Memasak Dengan Batu Bara atau Kayu Bakar Tingkatkan Risiko Penyakit Mata
Penggunaan bahan bakar kayu bakar dan batu bara untuk memasak dalam jangka panjang berisiko mengalami penyakit mata dibanding mereka yang memasak menggunakan bahan bakar bersih.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Sebuah penelitian yang melibatkan hampir setengah juta orang di China mengungkapkan dampak buruk memasak dengan kayu bakar atau batu bara. Ditemukan, praktik ini bisa meningkatan risiko penyakit mata utama seperti katarak yang dapat menyebabkan kebutaan.
Riset ini dilaporkan di jurnal PLOS Medicine pada Senin (2/8). Para peneliti berasal dari Nuffield Department of Population Health (NDPH) Universitas Oxford dan Akademi Ilmu Kedokteran China dan Universitas Peking, Beijing. Mereka menganalisis data dari hampir setengah juta orang dewasa di China Kadoorie Biobank.
Semua peserta penelitian ditanya tentang kebiasaan memasak mereka dengan kuesioner, kemudian dilacak untuk masuk rumah sakit penyakit mata utama melalui hubungan dengan catatan asuransi kesehatan. Selama sepuluh tahun masa tindak lanjut, ada 4.877 kasus gangguan konjungtiva, 13.408 katarak, 1.583 gangguan sklera, kornea, iris and ciliary body (DSCIC), dan 1.534 kasus glaukoma, di antara peserta penelitian tersebut.
Dibandingkan dengan mereka yang memasak menggunakan bahan bakar listrik atau gas, pengguna bahan bakar padat cenderung lebih tua, perempuan, penduduk pedesaan, berpendidikan rendah, pekerja pertanian dan perokok tetap. Setelah memperhitungkan faktor-faktor ini dengan benar, para peneliti mendapatkan sejumlah data penting.
Penggunaan bahan bakar padat (kayu bakar dan batu bara) untuk memasak dalam jangka panjang dikaitkan dengan risiko konjungtiva 32 persen, katarak 17 persen, dan DSCIC 35 persen lebih tinggi, dibandingkan dengan mereka yang memasak menggunakan bahan bakar bersih. Peneliti juga menemukan tidak ada hubungan antara penggunaan bahan bakar padat jangka panjang dan peningkatan risiko glaukoma.
Individu yang beralih dari penggunaan bahan bakar padat ke bersih untuk memasak memiliki risiko tinggi yang lebih kecil.
Selain itu, individu yang beralih dari penggunaan bahan bakar padat ke bersih untuk memasak memiliki risiko tinggi yang lebih kecil. Orang yang beralih memiliki risiko 21 persen lebih tinggi untuk konjungtiva, 5 persen katarak, dan 21 persen DSCIC.
Paparan partikel halus
Peter Ka Hung Chan, peneliti di University of Oxford, dan penulis utama studi tersebut, mengatakan,"Peningkatan risiko mungkin disebabkan oleh paparan partikel halus tingkat tinggi (PM2.5) dan karbon monoksida yang dapat merusak permukaan mata dan menyebabkan peradangan."
Selain itu, membakar kayu juga meningkatkan risiko cedera mata akibat percikan api atau debu kayu. Chan menyebutkan, alasan tidak ada hubungan antara penggunaan bahan bakar padat dan risiko glaukoma adalah karena gangguan ini mempengaruhi struktur mata internal, yang kurang terpapar polutan di udara.
Di antara individu yang menggunakan bahan bakar padat untuk memasak, penelitian ini juga tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam risiko berlebih antara mereka yang menggunakan dan tanpa ventilasi tungku (seperti cerobong asap).
Di China, sekitar 400 juta orang masih menggunakan bahan bakar padat untuk keperluan rumah tangga pada tahun 2018. Di seluruh dunia, persentase populasi global yang mengandalkan bahan bakar padat untuk memasak hanya sedikit menurun sejak 2010, yaitu 11 persen. Sebagian besar dari orang-orang ini tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah, terutama di Afrika dan Asia. Hal ini dapat mempersulit mereka yang terkena gangguan mata untuk mengakses pengobatan yang efektif dan terjangkau.
Zhengming Chen, Profesor Epidemiologi dan Direktur Program China di Universitas Oxford, mengatakan, "Di antara orang dewasa China, penggunaan bahan bakar padat jangka panjang untuk memasak dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi tidak hanya gangguan konjungtiva tetapi juga katarak dan penyakit mata yang lebih parah lainnya. Beralih ke bahan bakar bersih tampaknya mengurangi risiko, menggarisbawahi pentingnya kesehatan global untuk mempromosikan akses universal ke bahan bakar bersih."
Selain berdampak pada kesehatan mata, penggunaan kayu bakar atau batu bara untuk memasak juga bisa berisiko meningkatkan berbagai persoalan kesehatan serius. Bahkan, berdasarkan laporan Bank Dunia pada 2014, sekitar 165.000 penduduk Indonesia mengalami kematian dini akibat penyakit infeksi saluran pernapasan karena pembakaran kayu di dalam rumah.