Pemberian air susu ibu secara eksklusif di Indonesia belum optimal. Hal ini turut berpengaruh terhadap tingginya persoalan gizi pada anak. Sosialisasi dan edukasi pun perlu ditingkatkan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberian air susu ibu secara eksklusif mampu mencegah risiko terjadinya tengkes pada anak. Air susu ibu atau ASI ini juga dapat meningkatkan perlindungan dari penularan berbagai penyakit.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam acara puncak peringatan Hari Menyusui Sedunia 2021, di Jakarta, Rabu (25/8/2021), mengatakan, pemberian ASI secara eksklusif artinya bayi tidak mendapatkan asupan selain ASI sejak lahir sampai usia enam bulan.
Air susu ibu merupakan nutrisi paling baik untuk bayi karena mengandung zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. ”ASI dapat melindungi anak dari berbagai macam penyakit, seperti diare. Anak yang mendapatkan ASI juga memiliki tingkat kecerdasan lebih baik dan lebih rendah berisiko mengalami obesitas atau berat badan berlebih,” katanya.
Muhadjir menambahkan, manfaat lain ASI adalah mencegah potensi tertular penyakit tidak menular di usia dewasa. Kedekatan antara ibu dan bayi pun lebih tinggi pada anak yang mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya.
Selain itu, pemberian ASI eksklusif yang dilanjutkan sampai dengan anak berusia dua tahun mampu mencegah risiko terjadi tengkes atau stunting (gagal tumbuh kembang akibat kurang gizi kronis). Dengan berbagai manfaat dari ASI ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian ASI kepada anak perlu ditingkatkan.
Muhadjir menyampaikan, capaian pemberian ASI eksklusif di Indonesia terus menurun. Pada 2018 tercatat, prevalensi pemberian ASI eksklusif sebesar 68,7 persen. Jumlah itu menurun menjadi 65,8 persen pada 2019 dan 53,9 peren pada 2020.
”Kampanye pentingnya ASI eksklusif harus terus didorong agar praktik menyusui bisa optimal sesuai dengan rekomendasi. Pemberian ASI eksklusif ini dapat mencegah lebih dari 823.000 kematian bayi dan 20.000 kematian ibu setiap tahun,” ucapnya.
Pemberian ASI eksklusif ini dapat mencegah lebih dari 823.000 kematian bayi dan 20.000 kematian ibu setiap tahun.
Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo menuturkan, peningkatan pemberian ASI di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama semua pihak. Di tingkat keluarga, pemberian ASI bukan hanya menjadi tugas ibu, melainkan juga ayah bersama anggota keluarga lain.
Untuk mencegah tengkes melalui pemberian ASI eksklusif, kesadaran masyarakat perlu dibentuk sejak dini. Sosialisasi perlu dimulai dari remaja, khususnya remaja putri. Pemahaman tersebut juga diberikan kepada pasangan calon pengantin serta pasangan suami istri yang masuk dalam masa interval kehamilan.
”Stunting merupakan masalah serius yang seharusnya bisa ditekan dengan pemberian ASI yang baik. Dengan meningkatkan pemberian ASI di Indonesia, kita harap bisa menyiapkan generasi masa depan yang berkualitas dan lebih unggul,” kata Hasto.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menambahkan, persoalan malnutrisi pada anak Indonesia amat tinggi. Mengutip data Riset Kesehatan Dasar 2018, jumlah anak balita yang mengalami tengkes sebesar 30,8 persen, anak balita kurus sebesar 10,2 persen, dan anak balita gemuk sebesar 8 persen.
Ia mengungkapkan, penurunan status gizi pada bayi biasanya terjadi pada usia 3-4 bulan ketika ibu harus kembali bekerja. Pada kondisi ini, ibu biasanya tidak dapat memberikan ASI secara optimal. Padahal, kegiatan menyusui sangat penting untuk mendukung pemenuhan gizi bayi.
Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 2,6 kali lebih tinggi mengalami tengkes pada usia 0-6 bulan dan dua kali lebih tinggi pada usia 6-23 bulan. Oleh karena itu, pemberian ASI eksklusif harus terus ditingkatkan. Bahkan, ibu yang saat ini tertular Covid-19 pun tetap disarankan untuk memberikan ASI kepada bayinya.
”Covid-19 tidak dapat menular melalui ASI. Jadi saya imbau ibu tetap menyusui sekalipun tertular Covid-19. Ibu menyusui juga jangan takut untuk divaksinasi karena antibodi yang terbentuk justru bisa disalurkan kepada bayi melalui ASI,” ujar Budi.