Semangat Meneliti bagi Pelajar Didorong lewat Kompetisi
Banyak peserta didik yang antusias mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja dan National Young Inventors Award. Kegiatan kompetisi ilmiah ini menjadi langkah awal dalam mengedukasi dan mengekspos generasi muda.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Semangat meneliti dan berinovasi bagi pelajar di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas terus didorong melalui kompetisi dalam rangkaian acara Youth Science Week 2021. Kegiatan kompetisi ilmiah menjadi langkah awal dalam mengedukasi dan mengekspos generasi muda dengan memberikan contoh-contoh yang tepat dalam melakukan penelitian.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Manajemen Talenta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arthur Ario Lelono dalam penganugerahan kompetisi ilmiah remaja secara daring, Kamis (28/10/2021), menyampaikan, antusiasme pelajar dalam acara Youth Science Week 2021 sangat tinggi.
Youth Science Week tahun 2021 bertema ”Percaya Nalar dengan Riset dan Inovasi” diisi dengan kegiatan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventors Award (NYIA). Kegiatan ini diharapkan mampu memberi warna dan wadah bagi remaja untuk menginspirasi pemuda Indonesia dengan menularkan semangat meneliti dan berinovasi.
”Proposal penelitian LKIR yang diterima sebanyak 1.521 dan 417 ringkasan inovasi NYIA dari 34 provinsi. Untuk LKIR, pengirim terbanyak berasal dari Jawa Timur sebanyak 438 proposal dan Jawa Tengah 265 proposal. Sementara NYIA masih didominasi daerah yang sama, yakni Jawa Timur dengan 155 inovasi dan Jawa Tengah 153 inovasi,” ujar Arthur.
Ini menjadi proses pengasuhan talenta riset muda Indonesia dalam skema besar pembinaan yang harus segera didesain oleh pemerintah.
Dari proposal dan ringkasan inovasi yang masuk, juri akhirnya memilih 55 proyek penelitian LKIR dan 50 inovasi NYIA. Tahun ini, penelitian sosial dan kemanusiaan menjadi bidang yang paling menarik bagi pelajar untuk melakukan riset dengan total 615 proposal disusul ilmu hayati 566 proposal. Sementara peserta NYIA lebih banyak membuat inovasi di bidang keamanan, keselamatan, dan kesehatan khususnya berbasis aplikasi.
LKIR adalah kompetisi ilmiah bagi siswa SMP dan SMA/sederajat untuk menjaring proposal terbaik dari seluruh Indonesia yang nantinya akan dibimbing langsung oleh peneliti BRIN. Sementara NYIA adalah kompetisi ilmiah bagi remaja setingkat SD, SMP, dan SMA dalam melakukan inovasi.
Pemenang LKIR akan diikutsertakan di ajang Regeneron International Science and Engineering Fair, sebuah ompetisi ilmiah terbesar di dunia yang diselenggarakan oleh Society for Science. Sementara pemenang NYIA akan berafiliasi dengan kompetisi International Exhibition for Young Inventors yang merupakan ajang pameran dan kompetisi inovasi remaja dari seluruh dunia.
”Kegiatan kompetisi ilmiah ini merupakan langkah awal dalam mengedukasi dan mengekspos generasi muda dengan memberikan contoh-contoh yang tepat bagaimana penelitian dilakukan. Ini juga menjadi proses pengasuhan talenta riset muda Indonesia dalam skema besar pembinaan yang harus segera didesain oleh pemerintah,” kata Arthur.
Plt Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN Mego Pinandito mengatakan, proses pementoran penelitian oleh pembimbing dengan peserta selama kompetisi hampir seluruhnya dilakukan secara virtual. Bagi peserta, proses diskusi dengan dasar-dasar ilmiah menjadi pengalaman yang berharga untuk kegiatan pembelajaran atau penelitian ke depan.
Mego berharap, melalui kompetisi LKIR ke-53 dan NYIA ke-14 yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda bisa memberikan energi yang positif dalam menyatukan persaingan maupun perbedaan dalam konteks penelitian. Semangat melakukan riset maupun kajian ilmiah juga diharapkan dapat menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi saat ini.
Plt Kepala Pusat Prestasi Nasional Asep Sukmayadi menambahkan, kompetisi LKIR dan NYIA sangat penting dan strategis mengingat Indonesia menerapkan sistem merdeka belajar. Sistem ini menghendaki seluruh proses penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam pembelajaran difokuskan pada peserta didik.
Menurut Asep, proses pembelajaran di tingkat satuan pendidikan didorong untuk dikerjakan secara holistik dan integratif. Sekolah maupun guru-guru juga telah diberikan kebebasan untuk secara kreatif mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan potensi, serta tumbuh kembang anak.
”Kegiatan seperti LKIR ini kami sambut baik karena dapat menjadi sarana tampilnya kreativitas dan inovasi peserta didik sebagai cerminan sistem merdeka belajar berbasis proyek dan mengedepankan kolaborasi,” tambahnya.