Polusi Udara Percepat Penurunan Kemampuan Kognitif
Polusi udara dapat memicu terjadinya gangguan pada fungsi otak. Paparan polusi udara yang tinggi berkaitan erat dengan risiko penyakit alzheimer dan mempercepat penurunan kemampuan kognitif seseorang.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Aktivitas pabrik yang mengeluarkan asap di kawasan industri Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (13/8/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Paparan polusi udara dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit alzheimer. Selain itu, penurunan kemampuan kognitif juga menjadi lebih cepat.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Alzheimer\'s Disease yang dilakukan oleh Jennifer Ailshire, peneliti dari Universitas California Selatan, polusi udara berkaitan erat dengan kondisi penurunan kemampuan kognitif pada seseorang yang memiliki pendidikan rendah.
Selain itu, menurut data National Health and Retirement Study, orang berusia 65 tahun ke atas akan mengalami risiko gangguan kognitif yang lebih besar akibat paparan polusi udara berupa partikel halus berukuran kurang dari 2,5 mikrometer atau PM 2,5.
Namun, berdasarkan studi terbaru yang terbit di Alzheimer\'s & Dementia: The Journal of the Alzheimer\'s Association, Kamis (7/10/2021), para peneliti dari Universitas California Selatan melaporkan adanya indikasi penurunan neurotoksisitas atau kerusakan sistem saraf akibat zat beracun dari polusi udara berukuran 2,5 mikrometer (PM 2,5) pada manusia dan tikus. Hal ini diperkirakan karena jumlah PM 2,5 yang menurun selama sepuluh tahun terakhir.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Aktivis Gerakan Jeda Untuk Iklim melakukan aksi damai sebelum dimulainya sidang pembacaan putusan gugatan polusi udara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (16/9/2021). Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan gugatan Koalisi Ibu Kota terkait polusi udara. Hakim menyatakan pemerintah yang merupakan tergugat dalam perkara ini melakukan perbuatan melawan hukum berkaitan dengan penanganan polusi udara.
”Meningkatnya kualitas udara di seluruh negeri menjadi kisah sukses dari kebijakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Namun, tingkat polusi kembali naik secara signifikan di beberapa negara. Hal ini menjadi kekhawatiran terkait tren masa depan,” tutur Jennifer Ailshire seperti yang dikutip dari Sciencedaily, 7 Oktober 2021.
Dari tahun 2000 hingga 2020, tingkat PM 2,5 di AS mengalami penurunan 41 persen. Namun, mulai 2017, kualitas udara kembali memburuk.
Tingkat polusi kembali naik secara signifikan di beberapa negara. Hal ini menjadi kekhawatiran terkait tren masa depan.
Caleb Finch, profesor dari Universitas California Selatan, yang juga turut dalam penelitian terkait PM 2.5, mengungkapkan, upaya untuk meningkatkan kualitas udara amat penting dilakukan. Ini juga disertai dengan evaluasi terkait dampak neurotoksisitas akibat polusi udara.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Kabut inversi permukaan menyelimuti sebagian besar wilayah Jakarta pada Selasa (9/6/2020) pagi. BMKG menyebut hal ini disebabkan adanya kondisi inversi di lapisan atmosfer yang merupakan fenomena biasa saat radiasi matahari belum menghangatkan permukaan bumi yang mendingin di pagi hari. Namun, hal ini dapat diperparah dengan adanya polusi udara.
Dalam penelitian yang dilakukan Finch sebelumnya, bersama dengan Jiu-Chiuan ”JC” Chen, proses penuaan otak yang diperburuk oleh polusi udara dapat meningkatkan risiko demensia. Dari penelitian tersebut menunjukkan, perempuan yang tinggal di lokasi dengan tingkat PM 2,5 yang tinggi lebih cepat mengalami gangguan otak seperti Alzheimer dibandingkan dengan perempuan yang tinggal di lingkungan dengan udara lebih bersih. Dalam jangka panjang, paparan PM 2,5 juga dapat berisiko menyebabkan kematian dini, terutama pada orang dengan penyakit jantung ataupun paru-paru kronis.
PM 2,5 merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Partikel ini bisa dengan mudah menembus sistem pernapasan manusia sehingga dapat memicu terjadinya penyakit pernapasan. Selain itu, partikel ini juga juga mudah masuk ke dalam otak.