Angka kematian Covid-19 yang tinggi di Indonesia menjadi peringatan bahwa penanganan pandemi belum berhasil. Sistem pelayanan kesehatan perlu diperkuat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan setiap hari masih di atas 1.000 kasus. Jumlah ini sangat tinggi, sementara diperkirakan banyak kasus kematian yang belum dilaporkan. Ini menunjukkan upaya penanganan pandemi, terutama aspek kuratif, masih lemah.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 21 Agustus 2021 menunjukkan, jumlah kasus Covid-19 bertambah sebanyak 16.744 kasus dengan 1.361 kematian. Kematian terbanyak dilaporkan di Jawa Barat (343 kasus), Jawa Tengah (311 kasus), dan Jawa Timur (213 kasus).
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto di Jakarta, Sabtu (21/8/2021), menyampaikan, risiko kematian akibat Covid-19 amat besar. Upaya untuk menekan angka kematian sangat mendesak. Program vaksinasi yang terus diperluas jangan sampai melemahkan upaya promotif, preventif, dan kuratif pada pengendalian pandemi.
”Vaksin memang harus dikejar, tetapi angka kematian harus ditekan. Kasus yang terkonfirmasi positif harus segera dirawat sehingga tidak terlambat. Pastikan pula obat-obatan tersedia, beserta dengan kebutuhan oksigen,” katanya.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan menambahkan, sistem pelayanan kesehatan juga perlu diperkuat, terutama puskesmas sebagai benteng pertama dalam layanan kesehatan masyarakat.
Menurut dia, apabila pemantauan dan pengawasan di puskesmas bisa optimal, kasus Covid-19 dengan kondisi berat bisa dicegah. Dengan begitu, tidak semua pasien harus dirawat di rumah sakit. Penanganan pada fase awal sangat penting.
Ibu hamil menjadi kelompok rentan yang harus dilindungi. Tidak sedikit bayi yang lahir harus kehilangan ibunya karena Covid-19.
Menurut Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi, pencegahan kematian pada ibu hamil juga perlu mendapat perhatian. Jumlah ibu hamil yang meninggal akibat Covid-19 cukup tinggi. Pada periode April 2020-April 2021, terdapat 536 ibu hamil tertular Covid-19, tiga persen di antaranya meninggal dunia.
”Ibu hamil menjadi kelompok rentan yang harus dilindungi. Tidak sedikit bayi yang lahir harus kehilangan ibunya karena Covid-19,” ungkapnya.
Tes dan pelacakan
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia Atna Permana menuturkan, upaya pelacakan dan pemeriksaan pada kasus suspek dan kontak erat Covid-19 juga perlu lebih gencar. Kebijakan pemerintah menurunkan harga layanan tes PCR belum mampu mendorong kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan.
Promosi kesehatan untuk mendorong pemahaman dan kesadaran masyarakat perlu lebih masif. Selain itu, implementasi penetapan harga tersebut di lapangan juga harus diawasi.
Ede menyampaikan, pemeriksaan dan pelacakan amat penting untuk memutus rantai penularan Covid-19. Sayang, pemeriksaan dan pelacakan yang dilakukan berbasis epidemiologi belum optimal. Artinya, orang yang diperiksa merupakan kasus suspek ataupun dari kontak erat kasus positif.
Dengan tingkat kasus positif atau positivity rate lebih dari 20 persen, pemeriksaan harus dilakukan setidaknya terhadap 20-30 orang kontak erat. Sementara di Indonesia, rasio kontak erat yang diperiksa dari kasus positif masih di bawah 10 orang.
”Prinsip dari penanganan penyakit menular seperti Covid-19 adalah cepat ditemukan. Setelah ditemukan, lakukan isolasi agar penularan tidak meluas. Jika pelacakan dan pemeriksaan masih bermasalah, penularan di masyarakat sulit dikendalikan,” ucap Ede.