Reptil Terbang Purba Teridentifikasi dari Fosil Sitaan Polisi
Ahli paleontologi dari Brasil berhasil mengidentifikasi salah satu fosil spesies reptil terbang purba dari kelompok tapejarid atau pterosaurus. Fosil tersebut didapat dari penyitaan yang dilakukan polisi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
Para ahli paleontologi dari University of Sao Paulo, Brasil, berhasil mengidentifikasi salah satu fosil spesies reptil terbang purba dari kelompok tapejarid atau pterosaurus. Fosil tersebut diperoleh bukan dari proses penggalian para peneliti, melainkan dari penangkapan dan penyitaan yang dilakukan oleh polisi Brasil.
Victor Beccari, ketua tim studi tersebut, kepada CNN beberapa waktu lalu mengatakan, fosil tapejarid tersebut menjadi salah satu dari 3.000 spesimen yang disita saat polisi federal Brasil tengah menyelidiki operasi perdagangan fosil pada tahun 2013 lalu.
Fosil merupakan salah satu temuan yang dilindungi di Brasil karena menjadi bagian dari warisan geologis negara tersebut. Oleh karena itu, pengumpulan fosil memerlukan izin dan perdagangan serta koleksi pribadi merupakan tindakan ilegal.
Fosil tersebut kemudian dipindahkan ke University of Sao Paulo untuk diidentifikasi para peneliti. Pada 2016, Victor dan rekan peneliti lain mulai mempelajari fosil tersebut. Mereka melakukan rekonstruksi dengan menggunakan pemindai komputer digital (CT scan).
Kerangka itu menunjukkan mereka dapat beradaptasi agar dapat terbang dengan cepat dan dalam jangka waktu lama.
Studi tentang identifikasi fosil hasil sitaan polisi tersebut telah terbit di jurnal akses terbuka PLOS One, 11 Agustus 2021. Dalam studi ini, para peneliti mengidentifikasi dan menggambarkan spesimen tapejarid secara lengkap yang mencakup hampir seluruh tubuh, termasuk sisa-sisa jaringan lunak di samping tulang.
Spesimen ini diawetkan dengan amat baik. Dari hasil identifikasi, spesimen ini memiliki lebih dari 90 persen kerangka dan jaringan lunak dari puncak kepala hingga paruh keratin atau struktur yang mirip ditemukan pada burung bernama rampoteka.
”Ada banyak pterosaurus yang terawetkan dengan baik di dalam ataupun luar Brasil. Namun, spesimen inilah yang hampir lengkap artikulasi rangkanya. Ini adalah spesimen yang sangat langka,” kata Fabiana Rodrigues Costa, ahli paleontologi di Federal University of ABC, Brasil, yang juga turut terlibat dalam penelitian tersebut.
Setelah melakukan rekontsruksi dan identifikasi, peneliti menyimpulkan bahwa spesies dari fosil tersebut adalah Tupandactylus navigans. Para peneliti terkesima dengan spesies ini karena memiliki jambul amat besar di dagunya dan mahkota di kepalanya. Semua kerangka itu menjadi satu kesatuan dengan ornamen tengkoraknya.
Ada banyak pterosaurus yang terawetkan dengan baik di dalam ataupun luar Brasil. Namun, spesimen inilah yang hampir lengkap dan artikulasinya.
Deskripsi dalam hasil studi juga menunjukkan bahwa spesies ini memiliki leher panjang dan sayap yang kemungkinan tidak digunakan untuk terbang jarak jauh. Para peneliti percaya spesies ini menghabiskan sebagian besar waktunya di darat untuk mencari makanan, seperti biji-bijian dan buah-buahan.
Dari ukuran tubuhnya, Tupandactylus navigans memiliki lebar sayap lebih dari 2,5 meter dan tinggi 1 meter. Meski berukuran besar, Tupandactylus navigans diperkirakan bisa melakukan adaptasi yang memungkinkan spesies ini terbang dengan kecepatan dan tenaga luar biasa. Sebab, hasil spesimen menunjukkan spesies inimemiliki bagian tubuh untuk menahan otot yang berkembang di tulang lengan.
”Kerangka itu menunjukkan mereka dapat beradaptasi agar dapat terbang dengan cepat dan dalam jangka waktu lama. Hal ini mungkin digunakan untuk melarikan diri dengan cepat dari para pemangsa,” kata Victor.
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi awal untuk memahami bagaimana struktur dan kerangka tubuh memengaruhi penerbangan kelompok pterosaurus. ”Spesimen ini memungkinkan kita untuk memahami lebih banyak tentang anatomi dinosaurus ini secara lengkap dan membawa wawasan tentang ekologinya,” ujarnya.