Bentang alam dan kondisi Bumi akan menjadi sangat ekstrem untuk dihuni oleh manusia sebagai akibat pemanasan global.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
AP Photo/Pedro Armestre
Lanskap kota Jubrique di Provinsi Malaga, Spanyol, dengan latar belakang pegunungan yang diselimuti asap karena kebakaran lahan, Senin (13/9/2021). Akibat kebakaran tersebut, seorang petugas tewas saat bertugas memadamkan api.
JAKARTA, KOMPAS — Kecuali emisi karbon dioksida turun secara signifikan, pemanasan global akan menjadikan Bumi pada tahun 2500 menjadi sangat ekstrem untuk dihuni manusia. Saat itu Amazon diprediksi menjadi area tandus dan banyak daerah tropis seperti India dan Indonesia terlalu panas untuk ditinggali.
”Kita perlu membayangkan Bumi yang mungkin dihadapi anak dan cucu kita, dan apa yang dapat kita lakukan sekarang untuk membuatnya adil dan layak huni bagi mereka. Jika kita gagal memenuhi tujuan Kesepakatan Paris dan emisi terus meningkat, banyak tempat di dunia akan berubah secara dramatis,” kata Christopher Lyon, peneliti di Universitas McGill, dalam keterangan tertulis, Kamis (14/10/2021).
Lyon merupakan salah satu penulis yang hasil kajiannya tentang kondisi Bumi pada 2500 baru-baru ini dipublikasikan di Global Change Biology. Dalam penelitian ini, Lyon dan tim menjalankan model iklim global berdasarkan proyeksi bergantung waktu dari konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer untuk skenario mitigasi rendah, sedang, dan tinggi hingga tahun 2500.
Panel atas: Anomali suhu udara dekat permukaan rata-rata global (garis rapat) dan kenaikan permukaan laut termosterik (garis putus-putus) relatif terhadap rata-rata 2000–2019 untuk skenario RCP6.0, RCP4.5, dan RCP2.6. Daerah yang diarsir menyoroti cakrawala waktu yang diminati dan tahun referensi nominalnya: 2020 (rata-rata 2000–19, mewakili iklim saat ini); 2100 (2080–99); 2200 (2180–99); dan 2500 (2480–2499). Persilangan mewakili proyeksi pemanasan dari model CMIP5 untuk 2280–2299 relatif terhadap 2000–19. Panel bawah: Anomali spasial relatif terhadap 2000–2019 rata-rata untuk iklim 2100, 2200, dan 2500 di bawah tiga RCP. Sumber: Global Change Biology (2021)
Tropis terlalu panas
Di bawah skenario mitigasi rendah dan menengah, yang artinya tidak memenuhi tujuan Kesepakatan Paris untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat celsius, vegetasi dan area penanaman tanaman terbaik dapat bergerak ke arah kutub. Area yang cocok untuk beberapa tanaman juga akan berkurang.
Tempat-tempat dengan sejarah panjang kekayaan budaya dan ekosistem, seperti Lembah Amazon, bisa menjadi tandus. Daerah tropis rata-rata menjadi terlalu panas untuk dihuni.
Mereka menemukan bahwa tekanan panas dapat mencapai tingkat yang fatal bagi manusia di daerah tropis yang berpenduduk padat. Bahkan, di bawah skenario mitigasi tinggi, tim menemukan bahwa permukaan laut terus naik karena mengembang dan bercampurnya air di lautan yang memanas.
”Proyeksi ini menunjukkan besarnya potensi pergolakan iklim pada skala waktu yang lebih lama dan berada dalam kisaran penilaian yang dibuat oleh orang lain,” kata Lyon.
Kita perlu membayangkan Bumi yang mungkin dihadapi anak dan cucu kita, dan apa yang dapat kita lakukan sekarang untuk membuatnya adil dan layak huni bagi mereka.
Dalam kajian ini, tim peneliti juga memproyeksikan situasi anak benua India menjadi salah satu wilayah terpadat di Bumi pada 2500. Kajian sebelumnya oleh Masdiyasni dan tim (2017) menunjukkan, India telah mengalami kondisi iklim yang ekstrem dengan ribuan kematian akibat stres panas tercatat antara tahun 2013 dan 2015 saja.
Pemodelan Lyon dan tim yang menunjukkan bahwa rata-rata suhu bulanan musim panas di India dapat meningkat 2 derajat celsius pada tahun 2100 dan 4 derajat celsius pada tahun 2500 menunjukkan bahwa kawasan ini akan mengalami tekanan panas yang lebih tinggi daripada yang diproyeksikan untuk tahun 2100.
Model vegetasi darat yang dinamis juga memproyeksikan perluasan hutan tropis di seluruh anak benua India menuju 2500. Curah hujan monsun diproyeksikan meningkat secara substansial di masa depan, mencapai dua kali lipat laju curah hujan hari ini, yang berarti meningkatkan risiko bencana.
Kompas
Proyeksi kehidupan di anak benua India (e) pada tahun 2020 dan (f) pada 2500 di bawah skenario pemanasan global yang terus berlanjut. Para peneliti menggambarkan pandangan konservatif adaptasi manusia berdasarkan teknologi serupa hari ini dan dari fiksi ilmiah (Elson, 2016; Smith, 2008). Panas yang ekstrem mungkin memerlukan pakaian pelindung pribadi untuk aktivitas di luar ruangan—dalam kasus hipotetis ini, helm tertutup dan setelan yang mengalirkan air dan pendingin ke seluruh tubuh. Pertanian luar ruang pada 2500 dapat dikelola oleh mesin drone otomatis. Sumber: Global Change Biology (2021)
Melampaui 2100
Selama ini, banyak laporan berdasarkan penelitian ilmiah berbicara tentang dampak jangka panjang dari perubahan iklim, seperti naiknya tingkat gas rumah kaca, suhu, dan permukaan laut. Namun, kebanyakan dari kajian ini tidak melihat melampaui cakrawala 2100.
Untuk sepenuhnya memahami dan merencanakan dampak iklim di bawah skenario apa pun, peneliti dan pembuat kebijakan harus melihat jauh melampaui tolok ukur 2100. ”Kesepakatan Paris, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan laporan penilaian ilmiah Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, semuanya menunjukkan kepada kita apa yang perlu kita lakukan sebelum tahun 2100 untuk memenuhi tujuan kita dan apa yang bisa terjadi jika kita tidak melakukannya,” kata Lyon.
Akan tetapi, tolok ukur ini, yang telah digunakan selama lebih dari 30 tahun, dinilai terlalu sempit karena orang yang lahir sekarang hanya akan berusia 70-an pada tahun 2100. Oleh karena itu, proyeksi iklim dan kebijakan yang bergantung padanya tidak boleh berhenti pada tahun 2100 karena mereka tidak dapat sepenuhnya memahami potensi cakupan jangka panjang dari dampak iklim.
Dengan memproyeksikan iklim hingga 2500, Lyon dan tim menemukan bahwa Bumi semakin sulit dihuni oleh manusia. Ini menunjukkan, langkah kita saat ini bisa sangat menentukan bagi keberlangsungan hidup populasi manusia di kemudian hari.