Pemerintah Siapkan Strategi Jangka Panjang Hidup Berdampingan dengan Covid-19
Penularan Covid-19 diperkirakan belum berakhir dalam waktu dekat. Pemerintah pun menyiapkan strategi untuk masyarakat bisa hidup berdampingan dengan Covid-19.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penularan Covid-19 diperkirakan masih akan berlangsung dalam jangka panjang. Masyarakat diharapkan bisa beradaptasi untuk hidup berdampingan dengan penyakit yang disebabkan oleh virus korona baru tersebut. Strategi jangka panjang penanganan Covid-19 sedang disiapkan oleh pemerintah.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Selasa (7/9/2021), mengatakan, pemerintah saat ini sedang menyiapkan strategi untuk masyarakat bisa hidup berdampingan dengan Covid-19. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi kondisi pandemi yang bertahan dalam jangka waktu lama.
”Konsep terkait strategi tersebut memang belum jadi. Namun, pemetaan sudah mulai dilakukan, antara lain untuk memetakan hambatan dari penerapan kebiasaan baru mulai dari protokol kesehatan, testing dan tracing, serta vaksinasi. Ini penting agar kita siap beradaptasi dari pandemi ke endemi,” ujarnya.
Maxi menyampaikan, strategi hidup bersama dengan Covid-19 disusun sesuai dengan penilaian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni berdasarkan penularan di komunitas dan kapasitas respons penanganan Covid-19. Pemerintah akan memetakan kondisi daerah berdasarkan penilaian tersebut. Itu termasuk untuk menentukan tingkat pembatasan kegiatan masyarakat, seperti pembatasan kerumunan di fasilitas umum.
Aturan ini seperti pembatasan dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Pembatasan tersebut akan disesuaikan dengan tingkat penularan yang terjadi di suatu wilayah. Apabila satu wilayah masih memiliki tingkat penularan yang tinggi, pembatasan akan semakin ketat. Disiplin masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan juga diharapkan menjadi salah satu bentuk kebiasaan baru.
Maxi menambahkan, strategi kebiasaan baru lainnya yang disiapkan terkait dengan upaya pemeriksaan dan pelacakan. Diharapkan, pada era kebiasaan baru, masyarakat bisa lebih sadar untuk melakukan pemeriksaan jika mengalami gejala menyerupai Covid-19. Masyarakat pun bersedia untuk dilakukan pelacakan dan pemeriksaan yang kemudian jika diketahui positif Covid-19 bisa langsung melakukan isolasi.
Pemetaan sudah mulai dilakukan, antara lain untuk memetakan hambatan dari penerapan kebiasaan baru mulai dari protokol kesehatan, testing dan tracing, serta vaksinasi. Ini penting agar kita siap beradaptasi dari pandemi ke endemi.
Selain itu, upaya perluasan vaksinasi Covid-19 juga akan terus dikebut. Pemerintah telah menargetkan vaksinasi bisa diberikan sampai 2 juta suntikan per hari pada September 2021. Vaksinasi diperlukan untuk melindungi masyarakat dari perburukan akibat penularan Covid-19.
Pada 7 September 2021, pukul 18.00, menurut data Kementerian Kesehatan, sebanyak 884.875 dosis pertama diberikan dari total 68.815.639 penerima vaksinasi pertama, 506.335 dosis kedua diberikan dari total 39.444.076 penerima vaksinasi kedua. Target vaksinasi nasional sebanyak 208.265.720 jiwa.
Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI), Soedjatmiko, menambahkan, evaluasi terkait pemberian vaksinasi Covid-19 diperlukan untuk melihat efektivitas vaksin dalam waktu tertentu. Dengan begitu, pemberian vaksinasi untuk dosis berikutnya bisa diperkirakan dengan baik.
”Kita harus evaluasi apakah efektivitas vaksin bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, dalam waktu satu tahun atau tiga tahun. Kita pun bisa tahu vaksin perlu diberikan setiap setahun, tiga tahun, dan enam bulan sekali,” tuturnya.
Meski begitu, Soedjatmiko menyampaikan, perluasan vaksinasi menjadi upaya penting untuk mengendalikan pandemi. Vaksinasi telah terbukti mampu mengurangi risiko kematian dan perawatan di rumah sakit. Studi yang dilakukan di Jakarta, vaksinasi telah mencegah kematian sampai 94 persen dan mencegah perawatan di rumah sakit sampai 96 persen.
Diharapkan, perluasan vaksinasi juga tetap memprioritaskan kelompok rentan, seperti penduduk lansia yang saat ini cakupannya masih rendah. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 7 September 2021, vaksinasi warga lansia untuk dosis kedua baru mencapai 17,9 persen dari target 21,5 juta.
Soedjatmiko menuturkan, sekalipun vaksinasi perlu terus ditingkatkan, upaya pencegahan penularan menjadi lebih penting. Masyarakat harus sadar untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dengan mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.
”Virus penyebab Covid-19 akan terus ada di sekitar kita. Jadi, yang penting, kita harus tahu bagaimana caranya agar virus tersebut tidak sampai masuk ke dalam tubuh kita. Pastikan masker dipakai untuk menutupi hidung, mulut, dagu, dan pipi. Ini penting tidak hanya untuk melindungi diri sendiri, tetapi orang lain di sekitar kita,” ucapnya.