Keberlanjutan Ekowisata Juga Ditentukan Kesiapan Pengunjung
Wisatawan berperan penting dalam menjaga kelangsungan ekowisata karena mereka berada langsung di lokasi dan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Keberadaan mereka akan meninggalkan pengaruh pada kondisi setempat.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan ekowisata ke depan sangat penting sebagai upaya pemulihan ekonomi. Namun, pengembangan ekowisata saat ini dinilai baru fokus terhadap aspek kelembagaan. Padahal, peran wisatawan yang teredukasi saat mengunjungi destinasi ekowisata juga sangat penting untuk membuat lingkungan setempat tetap terjaga.
Pengajar Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata IPB University Eva Rachmawati menjelaskan, ekowisata dilaksanakan pada lokasi yang masih alami. Namun, berbeda dengan wisata alam, ekowisata memiliki aspek edukasi dan interpretasi yang ditujukan tidak hanya bagi pengunjung, tetapi juga masyarakat dan pengelola.
”Ekowisata biasanya dikelola oleh operator dan untuk grup kecil. Jadi, sulit menyebut destinasi tersebut suatu ekowisata jika sudah didatangi oleh banyak orang,” ujarnya dalam webinar bertajuk ”Geliat Ekowisata di Tengah Kenormalan Baru bagi Generasi Muda”, Sabtu (26/6/2021).
Apa pun yang dilakukan wisatawan akan meninggalkan jejak atau berdampak langsung pada lingkungan tersebut.
Dalam pengembangan ekowisata, kata Eva, perlu juga mengurangi dampak negatif terhadap alam dan sosial budaya pada masyarakat setempat. Peran pengunjung atau wisatawan sangat penting dalam menjaga atau mengurangi dampak negatif tersebut. Sebab, destinasi terbatas tersebut tidak bisa dijaga dengan baik jika hanya mengandalkan peran pengelola atau petugas.
Eva memandang, pengembangan ekowisata saat ini masih fokus terhadap aspek kelembagan, seperti institusi pemerintah, akademisi, hingga media. Sementara turis atau wisatawan masih kerap diabaikan dan jarang dijadikan sebagai aspek penting dalam pengembangan ekowisata.
Menurut Eva, wisatawan berperan penting dalam menjaga kelangsungan ekowisata karena mereka berada langsung di lokasi dan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Ini membuat apa pun yang dilakukan wisatawan akan meninggalkan jejak atau berdampak langsung pada lingkungan tersebut sehingga edukasi dan pemahaman sangat diperlukan.
Selain itu, menurut Eva, wisatawan destinasi ekowisata juga harus menyembunyikan tempat tersebut atau tidak terlalu mengeksposnya di media sosial. Sebab, masyarakat Indonesia cenderung ingin mendatangi tempat-tempat eksotis khususnya lokasi yang viral di media sosial.
”Beberapa waktu lalu ada seorang selebgram (selebriti Instagram) yang mengunggah foto sedang berada di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Setelah itu, jalan ke taman nasional tersebut macet dan beberapa fasilitas rusak,” ucapnya.
Direktur Wisata Minat Khusus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Alexander Reyaan menjelaskan, merujuk pada Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO), ekowisata yang berkelanjutan merupakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, sumber daya lingkungan, dan dampak terhadap masyarakat sekitar.
Strategi pengembangan
Alexander menyatakan, dalam mengembangkan ekowisata, Kemenparekraf menetapkan empat pilar, yakni destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan. Kelembagaan menjadi pilar terpenting untuk mengembangkan ekowisata yang berada di luar wilayah konservasi dan dilindungi. Sebab, ekowisata di luar kawasan konservasi masih dikelola masyarakat desa sehingga kurang terjaga dengan baik.
Terkait dengan strategi pengembangan ekowisata ke depan, Kemenparekraf akan fokus pada aspek produk, promosi, sumber daya manusia (SDM), dan adaptasi baru. Langkah pengembangan produk dilakukan melalui penyusunan pola perjalanan, pendampingan, dan interpretasi atau storytelling.
Pada aspek promosi akan dilakukan pula kerja sama dan kolaborasi dengan mengikuti kegiatan internasional ecotourism travel mart. Sementara dalam aspek adaptasi baru, Kemenparekraf juga menerapkan panduan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan (CHSE) pada aktivitas wisata di destinasi ekowisata.
Alexander mengakui, strategi mengembangkan ekowisata ke depan sangat penting sebagai upaya pemulihan ekonomi. Sebab, menurut data UNWTO, Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (WTTO), serta analis penerbangan Official Airline Guide (OAG), kedatangan wisatawan internasional pada 2019 dan 2020 mengalami penurunan 30 persen akibat pandemi. Frekuensi penerbangan global pada 2020 juga mengalami penurunan hingga 51 persen.