Kebutuhan zat gizi harus tercukupi, baik zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak maupun gizi mikro seperti zat besi, kalsium, asam folat, dan vitamin. Pasien Covid-19 pun agar meningkatkan asupan protein.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Mempertahankan pola makan dengan gizi seimbang sangat penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang baik. Gizi yang baik ini semakin dibutuhkan selama masa pandemi, baik pada orang yang sehat maupun yang sudah terinfeksi virus penyebab Covid-19.
Dokter Spesialis Gizi Sheena RA di Jakarta, Kamis (8/7/2021) mengatakan, kecukupan kebutuhan energi harus diperhatikan bagi setiap pasien Covid-19. Selain itu, kebutuhan zat gizi harus tercukupi, baik zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak maupun gizi mikro seperti zat besi, kalsium, asam folat, dan vitamin.
“Tidak ada satu jenis makanan ataupun minuman yang sangat baik yang dapat mencegah atau mengobati Covid-19. Setiap makanan yang dikonsumsi harus menjadi bagian dari diet sehari-hari dengan komposisi gizi yang seimbang,” ucapnya.
Menurut dia, konsumsi gizi seimbang bertujuan untuk mempertahankan status gizi seseorang agar tetap baik. Itu juga bermanfaat untuk menjaga status imunitas seseorang.
Bagi orang yang sedang terinfeksi virus, termasuk virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19, kecukupan protein harus juga diperhatikan. Protein menjadi sumber energi yag baik bagi sel-sel dalam membentuk sistem imun tubuh.
Karena itu, kata Sheena, asupan protein pada pasien Covid-19 perlu lebih banyak dibandingkan dalam kondisi sehat. Secara umum, konsumsi protein harian minimal 1,2 gram per kilogram berat badan per hari. Kandungan protein bisa didapatkan dari susu, telur, daging, dan kacang-kacangan.
“Yang tidak kalah penting yaitu memastikan asupan vitamin dan mineral dari sayuran dan buah-buahan juga tercukupi. Konsumsi sayur sebaiknya sekitar tiga sampai lima porsi per hari dan konsumsi buah sebanyak dua sampai tiga porsi per hari,” katanya.
Dalam upaya pemenuhan gizi seimbang, Kementerian Kesehatan pun sudah menerbitkan Panduan Gizi Seimbang pada Masa Pandemi Covid-19. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh, setidaknya ada empat cara yang harus diperhatikan. Cara itu meliputi, cukup tidur dan istirahat minimal enam jam sehari, olahraga minimal 30 menit sehari dan mendapatkan sinar matahari yang cukup selama 15 menit dalam sehari, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, serta menjaga jarak fisik dari orang lain.
Tidak ada satu jenis makanan ataupun minuman yang sangat baik yang dapat mencegah atau mengobati Covid-19. Setiap makanan yang dikonsumsi harus menjadi bagian dari diet sehari-hari dengan komposisi gizi yang seimbang. (Sheena RA)
Selain itu, makanan yang dikonsumsi juga sebaiknya yang mengandung zat gizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, seperti vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan Zinc. Vitamin A bisa didapatkan dari konsumsi wortel, kuning telur, ubi jalar, daun singkong, bayam, brokoli, dan minyak ikan.
Sementara vitamin C bisa diperoleh dari pepaya, stroberi, jeruk, tomat, jambu biji, dan kiwi. Vitamin A bisa didapatkan dari almond, minyak sayur, sayuran hijau, kacang hijau, dan kacang-kacangan lainnya. Untuk Zinc bisa ditemukan dalam bahan makanan seperti daging tanpa lemak, ayam, kerang, hati ayam, telur, keju, dan biji-bijian.
Guru Besar Ilmu Alergi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga Ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia Iris Rengganis mengatakan, vaksinasi merupakan upaya lain yang dibutuhkan untuk memberikan perlindungan dari penularan Covid-19. Sekalipun tidak bisa mencegah 100 persen, vaksinasi Covid-19 diharapkan dapat mengurangi risiko perburukan ketika tertular.
“Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, vaksin akan semakin efektif jika sudah mencapai kekebalan komunitas. Itu bisa dicapai jika setidaknya 70 persen dari penduduk kita sudah divaksinasi,” katanya.
Data Kementerian Kesehatan per 7 Juli 2021 menunjukkan, jumlah masyarakat yang sudah mendapatkan vaksinasi dengan dosis sebanyak 14,5 juta atau 35,9 persen dari target yang harus dicapai. Adapun target tersebut sebesar 181,5 juta penduduk. Jumlah itu harus dicapai agar kekebalan komunitas bisa terbentuk.
Iris menyampaikan, cakupan vaksinasi yang masih rendah di Indonesia mengharuskan masyarakat untuk tetap ketat dalam menjalankan protokol kesehatan. Selain itu, upaya lain seperti istirahat cukup serta menghindari stres juga perlu diperhatikan agar imunitas tubuh tetap terjaga.
Hal ini pula yang harus diperhatikan oleh para tenaga kesehatan yang bertugas untuk melayani pasien Covid-19. Risiko penularan menjadi semakin tinggi karena paparan virus yang semakin banyak di tengah lonjakan kasus yang terus terjadi.
Sekretaris Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Ade Arianti Anaya mengatakan, peningkatan kasus yang sangat signifikan pada pasien Covid-19 menyebabkan kebutuhan obat juga meningkat tajam. “Kebutuhan obat meningkat sampai lima kali lipat dan tidak diikuti dengan kenaikan ketersediaan obat menjadi lima kali lipat,” katanya.
Ia menyampaikan, Kementerian Kesehatan kini telah berupaya untuk memberikan layanan konsultasi kesehatan jarak jauh (telemedicine) gratis bagi pasien Covid-19, terutama pada orang tanpa gejala dan gejala ringan yang harus menjalani isolasi mandiri. Layanan yang diberikan ini berupa layanan konsultasi gratis dan pemberian obat gratis yang bisa langsung diantar ke rumah.
Isolasi mandiri
Pasien yang bisa menjalani isolasi mandiri yaitu pasien yang tidak bergejala, gejala ringan, serta memiliki lingkungan rumah atau kamar yang memadai. Hal itu sesuai dengan yang tertulis dalam Buku Panduan Isolasi Mandiri yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi).
Pada kondisi normal, pasien dikatakan tanpa gejala apabila frekuensi napas terhitung 12-20 per menit dengan tingkat saturasi oksigen lebih dari 95 persen. Frekuensi napas bisa dicek dari tarikan napas yang dilakukan.
Sementara tingkat saturasi oksigen bisa diketahui melalui alat oksimeter. Karena itu, pasien yang menjalani isolasi mandiri perlu menyediakan oksimeter dan termometer untuk mengukur suhu tubuh. Pemeriksaan suhu tubuh dan saturasi oksigen perlu dilakukan dua kali sehari setiap pagi dan malam.
Terkait dengan pengobatan, pasien bisa mengonsumsi vitamin C, vitamin D, dan Zinc sesuai dengan anjuran dokter. Pasien tanpa gejala biasanya akan melakukan isolasi selama 10 hari sejak terkonfirmasi positif Covid-19 dan pada pasien gejala ringan melakukan isolasi selama 10 hari sejak timbul gejala dengan ditambah tiga hari berikutnya bebas gejala.
Untuk kegiatan harian, orang yang menjalani isolasi mandiri diharapkan membuka jendela kamar setiap hari agar matahari bisa masuk dan sirkulasi udara bisa baik. Pasien isolasi mandiri juga sebaiknya berjemur di bawah sinar matahari sekitar 10-15 menit antara pukul 10.00-13.00.
Protokol kesehatan seperti menjaga jarak, selalu menggunakan masker, dan rutin mencuci tangan tetap harus diperhatikan. Selain itu, lakukan olahraga rutin setidaknya tiga sampai lima kali seminggu dan secara teratur makan makanan dengan gizi seimbang.