikuti Setidaknya 10 Kali Gempa Susulan
Gempa di Kepulauan Nias dan Mentawai termasuk jenis gempa dangkal akibat deformasi pada Lempeng Indo-Australia. Hingga pagi ini, setidaknya 10 gempa susulan dengan magnitudo rata-rata M 3,5.
Oleh
Ahmad Arif
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa bumi berkekuatan M 5,9 mengguncang Kepulauan Nias dan Mentawai pada Selasa (2/11/2021) pukul 00.04.15 WIB. Hingga pukul 06.40, telah terjadi 10 kali gempa susulan.
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geosifika (BMKG), Daryono mengatakan, episenter gempa terletak pada koordinat 0,16 derajat Lintang Utara dan 96,55 derajat Bujur Timur, tepatnya berlokasi di laut pada jarak 139 kilometer arah barat daya kota Lahomi, Nias Barat, Sumatera Utara. Adapun hiposenter gempa pada kedalaman 18 kilometer.
”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat deformasi pada Lempeng Indo-Australia di luar zona subduksi (outer rise),” kata Daryono.
Sementara itu, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault).
Sekalipun umumnya gempa bumi yang memicu tsunami terjadi di zona subduksi, tetapi Indonesia sudah dua kali mengalami tsunami akibat gempa yang bersumber di zona outer-rise.
Berdasarkan data BMKG, guncangan gempa ini dirasakan di daerah Nias Barat, Kepulauan Mentawai, Nias Utara, dan Nias Selatan dalam skala intensitas III-IV MMI. Adapun di Aceh Singkil, guncangan gempa dalam skala intensitas III MMI. Sementara di Gunung Sitoli, guncangan gempa dalam skala intensitas II-III MMI dan Pak Pak Barat II MMI.
”Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut,” kata Daryono. Selain itu, ia menambahkan, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Menurut Daryono, gempa susulan masih terus terjadi. Hingga pukul 06.40, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 10 gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo rata-rata M 3,5.
Di luar zona subduksi
Sebelumnya pada 14 Mei 2021, Kepulauan Nias juga diguncang gempa dari sumber outer rise. Saat itu kekuatannya mencapai M 6,7.
Zona outer-rise merupakan punggung lempeng di dasar laut yang berada di luar zona subduksi. Gaya tektonik yang bekerja di zona ini bukan saling menekan, melainkan gaya ekstensional atau tarikan karena berada di lempeng yang meregang.
Gempa yang berpusat di zona outer-rise pernah melanda Samudra Hindia pada 11 April 2012 dengan kekuatan M 8,3. Saat itu tidak terjadi tsunami. Sekalipun umumnya gempa bumi yang memicu tsunami terjadi di zona subduksi, tetapi Indonesia sudah dua kali mengalami tsunami akibat gempa yang bersumber di zona outer-rise, yaitu tsunami di Sumbawa pada 1977 dan di Jawa pada 1921.
Zona sumber gempa outer-rise berkekuatan M 8,6 juga pernah memicu tsunami Sanriku di Jepang pada 1933. Tsunami ini menewaskan lebih dari 3.000 orang. Contoh lain, tsunami Samoa di Pasifik, 29 September 2009, yang dipicu gempa M 8,1 dan menewaskan 189 orang.
Zona outer-rise, menurut Daryono, merupakan zona gempa yang selama ini terabaikan karena lebih populer tsunami terjadi di zona gempa megathrust. Namun, zona gempa ini tidak boleh diabaikan.