Upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Perlu Ditingkatkan
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan layanan kesehatan pada ibu dan bayi menurun. Fokus penanganan kesehatan ibu dan bayi di fasilitas kesehatan pun perlu kembali ditingkatkan tidak hanya untuk menangani Covid-19 saja.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta
Ibu hamil antre untuk mengikuti tes usap massal ibu hamil di GOR Pancasila, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (28/7/2020). Tes usap gratis dilakukan kepada ibu hamil yang memasuki usia kandungan 37 minggu. Tes tersebut merupakan usaha pemerintah kota setempat untuk melindungi keselamatan ibu dan bayi di tengah pandemi Covid-19.
JAKARTA, KOMPAS — Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia cukup tinggi. Padahal, hal tersebut menjadi indikator penting dalam penentuan derajat kesehatan masyarakat. Upaya penguatan keselamatan ibu dan anak pun perlu ditingkatkan.
Berdasarkan data Survei Penduduk Antar-Sensus (Supas) 2015, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara angka kematian bayi (AKB) tercatat 24 kasus per 1.000 kelahiran hidup.
Dari data sampling registration system (SRS) 2018, sebesar 76 persen kematian ibu terjadi di fase persalinan dan pasca-persalinan dengan proporsi 24 persen terjadi saat hamil, 36 persen saat persalinan, dan 40 persen pasca-persalinan. Selain itu, 62 persen kematian ibu dan bayi terjadi di rumah sakit.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, kolaborasi dan komitmen untuk mewujudkan layanan ibu dan bayi yang aman perlu ditingkatkan di masa pandemi Covid-19. Pandemi ini telah berdampak pada menurunnya layanan kesehatan ibu dan bayi, termasuk monitoring rutin kesehatan ibu hamil.
”Kita harus kembalikan lagi fokus pelayanan kesehatan bukan hanya untuk menangani Covid-19, melainkan juga fokus terhadap upaya peningkatan layanan kesehatan ibu dan bayi,” katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (20/9/2021).
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Warga menjalani pemasangan implan keluarga berencana di Puskesmas Pondoh, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/6/2020). Pemkab Indramayu menargetkan 28.765 akseptor KB dalam sepekan. Hingga Senin, target untuk akseptor KB berkisar 87 persen. Peningkatan akseptor KB diharapkan mampu menekan laju kehamilan. Apalagi, saat pandemi, ibu yang hamil berisiko tinggi terpapar Covid-19.
Oleh karena itu, Budi menuturkan, Kementerian Kesehatan telah menyiapkan tiga langkah baru untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Langkah tersebut meliputi meningkatkan cakupan imunisasi, meningkatkan kunjungan antenatal care, dan memastikan infrastruktur USG tersedia di setiap puskesmas.
Kita harus kembalikan lagi fokus pelayanan kesehatan bukan hanya untuk menangani Covid-19, melainkan juga fokus terhadap upaya peningkatan layanan kesehatan ibu dan bayi.
Hal tersebut dinilai bisa menjadi langkah konkret untuk memastikan angka kematian ibu dan anak bisa ditekan secara signifikan. Untuk kunjungan antenatal care, pemerintah telah memutuskan meningkatkan kunjungan dari 4-6 hari dengan dua kunjungan di antaranya harus bertemu langsung dengan dokter.
Budi menuturkan, adanya layanan USG di setiap puskesmas juga penting agar pemeriksaan untuk mengamati kondisi janin di dalam kandungan bisa dilakukan di tingkat puskesmas. Pemantauan ini amat penting untuk memastikan adanya komplikasi pada kehamilan sehingga bisa segera diketahui dan ditangani dengan cepat.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Abdul Kadir menyampaikan, akses ibu hamil untuk melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan sudah baik. Tingginya kematian pada ibu dan bayi lebih banyak disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi dari fase sebelum hamil sampai saat kehamilan.
Sebelum masa kehamilan, tidak sedikit perempuan usia subur yang mengalami anemia, kekurangan energi kronis, obesitas, dan memiliki penyakit penyerta, seperti tuberkulosis. Pada saat hamil, banyak pula ibu yang mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti hipertensi, perdarahan, diabetes, penyakit jantung, dan berbagai infeksi.
”Kesulitan yang terjadi saat hamil, seperti anemia, mengalami kurang gizi, dan mengalami penyakit tekanan darah tinggi saat hamil menyebabkan tingginya angka kematian ibu,” kata Kadir.
Pandemi Covid-19
Ia menambahkan, jumlah kematian ibu dan bayi pun diperkirakan akan semakin meningkat di masa pandemi Covid-19. Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga per 14 September 2021, sebanyak 1.086 ibu meninggal dengan hasil pemeriksaan swab PCR atau antigen positif. Sementara dari data Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, jumlah bayi meninggal yang dengan hasil tes ucap PCR atau antigen positif tercatat sebanyak 302 orang.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan berupaya untuk memperkuat kapasitas dan kapabilitas fasilitas pelayanan kesehatan agar mampu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi pasien lebih cepat. Fasilitas kesehatan tingkat pertama juga didorong untuk meningkatkan upaya deteksi dini pada gangguan dan kelainan pada ibu hamil.
”Untuk penguatan dan pengembangan sistem inovasi pelayanan kesehatan, kita sudah menggunakan registrasi online, telemedicine, dan e-Resep. Tujuannya untuk memudahkan masyarakat mengakses layanan kesehatan,” tutur Kadir.
Ia menambahkan, vaksinasi Covid-19 bagi ibu hamil juga menjadi upaya untuk meningkatkan keselamatan ibu dan bayi. Ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 berisiko mengalami kondisi yang lebih berat dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil.