Pasarmu.id, Bahan Dapur Hadir Tanpa Harus ke Pasar
Pasarmu.id memberi kemudahan bagi sebagian orang di tengah pandemi Covid-19. Selalu ada jalan bagi yang tidak mau menyerah begitu saja. Pasarmu.id mencoba mematri semangat itu.
Pasarmu.id memberi kemudahan bagi sebagian orang di tengah pandemi Covid-19. Menggunakan kemudahan teknologi, aplikasi belanja ini juga memberi harapan bagi banyak orang lainnya.
Langit masih gelap ketika Yogi Prayoga (24) menyusuri lorong Pasar Jagasatru, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/10/2021) pukul 04.00. Matanya sayu, dia masih mengantuk. Namun, keinginannya mencari bahan masakan dapur untuk ibu-ibu yang berhalangan ke pasar saat pandemi Covid-19 mantap memandu langkahnya.
Ia membeli tomat, cabai, kol, kacang panjang, hingga telur. Aneka bahan pangan itu merupakan pesanan warga di Pasarmu.id, aplikasi yang memudahkan konsumen di Cirebon mendapatkan bahan dapur tanpa harus ke pasar.
Setelah semua pesanan diborong, Yoga kembali memacu sepeda motornya sekitar 1,6 kilometer ke kantor Pasarmu.id di Jalan Rajawali, Kota Cirebon, menjelang pukul 06.00. Aneka sayuran yang ia bawa kemudian dibersihkan dan dikemas tiga pemuda lain.
Baca juga : Petani Lembang di Bandung Barat Menyiasati Pandemi Lewat Pemasaran Daring
Aktivitas pagi itu belum usai. Yoga lantas membawa sepeda motornya meluncur ke Pasar Kanoman, 3 km dari kantor. Kakinya yang beralas sandal jepit melintasi jalan tegel, aspal, dan becek demi mengumpulkan orderan pelanggan. Aroma mangga harum manis hingga amis ikan teri menembus maskernya.
Di pasar yang berdekatan dengan Keraton Kanoman itu, Yoga membeli ayam potong, cumi kering, hingga avokad. ”Di sini, harganya memang lebih mahal Rp 1.000-Rp 2.000 dibandingkan Pasar Jagasatru, tetapi di Kanoman barangnya lengkap,” katanya.
Sesekali ia mengecek pesanan konsumen di gawainya. Yoga juga tak sembarangan memilih barang. ”Daging ayam hanya bertahan sehari. Kalau warnanya sudah kekuningan, berarti sudah lama. Ikan juga harus dipegang. Kalau lembek, enggak segar lagi,” katanya.
Jika barang yang diincar tak ada, ia segera mengabari kru lain untuk diinformasikan kepada pemesan. Yoga juga pernah kekurangan uang saat belanja. ”Namun, karena sudah kenal dengan penjualnya, jadi bisa dibayar nanti. Yang penting, barang ini diantar ke pelanggan dulu,” ujarnya.
Beginilah kesibukan Yoga sejak bergabung dengan Pasarmu.id sekitar tiga bulan lalu. Lulusan sekolah menengah kejuruan di Majalengka, Jabar, ini sebelumnya merupakan sekuriti sebuah hotel bintang 4 di Bandung.
Gelombang kedua pandemi Covid-19 pada Juli lalu membuat perusahaan merumahkan karyawan, termasuk dirinya. ”Dari sekitar 200 kamar, yang terisi hanya enam kamar. Padahal, itu akhir pekan. Waktu itu, suara ambulans masih lebih sering terdengar,” kenangnya.
Anak yatim ini akhirnya pulang kampung ke Cirebon. Lagi, ia menganggur. Sebelum itu, kerjaannya sebagai penjual ayam potong juga terdampak pandemi. Kerabatnya menawarkannya kerja di Bali sebagai pembuat alat musik, tetapi gagal.
Beruntung, Musfi Yuliadi (37), pendiri Pasarmu.id, merekrutnya. Rumah Yuliadi kebetulan dekat dengan tempat Yoga dulu jualan ayam. Bahkan, beberapa kali Yuliadi membeli dagangan Yoga untuk kebutuhan Pasarmu.id. Yoga pun senang hati menerima tawaran itu.
Selain digaji, ia juga diizinkan tinggal di kantor dengan gratis. Bahkan, makanan tersedia secara cuma-cuma. ”Kalau dihitung-hitung, apa yang saya dapat di Pasarmu.id ini lebih besar dibandingkan gaji waktu jadi satpam di hotel. Saat jadi satpam, gaji saya hanya Rp 2,4 juta per bulan,” ucapnya.
Tidak hanya mampu menabung, Yoga juga kini leluasa pulang ke rumah keluarganya di Plumbon, sekitar 15 km dari kantor. Waktu kerjanya juga lebih fleksibel. Setelah daftar belanjaan terkumpul pukul 08.00, Yoga bisa merebahkan badan, bersantai.
Giliran kru lain mencuci dan mengemas bahan dapur tersebut. Tiga pemuda berkumis memotong pucuk sayuran yang rusak lalu membungkusnya dengan plastik. Barang rusak langsung disingkirkan.
Setelah itu, kurir menyiapkan kantong bertuliskan nomor pesanan dan mengisinya sesuai barang berlanjaan. Melalui aplikasi khusus, kurir menerima lokasi konsumen. Beberapa di antaranya tidak memerlukan peta lagi karena alamatnya sudah di luar kepala kurir.
Suherman (34), misalnya, pagi itu mengantarkan pesanan warga ke tiga tempat tanpa melihat peta di gawainya. Sebelum berangkat, ia menghubungi pemesan. Ia tidak hanya mengedrop barang ke ruko, tetapi juga di gang sempit.
Sesampainya di lokasi tujuan, ia mengecek kembali kelengkapan pesanan. Setelah aman, transaksi dilakukan dengan uang tunai dan transfer, tergantung konsumen. Pembayaran bisa juga via standar kode respons cepat Indonesia atau QRIS yang mengalung di lehernya.
Tidak ada ongkos kirim selama lokasi pemesan masih di sekitar Kota Cirebon. Namun, jika daerahnya di Kabupaten Cirebon, seperti Ciwaringin, Ciledug, dan Dukupuntang, biaya antar bisa mencapai Rp 15.000.
”Orang tetap mesen (pesan) karena rumahnya jauh dari pasar atau barang yang dicari enggak ada di tempatnya,” kata Herman, sapaannya. Waktu kirimnya juga sesuai keinginan pelanggan. Ada juga yang minta barang diantar sore hari setelah konsumen itu pulang kerja.
Baca juga : Penjual Sayur Daring Kebanjiran Pesanan
Pasarmu.id perlahan menjelma solusi untuk ibu-ibu yang tidak sempat ke pasar di tengah pandemi Covid-19. Artantiani Putri (30), warga Kota Cirebon, sangat terbantu dengan kehadiran Pasarmu.id meski tidak semua barang yang dipesan tersedia. ”Ini memudahkan mendapat bahan pokok tanpa harus ke pasar. Jadi, terbebas dari kerumunan,” ucapnya.
Sebaliknya, platform itu juga membuka lapangan kerja bagi orang seperti Herman dan Yoga. Sebelumnya, Herman menggantungkan hidup sebagai pengendara ojek daring. Namun, wabah Covid-19 mengurangi orderannya dari biasanya 10 trip per hari menjadi paling banyak setengahnya. Penghasilannya anjlok dari sebelumnya Rp 100.000 per hari ke Rp 50.000 sehari.
”Bahkan, pernah enggak ada penumpang,” ucap bapak dua anak ini.
Hingga Februari 2021, rekannya sesama pengendara ojek daring, Yayan, memanggilnya bergabung ke Pasarmu.id. Berbeda dengan ojek daring, Herman kini menerima gaji bulanan. Penghasilannya tak lagi ditentukan jumlah trip.
”Gaji di Pasarmu.id lumayanlah, bisa untuk hidup sebulan,” katanya.
Tiga bulan pertama, hanya tiga orderan sehari. Sekarang, rata-rata 25 orderan per hari. Bahkan, pernah sampai 40 pesanan (Musfi Yuliadi).
Jembatan
Yuliadi mengatakan, Pasarmu.id merupakan jembatan bagi konsumen dan pedagang pasar. Aplikasi ini mulai dicanangkan sejak Mei 2020 dan beroperasi pada September tahun lalu. Saat itu, mobilitas masyarakat, termasuk ke pasar, dibatasi untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Dengan Pasarmu.id, pelanggan hanya mengeklik barang yang diinginkan di aplikasi. Di sana, terdapat aneka sayuran mulai dari harga Rp 2.000 hingga produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal. Pemesanan dilakukan sehari sebelumnya dan pembayaran setelah barang tiba.
”Tiga bulan pertama, hanya tiga orderan sehari. Sekarang, rata-rata 25 orderan per hari. Bahkan, pernah sampai 40 pesanan,” ujar lulusan Telkom University, Bandung, tersebut. Jumlah kru juga meningkat dari 3 orang menjadi 12 orang, semuanya laki-laki.
Di layanan Playstore, aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 5.000 kali dengan ulasan 4,6 bintang, hampir mencapai penilaian terbaik, lima bintang. Adapun yang teregister sebagai pelanggan, katanya, sekitar 3.800 akun. Ini belum termasuk warga yang memesan melalui laman pasarmu.id.
Pasarmu.id kian berkembang dengan pendampingan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon. Selain memfasilitasi di sejumlah pameran, KPwBI Cirebon juga menghubungkan Pasarmu.id dengan petani bawang merah, cabai, dan kentang di Majalengka.
Pasarmu.id mendapat pasokan bahan langsung dari petani. Sebaliknya, petani bisa terbantu saat harga jualnya rendah karena spekulasi tengkulak. KPwBI juga mendorong puluhan UMKM binaannya punya pemasaran digital di Pasarmu.id.
Operasi pasar murah Ramadhan 2021 lalu juga via Pasarmu.id. Selain mencegah kerumunan saat pandemi, program Tim Pengendali Inflasi Daerah Kota Cirebon itu juga menjaga stabilitas harga pangan. Harga sayuran di Pasarmu.id tetap, tidak bergantung momen inflasi, seperti Lebaran dan hari raya lainnya.
Kepala KPwBI Cirebon Bakti Artanta mengatakan, Pasarmu.id ini solusi di tengah pandemi. Masyarakat bisa berbelanja di pasar dari rumah, tanpa harus tatap muka. ”Aplikasi ini juga membawa Kota Cirebon berpotensi terus inovatif,” katanya.
Pandemi mematikan sumber penghasilan sebagian kalangan. Namun, selalu ada pelangi setelah hujan lebat. Selalu ada jalan bagi yang tidak mau menyerah begitu saja. Pasarmu.id mencoba mematri semangat itu.
Baca juga : Daya Petani Desa Menjaga Kota