Kala Sang Kejora Menari-nari di Langit Senja
Bulan September 2021 bisa jadi waktu terbaik menikmati langit malam sebelum musim hujan datang. Meski Venus atau sang Kejora tak akan terlihat lama di ufuk barat, kehadirannya menjadi hiburan bagi penikmat langit malam.
Sejak akhir Mei hingga Desember 2021, Venus akan terlihat di langit senja, di dekat posisi terbenamnya Matahari. Cahayanya yang terang, kuning berkilauan membuat planet ini mudah untuk diamati. Meski sang Kejora tak akan terlihat lama di ufuk barat, kehadirannya bisa menjadi hiburan bagi penikmat langit malam di kala pandemi ini.
Seiring puncak musim kemarau yang terjadi di berbagai wilayah, langit malam pun jarang berawan. Karena itu, September ini bisa menjadi waktu terbaik untuk menikmati langit malam sebelum datangnya musim hujan yang tahun ini diperkirakan berlangsung mulai bulan (month) Oktober.
Meski demikian, awan dan hujan masih cukup sering terjadi di Jakarta dan sekitarnya selama awal September ini. Seperti Minggu (12/9/2021) petang, Venus terlihat jelas di ufuk barat sekitar pukul 18.00. Namun, sejam kemudian, awan tebal sudah menutupinya. Bahkan, Bulan (moon) sabit yang ada di dekatnya pun tampak samar.
September ini bisa menjadi waktu terbaik untuk menikmati langit malam sebelum datangnya musim hujan yang tahun ini diperkirakan berlangsung mulai bulan (month) Oktober.
Tak hanya cuaca yang cukup baik, pemandangan langit selama September ini cukup menarik. Dari lima planet yang bisa disaksikan dengan mata telanjang, yaitu Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus, hanya Mars dan Merkurius yang tidak bisa disaksikan. Posisinya yang terlalu dekat dengan Matahari dan waktu tenggelam kedua planet itu yang hampir bersamaan dengan terbenamnya Matahari membuat Mars dan Merkurius sulit diamati.
Sementara di awal malam, Yupiter sudah akan terlihat di langit timur pada ketinggian sekitar 30 derajat dan Saturnus akan tampak sedikit di atas Yupiter. Cahaya Yupiter yang konstan dan cukup terang walau tidak seterang Venus membuat planet ini juga mudah dikenali. Sementara Saturnus yang lebih samar juga bisa diketahui dari pancaran cahayanya yang stabil, tidak berkerlip seperti bintang.
Hadirnya Bulan sabit yang ada di atas kepala pada Minggu petang membuat pemandangan langit makin indah. Terlebih semburat jingga dari Matahari yang tertutup awan di ufuk barat membuat langit terasa syahdu.
Baca juga: Venus, Kembaran Bumi yang Unik
Tak hanya itu, jika langit bersih dan tidak ada mendung, sejumlah bintang terang akan terlihat berkerlap-kerlip. Salah satunya adalah Spica, bintang terterang di rasi Virgo yang akan terlihat di bawah Venus.
Di belahan langit selatan, ada pula bintang tetangga paling dekat Matahari, yaitu Alfa Centauri. Tentu dengan bintang pasangannya, Beta Centauri. Dalam mitologi Jawa, pasangan dua bintang ini dinamai Lintang Wulanjar Ngirim. Di dekat dua bintang itu, dalam posisi hampir terbenam, ada rasi Gubug Penceng, Salib Selatan, atau Crux yang jadi penanda arah selatan oleh pelaut-pelaut masa lalu.
Di atas Alfa Centauri, ada Antares bintang terterang di rasi Scorpius yang berwarna merah. Di belakang Scorpius, ada rasi teko alias Sagittarius. Sementara di belahan langit utara, ada Vega, bintang terterang di rasi Lyra.
Ternama
Nama Venus disematkan pada planet batuan yang sering disebut kembaran Bumi itu karena cahayanya cemerlang dan indah berkilauan. Venus merupakan nama dewa kecantikan dalam mitologi Romawi. Dalam mitologi Yunani, dia dikenal sebagai Aphrodite. Venus menjadi satu-satunya planet di Tata Surya yang dinamai tokoh perempuan.
Masyarakat Indonesia atau bangsa Melayu mengenal Venus dengan sebutan Kejora. Dalam mitologi Hindu dan bahasa Sanskerta, Venus dikenal sebagai Shukra yang berarti terang atau jelas. Sementara orang Jawa mengenalnya sebagai Lintang Panjer Sore atau Lintang Panjer Isuk/Rina sesuai waktu penampakannya.
Bukan hanya bangsa Jawa yang dulu memandang Venus sebagai dua bintang yang berbeda. Bangsa Sumeria, yang menyebut Venus sebagai Inana, juga menganggap Venus adalah dua bintang berbeda sehingga digambarkan dewa yang bisa pergi ke bawah tanah saat terlihat di barat dan naik ke kahyangan ketika terlihat di timur.
Bangsa Mesir kuno menyebutnya Tioumouturi sebagai bintang pagi Ouaiti sebagai bintang petang. Sementara bangsa Yunani menamainya Phosphoros yang berarti pembawa cahaya atau fajar dan Hesperos yang berarti bintang di barat. Dalam bahasa Latin, Venus yang terlihat pagi hari dinamai Lucifer ”pembawa cahaya” dan yang terlihat di awal malam disebut Vesper.
Baca juga: Menatap Sang Dewi Kecantikan Venus
Venus memang hanya akan terlihat sebagai ”bintang” terang di langit senja lebih kurang 1,5 jam setelah Matahari tenggelam atau 1,5 jam sebelum munculnya Matahari di ufuk timur. Selama tahun 2021 ini, seperti dikutip dari Space, 31 Desember 2020, Venus terlihat di langit barat antara 24 Mei sampai 31 Desember. Sebelumnya, pada 1-23 Januari, Venus akan tampak di langit timur.
Sebagai planet yang posisinya lebih dekat ke Matahari dibandingkan Bumi, Venus akan selalu terlihat di dekat Matahari. Pada siang hari pun, planet ini sebenarnya juga bisa diamati menggunakan teleskop tertentu yang mampu menapis terangnya cahaya Matahari.
Sementara jika diamati dengan mata telanjang, tentu keindahan Venus hanya bisa diamati ketika cahaya Matahari tidak terlalu kuat pengaruhnya, yaitu setelah Matahari terbenam atau sebelum Matahari terbit.
Posisinya yang lebih dekat ke Matahari juga membuat planet ini hanya bisa disaksikan di dekat Matahari. Karena itu, jangan pernah mengharapkan Venus terlihat di tengah malam atau di atas kepala karena itu tidak mungkin terjadi.
Panas
Venus merupakan obyek paling terang kedua di langit malam setelah Bulan. Cerlangnya cahaya Venus itu disebabkan oleh jaraknya yang dekat dengan Bumi. Jarak terdekat Bumi-Venus hanya 40 juta kilometer, bandingkan dengan jarak terdekat Bumi-Mars yang mencapai 62 juta kilometer.
Selain itu, Venus memiliki atmosfer yang sangat tebal hingga memantulkan cahaya Matahari yang jatuh ke planet dengan sempurna. Atmosfer tebal itu membuat tekanan di permukaan Venus mencapai 90 kali lebih besar dari tekanan di permukaan Bumi atau setara tekanan di kedalaman 1.000 meter di bawah laut Bumi.
Baca juga: Tanda Kehidupan di ”Bintang” Kejora
Meski sering disebut sebagai kembaran Bumi, karena ukuran dan struktur pembentuk planetnya hampir sama, nyatanya Venus tidak bisa menopang kehidupan di atasnya. Tingginya suhu di permukaan Venus yang mencapai 464 derajat celsius dan 96 persennye terdiri atas karbon dioksida menjadikan Venus sebagai planet terpanas di Tata Surya, bukan Merkurius yang jaraknya lebih dekat ke Matahari.
Suhu tinggi di permukaan Venus itu merata di seluruh bagian, baik di khatulistiwa maupun kutubnya, serta tidak ada perbedaan tajam antara suhu siang hari dan malam hari. Panjang satu hari di Venus mencapai 243 hari Bumi, padahal satu tahu di Venus hanya 224,7 hari. Selain itu, arah putaran rotasi berkebalikan dengan arah planet mengelilingi Matahari sehingga di Venus, Matahari akan terbit di barat dan terbenam di timur.
Sumbu rotasi Venus mengelilingi porosnya juga hanya miring 2,64 derajat, bandingkan dengan kemiringan sumbu rotasi Bumi yang mencapai 23,5 derajat. Akibatnya, variasi musim di Venus juga tidak terlihat nyata.
”Suhu permukaan Venus yang sangat tinggi itu mampu melelehkan timbal,” kata Sue Smrekar, peneliti di Laboratorium Propulsi Jet NASA di Pasadena, California, AS, seperti dikutip Space, 14 September 2020.
Atmosfer Venus yang padat dan tebal membuat panas yang sampai ke permukaan planet terjebak, tidak bisa dilepaskan ke luar angkasa. Situasi itu menimbulkan efek rumah kaca seperti yang terjadi di Bumi walau dalam suhu yang jauh lebih ekstrem. Jumlah nitrogen di atmosfer Venus yang mencapai empat kali lipat dari nitrogen di Bumi membuat efek rumah kaca yang terjadi makin tak terkendali.
Kondisi itu membuat sangat jarang wahana Bumi yang bisa mendekati Venus. Namun, Venus adalah planet di luar Bumi pertama yang dijelajahi teknologi manusia melalui berbagai misi milik Uni Soviet dan Amerika Serikat pada tahun 1960-an sampai 1970-an.
Baca juga: Berjuang Menuju Venus
Karena nyatanya Venus hanya cantik dipandang dari Bumi, tidak mampu menopang kehidupan, maka manusia pun akhirnya lebih banyak mengeksplorasi Mars atau satelit-satelit alam milik Yupiter dan Saturnus untuk mencari tanda-tanda kehidupan.
Dari sejumlah pemodelan dari Institut Studi Antariksa Goddard, Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), sebenarnya Venus pada awal pembentukannya atau beberapa miliar tahun lalu mampu menopang kehidupan. Namun, proses evolusi dan pancaran sinar uotraviolet Matahari yang tinggi membuat air di Venus menguap dengan cepat hingga permukaan Venus mengering dan memanas berkepanjangan hingga sekarang.