WHO Merekomendasikan Vaksin Malaria untuk Anak secara Luas
Perjuangan melawan malaria memasuki babak baru. Organisasi Kesehatan Dunia untuk pertama kali merekomendasikan penggunaan vaksin malaria RTS,S/AS01 secara luas bagi anak-anak di sub-Sahara Afrika dan area lain.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk pertama kalinya merekomendasikan penggunaan vaksin malaria RTS,S/AS01 secara luas bagi anak-anak di sub-Sahara Afrika dan area lain dengan penularan malaria P. falciparum sedang hingga tinggi. Rekomendasi itu didasarkan pada hasil program percontohan di Ghana, Kenya, dan Malawi, serta menjangkau lebih dari 800.000 anak sejak 2019.
”Ini adalah momen bersejarah. Vaksin malaria untuk anak-anak yang lama dinantikan menjadi terobosan bagi ilmu pengetahuan, kesehatan anak, dan pengendalian malaria,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam keterangan pers, Rabu (6/10). Vaksin ini diharapkan mencegah malaria dan menyelamatkan puluhan ribu jiwa muda setiap tahun.
Malaria menjadi penyebab utama penyakit dan kematian anak di sub-Sahara Afrika. Lebih dari 260.000 anak-anak Afrika berusia di bawah lima tahun meninggal karena malaria setiap tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, WHO dan mitranya melaporkan stagnasi yang berlangsung terhadap penyakit mematikan itu.
Ini adalah momen bersejarah. Vaksin malaria untuk anak-anak yang lama dinantikan menjadi terobosan bagi ilmu pengetahuan, kesehatan anak, dan pengendalian malaria.
”Selama berabad-abad, malaria mengintai sub-Sahara Afrika, menyebabkan penderitaan pribadi yang luar biasa. Kami telah lama mengharapkan vaksin malaria yang efektif dan sekarang untuk pertama kalinya kami memiliki,” kata Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.
Moeti menambahkan, dalam konteks pengendalian malaria yang komprehensif, vaksin malaria RTS,S/AS01 dapat digunakan untuk pencegahan malaria P. falciparum pada anak-anak yang tinggal di daerah dengan penularan sedang hingga tinggi seperti yang didefinisikan WHO. Vaksin malaria RTS,S/AS01 harus diberikan dalam jadwal empat dosis pada anak-anak dari usia lima bulan untuk mengurangi penyakit dan beban malaria.
Temuan pengamatan
Rekomendasi WHO tersebut didasarkan pada data dan temuan dari program percontohan selama dua tahun vaksinasi di klinik kesehatan anak di tiga negara, yang dilaksanakan di bawah kepemimpinan Kementerian Kesehatan Ghana, Kenya, dan Malawi.
Data program percontohan menunjukkan, lebih dari dua pertiga anak di tiga negara tersebut yang tidak tidur di bawah kelambu mendapat manfaat dari vaksin RTS,S. Di tiga negara ini, lebih dari 90 persen anak-anak yang mendapat manfaat dari setidaknya satu intervensi pencegahan, yaitu kelambu yang diberi insektisida atau vaksin malaria.
Sejauh ini lebih dari 2,3 juta dosis vaksin telah diberikan di tiga negara Afrika dan hasilnya menunjukkan vaksin tersebut memiliki profil keamanan yang baik. Tidak ada dampak negatif serius yang dilaporkan.
Selain itu, vaksinasi masa kanak-kanak berdampak di kehidupan nyata, ditandai dengan pengurangan signifikan (30 persen) malaria parah yang mematikan, bahkan ketika diperkenalkan di daerah dengan kelambu berinsektisida banyak digunakan dan ada akses yang baik untuk diagnosis dan pengobatan. Pemodelan juga memperkirakan bahwa vaksin ini hemat biaya di daerah dengan penularan malaria sedang hingga tinggi.
Dengan data ini, WHO berencana menyusun rencana pendanaan dari komunitas kesehatan global untuk peluncuran vaksinasi malaria ini dalam skala lebih luas, serta mendorong agar negara-negara berisiko mengadopsi vaksin sebagai bagian dari strategi pengendalian malaria nasional.
Situasi di Indonesia
Malaria sejauh ini masih menjadi masalah amat serius di Indonesia. Bahkan, berdasarkan laporan WHO dalam World Malaria Report 2020, Indonesia berada di peringkat kedua negara di Asia bagian tenggara dan selatan dengan jumlah kasus malaria tertinggi setelah India. Meski mengalami penurunan pada rentang 2010-2014, tren kasus malaria di Indonesia cenderung stagnan dari tahun 2014-2019.
Tren kasus positif malaria dan jumlah penderita malaria (annual parasite incidence/API) menunjukkan, kabupaten atau kota endemis tinggi malaria terutama berada di wilayah Indonesia timur. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 86 persen kasus malaria terjadi di Provinsi Papua dengan jumlah 216.380 kasus di tahun 2019.
Berikutnya, Provinsi Nusa Tenggara Timur 12.909 kasus dan Provinsi Papua Barat 7.079 kasus. Meski demikian, masih terdapat wilayah endemis tinggi di Indonesia bagian tengah, tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.