Varian baru virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 berada di balik lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Tanah Air dalam dua pekan terakhir.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Varian baru SARS-CoV-2 yang lebih menular berada di balik lonjakan kasus di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Kudus, Jawa Tengah, dan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Varian yang dominan terutama adalah B.1.617.2 atau varian Delta yang pertama kali ditemukan di India dan varian B.1.1.7 atau Alpha yang pertama diidentifikasi di Inggris.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, di Jakarta, Minggu (13/6/2021), mengatakan, dari 34 spesiemen dari Kudus yang diperiksa menggunakan teknik whole genome sequencing (WGS) 28 di antarannya positif varian Delta. ”Pemeriksaan dilakukan oleh laboratorium Universitas Gadjah Mada,” katanya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilaporkan Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM Ova Emilia kepada Kementerian Kesehatan, disebutkan pemeriksaan WGS terhadap spesimen dari Kudus ini dilakukan pada 7 Juni 2021 dengan amplicon-based. Spesimen diterima pada 5 Juni 2021.
Dari 34 spesimen itu, ditemukan 28 subvarian Delta B.1.617.2. Subvarian ini diketahui yang paling menular dari tiga varian yang awalnya ditemukan di India. Selain itu, juga ditemukan 6 varian B.1.
Nadia mengatakan, pemeriksaan genomik terbaru di Jakarta juga menemukan dominasi varian Delta, selain varian Alpha. ”Di Jakarta ditemukan 24 varian Alpha dan 19 varian Delta,” katanya.
Prediksi ini tidak menyenangkan. Tapi ini konsekuensi kita gagal menangani penularan.
Sementara itu, laporan dari Laboratorium Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) kepada Kementerian Kesehatan menunjukkan, 34 spesimen dari laboratorium asal Salatiga yang diperiksa genomiknya pada 11 Juni menunjukkan semuanya positif varian Delta.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian Delta sebagai ”varian yang menjadi perhatian” pada 11 Mei 2021. Artinya, varian tersebut bisa lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah, melemahkan pengobatan, hingga menghindari respons imun atau gagal didiagnosis dengan tes standar.
Varian Delta adalah yang keempat yang dinyatakan sebagai ”varian yang menjadi perhatian” oleh WHO. Varian lainnya adalah Alpha, yang pertama kali terlihat di Inggris, Beta yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, dan Gamma yang pertama kali ditemukan di Brasil.
Seperti dilaporkan Public Health England (PHE) pada Jumat (7/5/2021), varian Delta memiliki kecepatan transmisi setara dengan varian Alpha. Sementara, laporan PHE pada Jumat (4/6/2021) menyebutkan, varian Delta dapat menyebabkan peningkatan risiko rawat inap dibandingkan varian Alpha dan varian-varian lain. Analisis terhadap 38.805 kasus di Inggris menunjukkan bahwa varian Delta meningkatkan 2,61 kali risiko rawat inap dalam 14 hari dibandingkan dengan varian Alpha.
Lebih tinggi
Temuan adanya dominasi varian baru yang lebih menular terjadi seiring dengan lonjakan kasus yang terus terjadi. Penambahan kasus Covid-19 harian di Indonesia telah mencapai 9.868 pada Minggu (13/6/2021) sehingga secara akumulatif mencapai 1.911.358 kasus.
Korban jiwa akibat Covid-19 juga bertambah 149 orang sehingga totalnya mencapai 52.879 orang. Sementara itu, kasus aktif di Indonesia mencapai 113.388 dengan adanya penambahan 5.064 kasus baru, sedangkan korban yang sembuh bertambah 4.655.
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, memprediksi, kenaikan kasus di Indonesia bakal lebih tinggi dibandingkan Januari lalu. ”Prediksi ini tidak menyenangkan. Tapi ini konsekuensi kita gagal menangani penularan,” katanya.
Pandu mengatakan, faktor utama yang memicu penularan adalah perilaku manusia. Dipicu tingginya mobilitas saat arus mudik dan balik, kini kluster keluarga menjadi dominan. ”Di Jakarta, hampir 50 persen sekarang kluster keluarga,” katanya.
Tingginya mobilitas terjadi bersamaan dengan penyebaran varian baru yang lebih menular. Di sisi lain, kepatuhan terhadap protokol kesehatan juga menurun. ”Padahal, varian baru ini lebih menular dan sudah saatnya memakai masker dobel,” katanya.
Menurut Pandu, semua kombinasi dalam penanggulangan pandemi harus dilakukan. Penerapan protokol kesehatan saja, meliputi memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, tidak lagi cukup. Vaksinasi saja juga tidak bisa. Harus ada upaya peningkatan tes, lacak, dan penguatan layanan kesehatan juga.