Bukti Baru Tunjukkan Vaksin Melindungi dari Berbagai Varian Covid-19
Peneliti memiliki bukti baru bahwa vaksin memberikan perlindungan pada tubuh dibandingkan dengan mereka yang tidak divaksin ataupun tidak pernah terinfeksi virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -— Vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech memberikan perlindungan terhadap berbagai varian virus yang menyebabkan Covid-19, termasuk varian Delta yang sangat menular. Mereka yang terinfeksi virus sebelum vaksinasi juga menunjukkan respons kekebalan yang lebih kuat terhadap semua varian daripada mereka yang tidak terinfeksi dan divaksinasi sepenuhnya.
Temuan ini diterbitkan di jurnal Nature pada Senin (11/10/2021). Kajian ini didasari oleh kekhawatiran terjadinya peningkatan infeksi ”terobosan” yang disebabkan oleh varian Delta di antara individu yang divaksinasi. Dalam kajian ini, para peneliti memeriksa respons sistem kekebalan yang dipicu suntikan vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech.
”Vaksin menginduksi antibodi tingkat tinggi terhadap Delta dan sebagian besar varian. Dua suntikan lebih baik dari satu,” kata Akiko Iwasaki, profesor Immunobiologi Waldemar Von Zedtwitz dan penulis makalah.
Dalam kajian ini, tim peneliti yang dipimpin oleh Iwasaki dan dua penulis lain, Nathan Grubaugh (profesor epidemiologi di Yale) dan Saad Omer (Direktur Institut Yale untuk Kesehatan Global), mengumpulkan sampel darah dari 40 petugas kesehatan di Yale. Pengumpulan dilakukan antara November 2020 dan Januari 2021 sebelum mereka menerima vaksinasi. Selama penelitian tidak ada responden yang terinfeksi.
Respons sistem kekebalan terhadap varian Delta dalam darah semua sukarelawan umumnya kuat.
Pada minggu-minggu berikutnya, mereka secara berkala mengambil sampel tambahan setelah para sukarelawan menerima dosis pertama dan kedua vaksin mRNA Moderna atau Pfizer-BioNTech. Para peneliti kemudian mengekspos sampel darah para sukarelawan ke 16 varian SARS-CoV-2 yang berbeda, termasuk varian Delta, strain paling dominan yang beredar di Amerika Serikat. Selanjutnya, peneliti mengukur antibodi dan respons sel T untuk masing-masing varian.
Para peneliti menemukan bukti peningkatan respons sistem kekebalan di semua sampel darah meskipun kekuatan respons bervariasi menurut varian dan individu. Respons sistem kekebalan terhadap varian Delta dalam darah semua sukarelawan umumnya kuat dan bahkan lebih kuat dalam sampel yang dikumpulkan setelah suntikan kedua individu.
Dengan data ini, Iwasaki menyimpulkan, kasus terobosan yang dikaitkan dengan varian Delta tidak mungkin muncul dari kegagalan vaksin. Sebaliknya, penularan tersebut kemungkinan berasal dari sifat yang sangat menular dari varian Delta yang dapat mengatasi pertahanan kekebalan.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa individu yang divaksinasi cenderung memiliki infeksi yang lebih ringan. ”Varian Delta lebih menular daripada varian sebelumnya,” tambah Grubaugh. ”Penularan varian yang tinggi, bukan pelariannya dari respons imun yang diinduksi vaksin, penjelasan infeksi terbaik di antara yang divaksinasi.”
Respons imun
Para peneliti juga membagi sukarelawan kesehatan menjadi dua kelompok, yakni mereka yang telah terinfeksi oleh Covid-19 sebelum vaksinasi dan mereka yang tidak. Hasilnya, respons imun dari mereka yang terinfeksi sebelum vaksinasi lebih kuat daripada mereka yang tidak pernah terinfeksi.
”Pulih dari infeksi awal seperti mendapatkan suntikan vaksin pertama,” kata Iwasaki.
Suntikan booster (tambahan/ketiga) di antara mereka yang telah divaksinasi lengkap, menurut Iwasaki, dapat memiliki efek yang sama, yaitu meningkatkan keberadaan antibodi dan sel T yang melindungi terhadap infeksi baru.