Masyarakat kini bisa memantau ketersediaan stok vaksin Covid-19 di level nasional hingga kabupaten/kota melalui aplikasi. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan transparansi distribusi vaksin.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketersediaan vaksin Covid-19 menjadi keluhan banyak masyarakat di sejumlah daerah. Kini, masyarakat bisa memantau ketersediaan stok vaksin di level nasional hingga kabupaten/kota.
”Dashboard vaksin Kementerian Kesehatan telah diperbarui. Sekarang masyarakat bisa mengetahui vaksin yang telah didistribusikan dan memantau estimasi ketersediaan stok vaksin berdasarkan wilayah dengan satuan terkecil adalah kabupaten/kota,” kata juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, dalam pertemuan pers secara daring, di Jakarta, Kamis (19/8/2021).
Menurut Nadia, informasi tentang vaksinasi ini bisa diakses melalui Aplikasi Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik secara Elektronik (SMILE), yang merupakan pengembangan dari dashboard vaksinasi Kemenkes yang selama ini diakses di https://vaksin.kemkes.go.id.
Sekarang masyarakat bisa mengetahui vaksin yang telah didistribusikan dan memantau estimasi ketersediaan stok vaksin berdasarkan wilayah.
Pencatatan dan pelaporan logistik dalam aplikasi SMILE ini mencakup nomor batch atau kelompok produksi, tanggal kedaluwarsa vaksin, logistik vaksinasi yang diterima, jumlah vaksin yang dikeluarkan dan digunakan, serta jumlah vaksin yang rusak dan kedaluwarsa.
Nadia menambahkan, sistem informasi ini merupakan upaya mendorong transparansi data vaksinasi. Diharapkan, hal ini juga bisa mempermudah masyarakat untuk mengakses vaksin di daerah masing-masing. ”Dengan melihat data tersebut, bisa secara transparan diketahui ketersediaan vaksin di kabupaten/kota di mana masyarakat itu tinggal,” tuturnya.
Kepala Transformasi Digital Kemenkes Setiaji mengatakan, informasi di dasbor tersebut dimutakhirkan setiap hari. ”Informasi kami update sehari sekali lebih kurang pukul 17.00 WIB berisikan informasi ketersediaan vaksin, termasuk juga penerimaan yang sudah disampaikan di tiap-tiap kabupaten/kota. Kemudian, juga berisikan kecepatan vaksin rata-rata seminggu,” ujarnya.
Dari data ini bisa diestimasi ketersediaan vaksin hingga beberapa hari. ”Kami juga menyediakan dalam bentuk visualisasi peta, juga ada indikator untuk mengetahui secara cepat ketersediaan vaksin selama kurang dari 7 hari, kemudian 7 sampai 10 hari, 10 sampai 14 hari, kemudian lebih dari 14 hari,” katanya.
Setiaji menambahkan, data ketersediaan vaksin di daerah sangat ditentukan oleh kepatuhan pengisian data oleh pemerintah daerah. ”Tergantung dengan input dari tiap-tiap kabupaten/kota sesuai dengan disclaimer yang kami sampaikan di keterangan yang di bawah web tadi,” ungkap Setiaji.
Pasokan vaksin
Nadia menjelaskan, saat ini jumlah vaksin yang sudah tiba di Indonesia telah mencapai 197 juta dosis, sebagian dalam bentuk bulk. ”Indonesia kembali akan kedatangan vaksin Covid-19 pada hari ini, lebih kurang 2,5 juta dosis yang akan tiba di Tanah Air,” tuturnya.
Menurut Nadia, hingga kini 84,4 juta dosis vaksin telah disuntikkan. Sebanyak 54,9 juta dosis disuntikkan sebagai dosis pertama, kemudian 29,5 juta dosis untuk penyuntikan kedua. ”Sementara 320.000 dosis sudah kita suntikan (sebagai booster atau penguat) kepada tenaga kesehatan,” katanya.
Hingga saat ini banyak warga di daerah masih kesulitan mengakses vaksin. Ini, misalnya, dialami para pekerja perantauan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang menyebabkan mereka kesulitan pulang ke Jawa karena kesulitan mendapatkan vaksin (Kompas, 16/8/2021).
Data di dasbor vaksinasi Kemenkes menunjukkan, Lampung menjadi daerah yang memiliki cakupan vaksinasi Covid-19 paling rendah, yaitu baru 10,8 persen dari target untuk suntikan dosis pertama. Sementara untuk dosis kedua baru 7,21 persen.
Sementara itu, DKI Jakarta memiliki cakupan vaksinasi paling tinggi, yaitu 110 persen untuk suntikan dosis pertama dan 54,34 persen untuk suntikan dosis kedua. Bali memiliki cakupan vaksinasi 91,6 persen untuk dosis pertama dan 43,38 persen untuk dosis kedua.