Ganti Bungkus Daging Kurban dengan Kemasan Ramah Lingkungan
Pada perayaan Idul Adha, masyarakat bisa menggunakan daun pisang atau daun jati untuk membungkus daging. Jika terpaksa menggunakan plastik, gunakan plastik yang bisa beberapa kali dipakai untuk mengurangi sampah plastik.
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Plastik sekali pakai masih menjadi alat bungkus daging kurban yang paling banyak digunakan masyarakat selama perayaan Idul Adha. Akibatnya, sampah plastik meningkat signifikan. Karena itu, penggunaan kemasan daging kurban yang lebih ramah lingkungan perlu terus didorong.
Indonesia menjadi negara kedua penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut ada 10,17 juta ton sampak plastik atau 15 persen dari total produksi sampah Indonesia pada 2019 yang mencapai 67,8 juta ton. Jumlah sampah plastik 2019 itu meningkat signifikan, naik hampir dua kali lipat dibandingkan setahun sebelumnya yang mencapai 5,4 juta ton.
”Sebanyak 70-80 persen sampah plastik mengalir ke laut,” kata Direktur Eksekutif Belantara Foundation Sri Mariati dalam taklimat media peluncuran gerakan Kurban Asyik Tanpa Sampah Plastik, Kamis (8/7/2021).
Sebanyak 70-80 persen sampah plastik mengalir ke laut. (Sri Mariati)
Memang tidak ada data pasti berapa jumlah sampah plastik yang dihasilkan selama rangkaian perayaan Idul Adha dari 10-13 Zulhijah, saat ibadah penyembelihan dan pembagian hewan kurban dilakukan. Namun, banyaknya hewan kurban yang disembelih dan daging kurban yang dibagikan bisa memberikan gambaran.
Studi Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Dompet Dhuafa menyebut potensi ekonomi kurban secara nasional pada 2020 mencapai Rp 20,5 triliun yang berasal dari 2,3 juta pekurban se-Indonesia. Saat itu, sebanyak 1,9 juta ekor kambing atau domba dan 452.000 sapi atau kerbau dikurbankan. Jumlah hewan yang dikurbankan itu menghasilkan daging sebanyak 117.000 ton.
”Tahun 2021 ini, potensi ekonomi kurban secara nasional diproyeksikan mencapai Rp 18,23 triliun, sedikit berkurang dibandingkan tahun sebelumnya akibat pandemi,” kata Manajer Umum Advokasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa Arif Rahmadi Haryono.
Beberapa tahun terkahir, sejumlah lembaga amal dan pengelola daging kurban sudah mengganti penggunaan plastik sekali pakai untuk bungkus daging kurban dengan kemasan yang lebuh ramah lingkungan, seperti besek bambu atau rotan. Masyarakat di daerah bisa menggunakan daun pisang atau daun jati untuk bungkus daging. Jika terpaksa menggunakan kemasan plastik, gunakan plastik yang bisa beberapa kali dipakai sehingga bisa mengurangi jumlah sampah plastik.
Proses pengurangan penggunaan plastik sebagai bungkus daging kurban itu memang dilakukan bertahap. Di masa lalu, kantong plastik berwarna hitam banyak jadi pilihan. Adanya dorongan untuk lebih memperhatikan aspek kesehatan daging kurban membuat kantong plastik hitam itu banyak diganti dengan plastik putih atau bening. Kini dengan makin meningkatnya kesadaran lingkungan, dorongan penggunaan kemasan ramah lingkungan juga didorong.
Selain memiliki dimensi keagamaan, kurban juga memiliki makna ekonomi, mendorong kedermawanan, dan meningkatkan gizi masyarakat. ”Ibadah kurban juga bisa memiliki dampak lingkungan dengan meminimalkan sampah plastik yang digunakan,” kata Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia Hamid Abidin.
Meski demikian, upaya mengganti bungkus plastik dengan kemasan ramah lingkungan itu, diakui Arif, tidak mudah. Kemasan ramah lingkungan pun mahal dan kadang sulit dicari. Karena itu, gerakan pengurangan sampah plastik ini perlu dilakukan terus-menerus, tidak bergantung pada momentum Idul Adha saja.
”Hal yang utama dari gerakan ini adalah mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat masyarakat untuk mengurangi sampah plastik. Penggunaan plastik sekali pakai itu berdampak besar bagi lingkungan sehingga tidak selaras dengan semangat keagamaan kita,” katanya.
Untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, Sri menilai peran pemerintah sangat besar. Pemerintah bisa memberikan pengurangan pajak (tax deduction) atau cuti pajak (tax holiday) bagi perusahaan yang menggunakan kemasan ramah lingkungan. Insentif itu bisa diberikan dari pajak tinggi yang dikenakan pada perusahaan yang masih menggunakan plastik sekali pakai tidak ramah lingkungan.
Sementara itu, imbauan KLHK untuk mengganti penggunaan plastik sebagai bungkus daging kurban dengan kemasan yang lebih ramah lingkungan juga perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah yang memiliki kendali langsung pada masyarakat. Imbauan ini juga akan berdampak lebih besar jika ada imbauan serupa dari Kementerian Agama.