Fasilitas Kesehatan Kewalahan, Kematian Meningkat
Jumlah kasus Covid-19 di sejumlah daerah melonjak. Hal itu menyebabkan fasilitas kesehatan kewalahan. Situasi darurat tersebut mesti segera diantisipasi dengan langkah komprehensif.
JAKARTA, KOMPAS — Lonjakan pasien Covid-19 terus melonjak tinggi menyebabkan rumah sakit dan tempat isolasi kewalahan. Pasien dengan gejala berat yang butuh penanganan segera kesulitan mendapatkan perawatan sehingga korban jiwa meningkat tinggi.
Laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kasus harian di Indonesia bertambah 12.624 kasus pada Kamis (17/6/2021), merupakan rekor tertinggi sejak 30 Januari 2021. Sementara jumlah korban jiwa bertambah 277 orang, menjadi rekor tertinggi sejak 3 April 2021.
Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikeluarkan pada 16 Juni, selama 7 Juni hingga 13 Juni, jumlah kematian akibat Covid-19 di Indonesia meningkat menjadi 0,45 per 100.000 penduduk dibandingkan dengan 0,41 per 100.000 pada minggu sebelumnya.
Tingkat kematian karena Covid-19 dikhawatirkan terus meningkat karena keterisian tempat tidur di rumah sakit secara nasional terus meningkat.
Baca juga Titik Lonjakan Covid-19
Dokter spesialis emergensi yang menjadi sukarelawan LaporCovid-19, Tri Maharani, mengaku kesulitan merujuk pasien sejak tiga hari terakhir, padahal banyak pasien yang kondisinya memburuk. ”Mencari ICU (ruang perawatan intensif) lebih sulit lagi,” katanya.
Misalnya, salah seorang pasien di Pondok Kacang Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten, meminta bantuan untuk mencarikan rumah sakit kepada LaporCovid-19, Rabu (16/6/2021) pukul 20.30, dengan saturasi oksigen tinggal 86 persen. Sebelumnya, pasien sudah ditolak di sejumlah rumah sakit karena penuh, sedangkan puskesmas setempat juga kesulitan merujuk pasien dan tidak bisa mengirim ambulans.
Tri Maharani dan timnya telah menghubungi hampir seluruh rumah sakit di Jabodetabek untuk merujuk pasien. Namun, tidak ada lagi ruang perawatan yang tersedia. ”Semuanya penuh sampai hampir tengah malam mencari,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Alin Hendarlin Mahdaniar, yang dimintai bantuan, juga kesulitan mendapatkan ruang perawatan untuk pasien. ”Keterisian rumah sakit di Tangsel sudah 70 persen, tetapi biasanya ruang perawatan akan segera diisi oleh yang sudah antre di IGD,” tuturnya.
Hingga tengah malam, saat kondisi pasien menurun, Tri akhirnya berhasil merujuk pasien ke salah satu IGD rumah sakit di Kota Tangerang. Namun, hingga Kamis pagi, pasien masih tertahan di IGD karena ruang perawatan juga penuh.
Baca juga: Batasi Mobilitas Masyarakat di Wilayah Kesatuan Epidemiologis
Kesulitan akses pasien ke rumah sakit juga menyebabkan pasien meninggal di perjalanan. LaporCovid-19 melaporkan adanya pasien di asal Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yang meninggal pada Selasa (15/6/2021) setelah tidak mendapatkan tempat perawatan di rumah sakit. Sebelum meninggal, pihak keluarga mendatangi lima rumah sakit, tetapi semua penuh.
Bisa memburuk
Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Adib Khumaidi mengkhawatirkan, layanan kesehatan mendekati kolaps karena jumlah pasien melebihi kapasitas. Apalagi, pascalebaran ini juga terjadi peningkatan kasus non-Covid-19, seperti diare, tifus, penyakit kardiovaskular, hingga sindrom metabolik.
Untuk mengantisipasinya, dia mengusulkan agar dibangun integrasi rumah sakit, penambahan sumber daya manusia medis melalui subsitusi dan sukarelawan. Selain itu, dibutuhkan pemeriksaan berkala kepada para tenaga kesehatan sebagai upaya perlindungan, selain juga menyediakan alat perlindungan diri yang memadai.
Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, mengkhawatirkan, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia belum mencapai puncaknya. ”Kalau situasi ini tidak segera direspons, kematian di rumah-rumah atau di luar rumah sakit akan banyak, selain tingkat keparahan yang meningkat,” ujarnya.
Dicky berharap ada keputusan cepat yang diambil oleh pemerintah pusat dan daerah untuk mencegah meluasnya penularan, di antaranya dengan memperkatat pembatasan sosial. ”Keputusan ini akan menyelamatkan banyak nyawa,” katanya.
Kalau situasi ini tidak segera direspons, kematian di rumah-rumah atau di luar rumah sakit akan banyak, selain tingkat keparahan yang meningkat.
Laporan WHO menunjukkan, selama satu pekan terakhir terdapat sejumlah provinsi yang mengalami peningkatan jumlah kasus mingguan lebih dari 50 persen, yaitu Papua (967 persen), Sulawesi Tenggara (205 persen), DKI Jakarta (123 persen), Sulawesi Selatan (82 persen), Maluku (81 persen), Maluku Utara (81 persen), Jawa Tengah (73 persen), Gorontalo (62 persen), Banten (61 persen), DI Yogyakarta (61 persen), Jambi (58 persen), dan Jawa Timur (52 persen).
Selain itu, terpantau ada peningkatan transmisi komunitas. Terdapat tiga daerah yang dikategorikan memasuki penularan komunitas level 3, yaitu Kepulauan Riau yang memiliki angka kejadian Covid-19 per 100.000 penduduk 84,4, DKI Jakarta sebesar 73,1, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 61,2. Penularan komunitas level 3 berarti ada risiko tinggi infeksi Covid-19 untuk populasi umum berdasarkan jumlah kasus yang ditemukan secara lokal dan tersebar luas dalam 14 hari terakhir.
Baca juga: Kota Bandung Kritis Covid-19, Keterisian Rumah Sakit Hampir 90 Persen
Situasi pandemi Covid-19 di sejumlah daerah, seperti Jawa Timur, memburuk. Itu terlihat dari penambahan 722 kasus baru, Kamis (17/6/2021), terutama akibat lonjakan kasus di Bangkalan dan sejumlah kabupaten/kota lainnya di Jatim. Karena itu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memberlakukan penyekatan lalu lintas dan kewajiban tes antigen bagi semua pengendara dari Pulau Madura.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyampaikan, sejumlah strategi disiapkan untuk mengatasi lonjakan kasus Covid-19. Pemerintah menerapkan kebijakan 75 persen karyawan bekerja dari rumah pada wilayah zona merah. Selain itu, kegiatan ibadah dan pesta pernikahan di wilayah dengan zona merah harus ditiadakan.
Peningkatan kasus yang terjadi pekan keempat setelah Lebaran 2021 ini lebih tinggi daripada peningkatan kasus pada 2020. Pada 2020, kasus naik 93,11 persen pada minggu keempat setelah Idul Fitri dan pada 2021 kenaikan kasus 112,22 persen.
Karena itu, pemerintah daerah diminta menguatkan penanganan Covid-19 sampai ke level terkecil di masyarakat. Masyarakat perlu meningkatkan kedisiplinan melakukan protokol kesehatan.
Pembatasan mobilitas penduduk dilakukan sejumlah daerah. Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, misalnya, memantau pergerakan warga yang datang dari luar kota untuk menekan penyebaran Covid-19. Adapun Pemerintah Kota Pekalongan mewajibkan orang-orang yang akan masuk ke daerah itu menunjukkan surat keterangan bebas Covid-19.
Vaksinasi massal
Sebagai bagian dari pengendalian pandemi, pemerintah mulai gencar menggelar vaksinasi massal di tempat dengan mobilitas dan interaksi masyarakat tinggi, seperti terminal, pelabuhan, dan stasiun. Kamis (17/6/2021) pagi, pengguna jasa commuter line di Stasiun Bogor, Jawa Barat, mendapat suntikan vaksin Covid-19.
Presiden Joko Widodo menyaksikan vaksinasi massal di Stasiun Bogor. Presiden menginginkan percepatan vaksinasi di tempat-tempat dengan interaksi dan mobilitas tinggi, seperti stasiun kereta, terminal bus, bandara, dan pelabuhan. ”Kita ingin memberikan prioritas bagi penumpang KRL, penumpang kereta api, ataupun pekerja di stasiun untuk melindungi mereka dari Covid-19,” kata Presiden.
Sementara itu, sekitar 64.000 dosis vaksin AstraZeneca dari Sulawesi Utara diberikan ke Kepulauan Riau agar vaksin tak terbuang akibat kedaluwarsa. Kecepatan vaksinasi Sulut baru 10.157 suntikan per hari. Menurut juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Sulut, Steaven Dandel, Sulut kesulitan menjangkau warga lanjut usia. (CAS/TAN/BRO/ETA/DKA/XTI/NCA/OKA/NDU/HAM)