Indonesia memiliki modal peneliti berkualitas di dalam negeri ataupun diaspora yang didukung kekayaan sumber daya alam. Ini modal kuat Indonesia untuk berdaulat atas teknologi dan mencapai hilirisasi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus menjadi momentum untuk meningkatkan daya saing industri nasional berbasis riset dan inovasi. Salah satu upaya untuk mendukung ekosistem riset ini ialah dengan mengundang dan mengonsolidasikan para diaspora ataupun periset andal untuk berkarya di dalam negeri.
Modal sumber daya manusia dan sumber daya alam ini diyakini bisa membawa Indonesia sebagai produsen, bukan sekadar pasar bagi produk impor. Teknologi diyakini bisa menjawab hilirisasi berbagai hal yang akan meningkatkan nilai tambah dan kerja di masyarakat.
Dalam peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-26 secara virtual di Jakarta, Selasa (10/8/2021), Presiden Joko Widodo menuturkan, salah satu pilar membangun kemajuan Indonesia ke depan adalah dengan hilirisasi industri dalam negeri. Oleh karena itu, Indonesia harus bisa mengembangkan industri hilir seperti litium baterai sampai produksi mobil listrik di samping hanya memiliki tambang nikel. Semakin banyak rantai pasok yang diproduksi di dalam negeri, semakin besar pula nilai tambahnya untuk masyarakat.
Menurut Presiden, kunci keberhasilan ini adalah penerapan teknologi masa depan dengan arah menuju ekonomi hijau. Saat ini dan ke depan, pasar dunia akan mengarah pada produk hijau, terutama yang rendah karbon, efisien sumber daya, dan inklusif.
”Momentum peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ini harus dimanfatkan secara maksimal untuk pengembangan teknologi nasional. Bersamaan dengan lahirnya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ini menjadi momentum untuk mempercepat peningkatan kedaulatan teknologi dan menjadikan kita sebagai produsen teknologi,” ujar Presiden.
Selain hilirisasi industri, kata Presiden, Indonesia juga memiliki ratusan ribu peneliti dan inovator serta diaspora kelas dunia. Kekuatan ini harus dikonsolidasikan dan diintegrasikan. BRIN harus berburu inovasi dan teknologi dari para peneliti serta inovator untuk diinkubasi, diterapkan, hingga diindustrialisasikan.
Dengan pasar Indonesia yang besar dan kekayaan yang berlimpah, kita akan punya pengaruh yang kuat untuk bernegosiasi.
”BRIN harus berani memotori akuisisi teknologi maju yang belum kita miliki dan kemudian mengembangkannya. Dengan pasar Indonesia yang besar dan kekayaan yang berlimpah, kita akan punya pengaruh yang kuat untuk bernegosiasi,” tutur Presiden.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengemukakan, guna meningkatkan ekosistem riset, BRIN akan menyediakan dan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) riset serta inovasi. BRIN juga akan mengundang para diaspora dan periset andal yang sudah memiliki jam terbang tinggi serta menjadikan mereka bagian dalam lembaga riset tersebut.
Menurut Handoko, keberadaan diaspora juga bisa menjadi penghubung kolaborasi antara lembaga penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan di Indonesia dengan lembaga serupa di luar negeri. Langkah lainnya, dibuka juga peluang bagi peneliti dalam negeri agar bisa bergabung menjadi aparatur sipil negara di BRIN.
”Penyediaan infrastruktur riset yang memenuhi standar global juga akan menjadi fokus perhatian BRIN. Infrastruktur tersebut nantinya akan bersifat terbuka bagi seluruh masyarakat dan SDM iptek Indonesia baik dari kalangan peneliti, perekayasa, dosen, mahasiswa, hingga para pelaku usaha,” tuturnya.
Dengan skema tersebut, industri bisa memanfaatkan SDM dan infrastruktur riset yang dimiliki BRIN. Hal ini juga dapat menjadi solusi bagi para pelaku industri untuk mengembangkan produknya masing-masing.
Kekayaan intelektual
Selain itu, BRIN juga akan memfasilitasi tata kelola kekayaan intelektual dengan model bisnis antara industri dan lembaga riset. Di sisi lain, BRIN akan melakukan intermediasi dengan pelaku kepentingan untuk memanfaatkan produk hasil riset dan inovasi khususnya untuk tujuan pengadaan pemerintah. Berbagai kerja sama tersebut akan memberikan nilai tambah bagi industri, masyarakat, dan pemerintah.
”BRIN akan mengawal riset dan inovasi yang terbukti secara ilmiah dan memenuhi standar otoritas. Dari sisi kebijakan, pemerintah telah mengeluarkan insentif pajak bagi industri yang telah melakukan riset dan katalog elektronik produk inovasi,” ujar Handoko.
Handoko menegaskan, Indonesia memiliki semua unsur penting untuk menjadi negara maju karena potensi sumber daya alam, keanekaragaman hayati dan budaya yang sangat tinggi, serta didukung dengan posisi geografis yang strategis. Namun, potensi ini juga perlu didorong dengan inovasi dan penguasan riset sebagai basis pertumbuhan ekonomi.
”Kita perlu membangun ekosistem riset dan inovasi yang kuat serta mewujudkan kolaborasi. Ketika ekosistem yang kuat terbangun, niscaya kontribusi riset dan inovasi dalam seluruh aspek dalam dirasakan,” ujarnya.