Pandemi Covid-19 belum berakhir. Meski kasusnya menurun, masyarakat harus tetap waspada dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Tes, pelacakan, dan vaksinasi juga perlu terus digenjot.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat penularan Covid-19 di Indonesia terus menurun. Meski demikian, masyarakat diminta tidak lengah karena penyakit ini belum sepenuhnya hilang. Penularan Covid-19 berisiko naik kembali seiring dengan meningkatnya mobilitas warga dan longgarnya protokol kesehatan.
”Pengalaman terdahulu menunjukkan, peningkatan mobilitas akan diikuti kenaikan kasus dalam dua minggu hingga sebulan. Sebaliknya, jika mobilitas ditekan, kasus turun,” kata epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, dalam diskusi daring yang diselenggarakan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Selasa (28/9/2021).
Iwan menyebutkan, saat ini tingkat penularan Covid-19 di komunitas sudah rendah, tetapi risiko untuk meningkat lagi masih ada. ”Skenario terburuknya adalah mobilitas tak terkendali, protokol kesehatan tidak jalan, dan muncul varian baru. Itu bisa muncul gelombang ketiga yang bisa lebih tinggi,” ujarnya.
Agar hal tersebut tidak terjadi, menurut Iwan, semua pihak harus berpartisipasi menjaga agar kasusnya tetap rendah. ”Dalam melakukan aktivitas sosial ekonomi yang sudah dibolehkan, harus tetap hati-hati. Ikuti aturannya, tetap dengan protokol kesehatan, dan segera vaksinasi bagi yang belum,” katanya.
Selain masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan, sangat penting juga bagi pemerintah untuk meningkatkan kapasitas tes dan lacak. ”Terutama setiap kontak erat harus dilacak agar kasus tidak kembali membesar. Kalaupun kasus turun, tes dan lacak tidak boleh ditinggalkan,” ucapnya.
Menurut Iwan, sebagaimana terjadi di negara lain, virus ini tidak bisa benar-benar hilang. ”Covid-19 ini masih beredar. Di beberapa negara bahkan meningkat lagi. Meskipun sudah divaksin, tidak efektif 100 persen,” lanjutnya.
Penyakit endemik
Iwan menyebutkan, sebagian negara saat ini sudah melakukan transisi untuk menjadikan Covid-19 sebagai penyakit yang endemik. Ini berarti, penyakit ini akan tetap ada walaupun yang tertular relatif sedikit. ”Dalam situasi ini, kita bisa beraktivitas walaupun tidak bisa seperti sebelumnya, misalnya memakai masker masih terus,” katanya.
Dengan kecepatan vaksinasi sekarang, menurut Iwan, sampai akhir tahun 2021 diperkirakan sekitar 55 persen penduduk Indonesia sudah memiliki kekebalan, baik dari vaksinasi maupun karena pernah tertular. ”Artinya, masih ada separuh penduduk yang belum punya kekebalan dan masih bisa kena. Separuh penduduk kita itu banyak sekali,” katanya.
Peredaran virus di populasi, lanjut Iwan, juga bisa memicu mutasi. Mutasi-mutasi ini dikhawatirkan bisa memicu mutan yang bisa menyiasati antibodi sehingga bisa menulari mereka yang sudah divaksin juga. Selain itu, ancaman virus mutasi pun bisa berasal dari pelaku perjalanan dari luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan karantina secara ketat menjadi sangat penting.
Covid-19 ini masih beredar. Di beberapa negara bahkan meningkat lagi. Meskipun sudah divaksin, tidak efektif 100 persen.
Ketua Laboratorium Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi UI Dicky Pelupessy mengingatkan, perilaku manusia menjadi kunci untuk mengurangi penularan. ”Kebijakan dan penegakan aturan yang konsisten memang penting. Namun, kuncinya adalah kita sendiri, apakah patuh protokol kesehatan dan mau divaksin,” ucapnya.
Dicky mengatakan, protokol kesehatan hanya bisa efektif jika dilakukan bersama-sama. ”Sehingga sama-sama mendapatkan manfaat dari kebersamaan ini,” katanya.
Lima provinsi
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, saat ini masih ada lima provinsi yang perlu dipantau karena penurunan kasusnya belum signifikan. ”Penting menjadi perhatian lima provinsi yang mengalami kenaikan cukup tinggi, tetapi penurunannya belum setinggi kenaikan kasusnya,” ujar Wiku.
Kelima provinsi itu adalah Papua, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara. Sekalipun sudah ada penurunan dibandingkan Juli-Agustus 2021, angka kasus masih lebih tinggi dari sebelum terjadinya lonjakan. ”Perlu terus didorong agar penurunan kasus bisa lebih rendah lagi sampai kondisi sebelum lonjakan kasus,” katanya.
Laporan Satgas pada Selasa (28/9/2021), kasus Covid-19 secara nasional bertambah 2.057 kasus dalam sehari, tetapi kasus aktif berkurang 1.618 kasus. Adapun jumlah korban jiwa bertambah 124 orang sehingga total 141.709 orang.
Penambahan kasus terbanyak terjadi di Jawa Tengah dengan 308 kasus, disusul Jawa Barat 205 kasus, Jawa Timur 179 kasus, Sumatera Utara 105 kasus, dan DKI Jakarta 104 kasus. Sementara di Papua bertambah 41 kasus, Kalimantan Utara 55 kasus, Gorontalo 1 kasus, Sulawesi Selatan 66 kasus, dan Maluku Utara 8 kasus.