Infrastruktur Riset Terbuka dapat Memperluas Akses Penelitian
Riset terbuka terus diaplikasikan di Indonesia, di antaranya dengan berbagi infrastruktur laboratorium. Ini akan menghemat pengadaan dan perawatan serta memaksimalkan penggunaannya.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selain sumber daya manusia dan teknologi, peran infrastuktur juga sangat penting dalam meningkatkan ekosistem riset serta daya saing bangsa. Penggunaan infrastruktur riset terbuka atau berbagi pakai dapat memperluas akses penelitian serta mengurangi fragmentasi dalam pengelolaan fasilitas, sumber daya, dan pemanfaatan iptek.
Direktur Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Tatang Muttaqin mengatakan, infrastruktur iptek strategis telah menjadi sasaran atau indikator prioritas nasional.
Dari sasaran yang telah ditetapkan Bappenas, target infrastruktur iptek strategis yang dikembangkan pada 2022 mencapai 12 unit dan 10 unit lainnya hingga 2024. Adapun lima unit taman teknologi sains (science techno park) berbasis perguruan tinggi ditargetkan dapat dikembangkan pada 2022 dan tiga unit lainnya yang berbasis nonperguruan tinggi.
Persaingan tidak terlalu tampak karena mereka meyakini bahwa laboratorium yang berbagi pakai dapat mendukung dan meningkatkan kualitas para peneliti.
Tatang mengatakan, infrastruktur riset terbuka memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan infrastruktur yang hanya digunakan oleh salah satu pihak saja. Keunggulan dari laboratorium berbagi pakai ini adalah dari segi pembelian alat lebih efisien, pemanfaatan ruang lebih maksimal, dan perekrutan ilmuwan juga akan lebih mudah.
”Infrastruktur riset berbagi pakai juga bisa dibangun dengan mengombinasikan dana eksternal dan meningkatkan penghematan dana riset lainnya. Pada akhirnya, ini akan memperluas akses penelitian dan hibah,” ujarnya dalam diskusi daring yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kamis (29/7/2021).
Selain lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK), sejumlah perguruan tinggi juga telah membangun infrastuktur riset yang terbuka untuk pihak luar. Beberapa infrastuktur itu di antaranya Indonesia Medical Research Care Facilities (IMERI) UI, Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi (PPNN) ITB, Infrastruktur Kampus Socio-Entrepreneurial UGM, serta Pusat Unggulan Teknologi dan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Menurut Tatang, fasilitas riset atau laboratorium berbagi pakai banyak diterapkan di negara-negara maju. Persaingan tidak terlalu tampak karena mereka meyakini bahwa laboratorium yang berbagi pakai dapat mendukung dan meningkatkan kualitas para peneliti.
Tatang mengatakan, meningkatkan infrastruktur riset berbagi pakai dari LPNK ataupun perguruan tinggi juga akan membangun komersialisasi dari industri. Perguruan tinggi dapat membangun kerja sama dengan melakukan program pelatihan khusus untuk perusahaan. Adapun industri membuat inovasi, perusahaan rintisan (start-up), dan pekerjaan individu lainnya melalui inkubator perguruan tinggi serta techno park.
Dukungan pendanaan
Kepala Subdirektorat Pengelolaan Proyek dan Aset Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Kementerian Keuangan Agus Laksono menyatakan, dari sisi dukungan pendanaan, alokasi SBSN proyek untuk infrastruktur riset sejak 2018 sampai saat ini telah mencapai Rp 2,15 triliun. Dukungan pendanaan ini semakin bertambah setiap tahun. Tahun 2021, pendanaan untuk infrastruktur riset dari SBSN mencapai Rp 892 miliar.
”Saat ini riset tidak hanya menjadi hak istimewa dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), tetapi juga kementerian dan lembaga lain punya fokus pengembangan yang hampir sama. Ini perlu disikapi dan disinergikan agar tidak ada fasilitas riset yang dibangun ganda dan menjadi tidak optimal,” katanya.
Kepala Pusat Pemanfaatan dan Inovasi Iptek LIPI Yan Rianto mengemukakan, LIPI memiliki sejumlah infrastruktur riset terbuka, di antaranya kebun raya, laboratorium untuk pengembangan biomaterial, laboratorium alat kesehatan molekuler, laboratorium teknologi tepat guna, serta laboratorium karakterisasi lanjut fisika, kimia, mineral, dan metalurgi.
Sejumlah infrastruktur riset LIPI juga telah dibangun dari dana SBSN. Infrastruktur pertama yang dibangun dengan dana SBSN adalah Laboratorium Biosafety Level 3 (BSL-3) di Cibinong, Bogor. Adapun infrastruktur lainnya yang tengah dibangun adalah Pusat Koleksi Keanekaragaman Hayati Indonesia untuk penyimpanan spesimen hayati, baik botani, mikroba, maupun zoologi dan bioimaging dari pemindaian 2 dan 3 dimensi.
LIPI juga tengah membangun laboratorium genomik biodiversitas dan lingkungan terintegrasi (IGBE) yang ditargetkan dapat beroperasi Agustus mendatang. Infrastruktur ini digunakan untuk riset whole genome sequencing (WGS), pengembangan dan manipulasi sel, biokatalis, bioproses, serta bioassay.
Selain itu, infrastruktur riset lain yang masih dikembangkan LIPI antara lain Green House Display di Cibinong untuk koleksi tanaman seluruh Indonesia, Bandung Advanced Sciences and Creative Engineering Space untuk laboratorium teknik terpadu, laboratorium pangan tradisional terintegrasi berstandar dan halal di Yogyakarta, serta laboratorium geodiversitas di Kebumen.