Menyusui Mencegah Penurunan Kognisi di Masa Tua
Menyusui bukan hanya menjalin kedekatan antara ibu dan anak. Para peneliti juga menemukan bahwa menyusui yang lebih lama dikaitkan dengan kinerja kognitif pada ibu yang lebih baik di masa depan.
Menyusui telah diketahui sangat penting bagi kesehatan fisik dan emosional bayi. Studi terbaru juga menemukan, menyusui ternyata sangat bermanfaat bagi ibu, yaitu bisa mencegah penurunan kognisi.
Studi ini dipimpin para peneliti di University of California Los Angeles (UCLA) Health dan dipublikasikan di jurnal Evolution, Medicine and Public Health pada 22 Oktober 2021.
”Sementara banyak penelitian telah menemukan bahwa menyusui meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang anak, penelitian kami adalah salah satu dari sedikit yang telah melihat efek kesehatan jangka panjang bagi wanita yang menyusui bayi mereka,” kata Molly Fox, penulis utama studi ini dan Asisten Profesor di Departemen Antropologi, dalam keterangan tertulis.
Kajian ini menemukan adanya kinerja kognitif superior di antara wanita di atas 50 tahun yang telah menyusui. ”Ini menunjukkan bahwa menyusui mungkin bermanfaat dalam ’neuroprotektif’ di kemudian hari,” katanya.
Penting untuk lebih memahami implikasi kesehatan menyusui bagi wanita, mengingat wanita saat ini menyusui lebih jarang dan untuk periode waktu yang lebih singkat daripada yang dipraktikkan secara historis.
Kesehatan kognitif sangat penting untuk kesejahteraan pada orang dewasa yang menua. Namun, ketika kognisi menjadi terganggu setelah usia 50 tahun, itu bisa menjadi prediktor kuat penyakit alzheimer (AD), bentuk utama demensia dan penyebab kecacatan di antara orang tua. Data menunjukkan, hampir dua pertiga wanita lanjut usia di Amerika hidup dengan penyakit ini.
Banyak penelitian juga menunjukkan bahwa fase sejarah kehidupan reproduksi wanita, seperti menstruasi, kehamilan, menyusui, dan menopause, dapat dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi atau lebih rendah untuk mengembangkan berbagai kondisi kesehatan, seperti depresi atau kanker payudara. Namun, hanya sedikit penelitian yang meneliti menyusui dan dampaknya pada kognisi jangka panjang wanita.
”Apa yang kami ketahui adalah bahwa ada korelasi positif antara menyusui dan risiko penyakit lain yang lebih rendah, seperti diabetes tipe-2 dan penyakit jantung, serta bahwa kondisi ini sangat terkait dengan risiko AD yang lebih tinggi,” kata Helen Lavretsky, penulis senior paper ini yang juga profesor di Departemen Psikiatri dan Ilmu Biobehavioral di Institut Semel untuk Ilmu Saraf dan Perilaku Manusia di UCLA.
Mengatur stres
Menyusui juga diketahui membantu mengatur stres, meningkatkan ikatan bayi, dan menurunkan risiko depresi pasca-melahirkan, yang menunjukkan manfaat neurokognitif akut bagi ibu. ”Kami menduga hal itu juga dapat dikaitkan dengan kinerja kognitif superior jangka panjang untuk sang ibu juga,” kata Fox.
Untuk mengetahuinya, para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan dari wanita yang berpartisipasi dalam dua uji klinis terkontrol acak cross-sectional selama 12 minggu di UCLA Health. Pertama, konektivitas dan respons otak terhadap ”tai chi” pada depresi geriatri dan penurunan kognitif, termasuk peserta yang mengalami depresi.
Baca juga: Mendukung Ibu Menyusui secara Eksklusif
Kedua, mengurangi risiko penyakit alzheimer pada wanita berisiko tinggi melalui yoga atau pelatihan memori yang mengikutsertakan peserta yang tidak mengalami depresi dengan beberapa keluhan memori subyektif dan risiko penyakit jantung.
Di antara dua percobaan, 115 wanita memilih untuk berpartisipasi dengan 64 diidentifikasi sebagai depresi dan 51 nondepresi. Semua peserta menyelesaikan serangkaian tes psikologi yang komprehensif untuk mengukur pembelajaran, ingatan yang tertunda, fungsi eksekutif, dan kecepatan pemrosesan.
Mereka juga menjawab kuesioner tentang riwayat kehidupan reproduksi mereka yang mencakup pertanyaan tentang usia mereka mulai menstruasi, jumlah kehamilan lengkap dan tidak lengkap, lama waktu mereka menyusui untuk setiap anak, serta usia menopause mereka.
Tidak ada peserta yang didiagnosis dengan demensia atau diagnosis psikiatri lainnya, seperti gangguan bipolar, ketergantungan alkohol atau obat-obatan, gangguan neurologis, atau memiliki cacat lain yang menghalangi partisipasi mereka atau mengonsumsi obat psikoaktif apa pun. Juga tidak ada perbedaan yang signifikan dalam usia, ras, pendidikan, atau ukuran kognitif lainnya antara peserta depresi dan nondepresi.
Temuan kunci dari analisis para peneliti terhadap data yang dikumpulkan dari kuesioner tentang riwayat reproduksi wanita mengungkapkan bahwa sekitar 65 persen wanita yang tidak depresi dilaporkan telah menyusui, dibandingkan dengan 44 persen wanita yang depresi. Semua peserta nondepresi melaporkan setidaknya pernah mengalami kehamilan dibandingkan dengan 57,8 persen dari peserta depresi.
Baca juga: Menyusui Bukan Hanya Tanggung Jawab Ibu
Hasil dari tes kognitif juga mengungkapkan bahwa mereka yang telah menyusui, terlepas dari apakah mereka mengalami depresi atau tidak, tampil lebih baik di keempat tes kognitif yang mengukur pembelajaran, ingatan yang tertunda, fungsi eksekutif, dan pemrosesan dibandingkan dengan wanita yang tidak menyusui.
Lama menyusui
Analisis terpisah dari data untuk kelompok depresi dan nondepresi juga mengungkapkan bahwa keempat skor domain kognitif secara signifikan terkait dengan menyusui pada wanita yang tidak mengalami depresi. Tetapi, pada wanita yang mengalami depresi, hanya dua domain kognitif, yaitu fungsi eksekutif dan kecepatan pemrosesan, yang secara signifikan terkait dengan menyusui.
Menariknya, para peneliti juga menemukan bahwa waktu menyusui yang lebih lama dikaitkan dengan kinerja kognitif yang lebih baik. Ketika mereka menambahkan semua waktu yang dihabiskan seorang wanita untuk menyusui dalam hidupnya, mereka menemukan bahwa wanita yang tidak menyusui memiliki skor kognitif yang jauh lebih rendah di tiga dari empat domain dibandingkan dengan wanita yang telah menyusui selama 1-12 bulan dan di keempat domain dibandingkan dengan wanita yang telah menyusui selama lebih dari 12 bulan. Wanita yang menyusui paling lama memiliki skor tes kognitif tertinggi.
”Studi di masa depan akan diperlukan untuk mengeksplorasi hubungan antara riwayat menyusui wanita dan kinerja kognitif dalam kelompok wanita yang lebih besar serta lebih beragam secara geografis. Penting untuk lebih memahami implikasi kesehatan menyusui bagi wanita, mengingat wanita saat ini menyusui lebih jarang dan untuk periode waktu yang lebih singkat daripada yang dipraktikkan secara historis,” kata Fox.