Pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak dan anak balita. Dengan masuknya vaksinasi pneumokokus konjugasi atau PCV ke dalam program imunisasi dasar lengkap diharapkan menekan kasus penyakit itu pada anak.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Betumpal (1,5 tahun), bayi dari kelompok Orang Rimba di wilayah Terab, Batanghari, menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher, Jambi, Jumat (10/4/2015). Perawat memberikan bantuan pengasapan atau nebulisasi sebagai bentuk terapi pada bayi pasien yang menderita bronkopneumonia atau radang pernapasan dan paru ini.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menargetkan vaksinasi pneumokokus bisa masuk dalam program imunisasi dasar lengkap secara nasional pada tahun 2022. Secara bertahap, vaksinasi ini mulai dilaksanakan pada Juni 2021 di 14 wilayah di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, setidaknya dari lima juta bayi yang lahir setiap tahun terdapat 500.000 anak tertular pneumonia. Dari jumlah itu 30.000 orang di antaranya harus dirawat.
”Angka ini sangat besar. Padahal, mereka bisa berkontribusi bagi negara dalam 20-30 tahun ke depan. Karena itu, vaksinasi PCV (vaksin pneumokokus konjugasi) menjadi penting sebagai langkah preventif,” tuturnya dalam acara Pencanangan Nasional Introduksi Imunisasi PCV di Gresik, Jawa Timur, yang diikuti secara daring dari Jakarta, Selasa (22/6/2021).
Budi menuturkan, di tengah gencarnya vaksinasi Covid-19, imunisasi dasar lengkap harus tetap dilaksanakan sesuai jadwal. Adapun jenis vaksin yang diberikan dalam program imunisasi dasar lengkap, antara lain, hepatitis B, polio, BCG, DTP, Hib, campak, dan varisela.
Kompas
Petugas kesehatan dari Puskesmas Cisimeut dibantu dokter dari Puskesmas Leuwidamar memeriksa kesehatan anak-anak Baduy di Kampung Cisadane, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (3/3/2012). Sepanjang Sabtu ditemukan empat anak penderita penyakit bronkopneumonia atau radang paru-paru, dan dua di antaranya dalam kondisi berat.
Tiga jenis
Pemerintah menargetkan akan ada tiga jenis vaksin lain yang akan diberikan dalam program imunisasi dasar, yakni PCV, HPV, dan rotavirus. Diharapkan tiga vaksin tersebut bisa diberikan secara menyeluruh kepada seluruh anak Indonesia mulai tahun 2022.
”Jadi (pemberian vaksin), bukan seleksi, melainkan menyeluruh. Karena kita percaya, itu lebih efisien kalau intervensi di primary care (layanan primer) bukan secondary care (layanan lanjutan). Lebih efisien kalau di preventif bukan kuratif. Penguatan primary care ini merupakan salah satu reformasi kesehatan yang kita lakukan,” ujar Budi.
Terkait dengan program imunisasi PCV, Indonesia telah menerima 1,6 juta dosis pertama vaksin PCV melalui mekanisme AMC (Advance Market Commitment). Pembelian dari mekanisme ini dilakukan secara langsung dari Divisi Pengadaan Global Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef) dengan harga yang lebih terjangkau.
Sebelumnya, program demonstrasi imunisasi PCV telah dilaksanakan pada 2017-2019 di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Bangka Belitung. Dalam kurun waktu tersebut, cakupan imunisasi lebih dari 80 persen dan tidak ada laporan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang serius. Untuk mencapai kekebalan komunitas dari pemberian vaksin PCV, cakupan imunisasi setidaknya harus mencapai 95 persen dengan pemberian dosis lengkap.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Betumpal (1,5 tahun), bayi dari kelompok Orang Rimba di wilayah Terab, Batanghari, diduga mengalami gizi buruk. Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher, Jambi, Jumat (10/4/2015), memeriksa berat badan penderita bronkopneumonia atau radang paru ini hanya 7,5 kilogram.
Imunisasi bertahap
Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi R Rondonuwu mengatakan, imunisasi PCV akan dilaksanakan secara bertahap di seluruh wilayah Indonesia. Pelaksanaan introduksi imunisasi PCV diawali di delapan wilayah yang berada di Provinsi Jawa Timur pada Juni 2021 dan enam wilayah di Provinsi Jawa Barat pada Juli 2021.
”Sasaran diberikan kepada bayi usia dua bulan untuk dosis pertama dan selanjutnya dilengkapi dengan dosis kedua pada usia tiga bulan dan dosis ketiga yang dilanjutkan pada usia 12 bulan,” ujarnya.
Vaksin PCV diberikan untuk mencegah terjadinya pneumonia pada anak. Pneumonia atau radang paru akut bisa disebabkan infeksi virus atau bakteri. Infeksi itu merusak jaringan paru sehingga penyaluran oksigen dalam tubuh terganggu sehingga berisiko menyebabkan kematian.
Sasaran diberikan kepada bayi usia dua bulan untuk dosis pertama dan selanjutnya dilengkapi dengan dosis kedua pada usia tiga bulan dan dosis ketiga yang dilanjutkan pada usia 12 bulan.
Perburukan kondisi bisa terjadi karena kekebalan tubuh bayi dan anak balita rendah. Pada bayi, risiko terjadi pneumonia semakin besar apabila bayi tersebut tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) secara eksklusif, terpapar asap rokok, terpapar asap dalam ruangan, kurang gizi, terinfeksi HIV, dan memiliki penyakit kronis seperti penyakit ginjal kronis.
KEMENTERIAN KESEHATAN
Kasus pneumonia anak di Indonesia.
Kementerian Kesehatan pada 2019 mencatat, terdapat 153.987 kasus pneumonia pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dan sebanyak 314.455 kasus pada anak berusia 1-5 tahun. Adapun jumlah kematian anak akibat penyakit ini 550 kasus. Indonesia berada di peringkat ke-7 dunia sebagai negara dengan beban pneumonia tertinggi.
Spesialis Imunisasi Unicef Mohammad Ruhul Amin menuturkan, penyakit pneumonia dapat dicegah dengan vaksinasi. Bakteri pneumococcus yang telah teridentifikasi pada 49,5 persen kasus pneumonia di Indonesia dapat dicegah dengan vaksin PCV.
Meski begitu, vaksin ini menjadi pelengkap dalam upaya pencegahan pneumonia. Upaya lain tetap harus diutamakan, seperti pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran, manajemen kasus yang tepat, serta mencegah faktor risiko seperti paparan polutan dalam ruangan dan asap rokok.
”Seiring dengan program vaksinasi, sistem kesehatan khususnya layanan puskesmas harus diperkuat untuk mengatasi penyakit pneumokokus secara holistis. Penguatan sumber daya juga dibutuhkan untuk mewujudkan rencana perluasan dan peningkatan pemanfaatan vaksin PCV di Indonesia,” tutur Ruhul.