Ketimpangan akses terhadap vaksin Covid-19 masih terjadi. Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia menyerukan agar negara-negara dengan pasokan besar vaksin tersebut menunda pemberian booster atau dosis ketiga vaksin.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta negara-negara dengan pasokan besar vaksin Covid-19 menahan diri untuk tidak memberikan suntikan booster hingga akhir tahun. Hal ini diperlukan untuk menyediakan dosis vaksin bagi masyarakat di negara-negara miskin yang lebih membutuhkan.
Seruan ini disampaikan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pertemuan pers, Rabu (8/9/2021) waktu Geneva, Swiss, untuk menegaskan permintaan sebelumnya agar dilakukan moratorium atau penundaan booster (penguat) vaksin Covid-19.
Tedros mengaku terkejut setelah mendengar informasi dari Federasi Internasional Produsen dan Asosiasi Farmasi sehari sebelumnya bahwa pasokan vaksin cukup tinggi untuk memungkinkan suntikan booster. ”Saya tidak akan tinggal diam ketika perusahaan dan negara yang mengendalikan pasokan vaksin global berpikir bahwa orang miskin dunia harus puas dengan sisa vaksin,” katanya.
Menurut dia, produsen telah memprioritaskan untuk memenuhi kesepakatan bilateral dengan negara-negara kaya yang bersedia membayar mahal. Sementara itu, negara-negara berpenghasilan rendah telah kehilangan alat untuk melindungi rakyat mereka.
Tedros sebelumnya menyerukan moratorium booster hingga akhir September 2021. Akan tetapi negara-negara kaya, termasuk Israel, Amerika Serikat, Inggris, Denmark, Perancis, Yunani, Jerman, dan Spanyol, mulai atau mempertimbangkan rencana memberikan suntikan ketiga vaksin kepada orang-orang mereka yang rentan, seperti orang lanjut usia atau mereka yang memiliki sistem kekebalan lemah.
Israel bahkan telah memberikan dosis ketiga kepada banyak orang yang telah menerima dua dosis penuh beberapa bulan sebelumnya. Bulan lalu, pejabat kesehatan Amerika Serikat merekomendasikan agar semua orang Amerika mendapatkan booster untuk menopang perlindungan karena efektivitas vaksin menurun seiring waktu.
Tedros mengatakan, dosis ketiga vaksin mungkin diperlukan untuk kelompok berisiko. Namun, dia tidak ingin melihat penggunaan booster secara luas untuk orang sehat yang telah divaksinasi lengkap.
Saya tidak akan tinggal diam ketika perusahaan dan negara yang mengendalikan pasokan vaksin global berpikir bahwa orang miskin dunia harus puas dengan sisa vaksin.
”Sebulan yang lalu, saya menyerukan moratorium global pada dosis booster, setidaknya sampai akhir September 2021 untuk memprioritaskan pemberian vaksin bagi orang yang paling berisiko di seluruh dunia yang belum menerima dosis pertama mereka,” kata Tedros.
Namun seruan ini tidak mendapatkan respons baik dari sejumlah negara kaya. ”Jadi hari ini, saya menyerukan perpanjangan moratorium hingga setidaknya akhir tahun agar setiap negara dapat memvaksinasi setidaknya 40 persen dari populasinya,” katanya.
WHO mengatakan, 5,5 miliar dosis vaksin Covid-19 telah didistribusikan sejauh ini, tetapi 80 persen di antaranya ditujukan ke negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah. Negara-negara kaya juga telah menawarkan untuk menyumbangkan 1 miliar dosis ke negara lain, tetapi yang terealiasi kurang dari 15 persen.
Bantuan vaksin
Pada hari yang sama, perwakilan Covax menyatakan hanya bisa memberikan tidak lebih dari 20 persen populasi di negara-negara miskin tahun ini. Inisiatif bersama sejumlah lembaga, seperti WHO, aliansi vaksin Gavi dan CEPI, untuk mendukung keadilan distribusi vaksin ini mengakui mereka hanya bisa mengakses 1,425 miliar dosis vaksin tahun ini, jauh lebih kecil dari rencana untuk memberikan dua miliar dosis pada akhir tahun.
Sebanyak 1,2 miliar dosis tahun ini akan digunakan untuk mendukung program Advance Market Commitment (AMC) yang bertujuan menyediakan vaksin bagi 92 negara termiskin di dunia secara gratis. ”Ini hanya cukup untuk melindungi 20 persen populasi, atau 40 persen dari semua orang dewasa, di 92 negara AMC, tidak termasuk India,” demikian pernyataan Covax.
Indonesia termasuk negara yang mendapatkan bantuan vaksin melalui Covax ini. Namun, sebagian vaksin di Indonesia ternyata juga telah diselewengkan untuk booster vaksin kepada sejumlah kalangan elite, padahal cakupan vaksin di Indonesia untuk masyarakat umum dan kelompok lanjut usia masih rendah (Kompas, 8/9/2021).
Organisasi LaporCovid-19 telah menerima banyak laporan penyuntikan booster Covid-19 untuk non-tenaga kesehatan. Misalnya, salah satu pelapor menyebutkan, penyuntikan dilakukan perkantoran swasta di Jalan Soedirman pada Rabu (8/9/2021) kepada keluarga pengusaha dan aparat keamanan. Sementara itu, banyak tenaga kesehatan melapor kesulitan mendapatkan booster vaksin.