Es di Samudra Arktik Diperkirakan Tidak Bertahan hingga Akhir Abad Ini
Dengan skenario pesimistis, di mana emisi berlanjut di jalur seperti saat ini, es musim panas akan hilang pada tahun 2100, bersama dengan makhluk seperti anjing laut dan beruang kutub.
Oleh
Ahmad Arif
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan suhu Bumi yang terus memanas, es di lautan sekitar Kutub Utara telah menyusut dengan cepat dan diperkirakan tidak akan bertahan hingga akhir abad ini. Padahal, air dari pencairan es dapat mengalir dari permukaan ke laut dan bisa mengganggu ekosistem di sekitarnya.
Studi tentang ancaman hilangnya es lautan di Laut Arktik ini terbit di jurnal Earth’s Future edisi September 2021. Robert Newton, ilmuwan di Lamont-Doherty Earth Observatory Universitas Columbia, yang turut dalam studi ini, dalam keterangan tertulis, Selasa (12/10/2021), mengatakan, ”Jika es sepanjang tahun hilang, seluruh ekosistem yang bergantung pada es akan runtuh dan sesuatu yang baru akan dimulai.”
Jika es sepanjang tahun hilang, seluruh ekosistem yang bergantung pada es akan runtuh dan sesuatu yang baru akan dimulai.
Studi ini dilakukan dengan mengamati wilayah seluas sejuta kilometer persegi di utara Greenland dan pantai Kepulauan Kanada di dekat Kutub Utara, di mana es laut sepanjang tahun secara tradisional paling tebal dan dengan demikian cenderung paling tangguh. Dikatakan, di bawah skenario optimistis dan pesimistis, pada 2050 es musim panas di wilayah ini akan menipis secara dramatis.
Di bawah skenario optimistis, jika emisi karbon dapat ditekan, beberapa es musim panas bisa bertahan. Namun, di bawah skenario pesimistis, di mana emisi berlanjut di jalur seperti saat ini, es musim panas akan hilang pada tahun 2100, bersama dengan makhluk seperti anjing laut dan beruang kutub.
Sebagaimana diketahui, di musim dingin, sebagian besar permukaan Samudra Arktik membeku. Es bisa tumbuh hingga 1 meter tebalnya setiap musim dingin dan jika bertahan satu atau lebih musim panas, itu bisa mencapai beberapa meter.
Di musim panas, beberapa pencairan biasanya terjadi dan area perairan terbuka yang tersebar muncul. Ini membantu angin dan arus membawa es terapung dalam jarak yang sangat jauh di berbagai area, termasuk Transpolar Drift, yang membawa es searah jarum jam dari Siberia menuju Greenland dan Kanada.
Setiap tahun, beberapa es mencapai Atlantik Utara melalui selat antara Greenland dan Norwegia. Tetapi, sebagian besar didorong ke pantai utara terjauh Arktik, di sepanjang Greenland dan pulau-pulau Kanada. Di sini, aliran es yang berulang kali dapat membangun lapisan dan punggungan tekanan setinggi 10 meter. Sebagian besar es akan bertahan selama 10 tahun atau lebih sebelum akhirnya putus dan bergerak mundur.
Hasil dari fenomena ini adalah terbentuknya ekosistem laut yang kaya. Di sepanjang tepi dan dasar es ini, diatom bermekaran dan membentuk lapisan tebal seiring waktu. Ini memberi makan hewan kecil yang hidup di dalam dan di dekat es, yang kemudian memberi makan ikan, dan berikutnya makanan bagi anjing laut, dan puncaknya memberi makan bagi beruang kutub. Selain itu, topografi yang tebal dan tidak beraturan menyediakan banyak tempat persembunyian bagi anjing laut dan gua es bagi beruang kutub untuk musim dingin dan membesarkan anak-anak mereka.
Secara historis, sebagian besar es yang berakhir di Last Ice Area berasal dari landas kontinen di Siberia melalui pergeseran Transpolar. Es Siberia juga bercampur dengan es yang terbentuk di Samudra Arktik tengah, yang juga dapat menyebar ke Area Es Terakhir. Tapi, lautan sekarang membentuk es yang semakin tipis, yang mencair lebih cepat di perairan musim panas yang semakin terbuka.
Saat tren ini berkembang, sebut peneliti, ini akan membuat Area Es Terakhir menyusut dalam beberapa dekade mendatang. Beberapa es akan terus mengalir dari Arktik tengah, dan beberapa akan terbentuk secara lokal, tetapi keduanya tidak akan cukup untuk mempertahankan kondisi saat ini.
Pada pertengahan abad, di bawah skenario rendah emisi para peneliti, bahkan es dari Arktik tengah akan berkurang, dan es yang tebal dan bertahun-tahun akan menjadi sesuatu dari masa lalu. Es musim panas yang terbentuk secara lokal akan bertahan di Area Es Terakhir, tetapi hanya setebal 1 meter. Jika hal ini terjadi, setidaknya beberapa anjing laut, beruang, dan makhluk lain dapat bertahan hidup, seperti yang mereka lakukan saat ini di bawah kondisi musim panas yang serupa di sepanjang Alaska barat dan sebagian Teluk Hudson.
Meski demikian, di bawah skenario emisi yang lebih tinggi, pada tahun 2100, bahkan es yang terbentuk secara lokal akan menghilang di musim panas. Tidak akan ada lagi es musim panas di mana pun dan tidak ada ekosistem yang bisa bertahan.
”Ini bukan untuk mengatakan itu akan menjadi lingkungan yang tandus dan tak bernyawa,” kata Newton. ”Hal-hal baru akan muncul, tetapi mungkin perlu beberapa waktu bagi makhluk baru untuk datang.”
Perubahan hidrologi
Riset terpisah oleh tim peneliti dan mahasiswa Universitas Montana menemukan lapisan Es Greenland saat merespons iklim yang memanas. Peneliti dari Departemen Geosains Universitas Montana (UM), Toby Meierbachtol, mengatakan, ”Air dari pencairan es dapat mengalir dari permukaan ke laut dan berkontribusi pada kenaikan permukaan laut, dapat membeku kembali di tempat dan benar-benar menghangatkan es, dan bahkan dapat mencapai dasar lapisan es dan bertindak sebagai semacam pelumas untuk membuat es meluncur dengan cepat di atas alasnya,” katanya.
Dalam artikel terbaru yang diterbitkan di Nature Geoscience, Meierbachtol dan tim menemukan, perubahan lapisan es memiliki dampak langsung pada air tanah yang mendasari Pulau Greenland. ”Tetapi, temuan terbaru kami menunjukkan bahwa perubahan lapisan es memiliki dampak nyata pada hidrologi Arktik, khususnya sistem air tanah masif yang membentang di bawah lapisan es.”
Dengan mempelajari daerah yang tertutup es 10.000 tahun yang lalu selama zaman es terakhir, tim menemukan bahwa massa besar dan sejumlah besar air dari es yang mencair dapat berdampak pada air tanah yang mendasarinya. Pemahaman baru ini dapat memiliki implikasi hilir yang penting tentang bagaimana penipisan Greenland berdampak pada Kutub Utara dengan mengurangi laju aliran air tanah ke laut, mengubah suhu air dan keseimbangan salinitas yang penting untuk pola sirkulasi laut.