Meningkatnya kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Indonesia dalam hampir sebulan terakhir dipicu oleh varian baru Covid-19 yang pertama kali diidentifikasi di negara lain.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Varian baru SARS-CoV-2 yang lebih menular berada di balik lonjakan kasus di sejumlah daerah di Indonesia, seperti di Kudus, Jawa Tengah dan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Varian yang dominan terutama adalah B.1.617.2 atau Delta yang pertama kali ditemukan di India dan varian B.1.1.7 atau Alpha yang pertama diidentifikasi di Inggris.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, di Jakarta, Minggu (13/6/2021), mengatakan, dari 34 spesimen dari Kudus yang diperiksa menggunakan teknik whole genome sequencing (WGS), 28 di antarannya positif varian Delta. ”Pemeriksaan dilakukan oleh laboratorium Universitas Gadjah Mada (UGM),” katanya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilaporkan Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM Ova Emilia kepada Kementerian Kesehatan, disebutkan bahwa pemeriksaan spesimen dari Kudus ini dilakukan pada 7 Juni 2021. Spesimen diterima pada 5 Juni 2021.
Sementara pemeriksaan genomik terbaru di Jakarta juga menemukan dominasi varian Delta, selain varian Alpha. ”Di Jakarta ditemukan sebanyak 24 varian Alpha dan 19 varian Delta,” kata Nadia.
Berdasarkan laporan dari Laboratorium Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) kepada Kementerian Kesehatan menunjukkan, sebanyak 34 spesimen dari laboratorium asal Salatiga yang diperiksa genomiknya pada 11 Juni menunjukkan semuanya positif varian Delta.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian Delta sebagai ”varian yang menjadi perhatian” pada 11 Mei 2021 bersama dengan varian Alpha, Beta, dan Gamma. Artinya, varian tersebut bisa lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah, melemahkan pengobatan, hingga menghindari respons imun atau gagal didiagnosis dengan tes standar.
Seperti dilaporkan Public Health England (PHE) pada Jumat (7/5/2021), varian Delta memiliki kecepatan transmisi setara dengan varian Alpha. Sementara laporan PHE pada Jumat (4/6/2021) menyebutkan, varian Delta dapat menyebabkan peningkatan risiko rawat inap dibandingkan dengan varian Alpha, dan varian-varian lain. Analisis terhadap 38.805 kasus di Inggris menunjukkan bahwa varian Delta meningkatkan 2,61 kali risiko rawat inap dalam 14 hari dibandingkan dengan varian Alpha.
Secara terpisah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengirimkan pesan gambar kepada Kompas berisi informasi bahwa dari 72 sampel SARS-CoV-2 dari Kudus terdapat 62 sampel varian Delta (86,11 persen).
”Ingat, varian baru sudah masuk di Kudus. Catat itu, sudah masuk. Artinya, (ini penyebab) kenapa penularan cepat sekali. Masyarakat mesti sadar betul. Saya usulkan, kalau perlu, orangtua, warga lansia, anak-anak, lima hari di rumah saja. Jangan keluar rumah. Keluar rumah kalau betul-betul penting saja,” kata Ganjar.
Ganjar menuturkan, dengan telah terdeteksinya varian Delta di Kudus, perlu ada peningkatan pemeriksaan, pelacakan, dan perawatan (3T), serta memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5M). ”(Juga) menyiapkan tambahan tempat tidur untuk ICU, RS, dan isolasi terpusat,” katanya. Ia juga mendorong pengetatan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.
Lonjakan kasus Covid-19 di Kudus terjadi dalam tiga pekan terakhir. Ada penambahan 3.994 kasus sejak 23 Mei 2021.
Menurut data Pemkab Kudus yang dimutakhirkan Sabtu (12/6/2021), terdapat total 10.525 kasus positif Covid-19 dengan rincian 2.342 orang dirawat atau isolasi (kasus aktif), 7.322 orang sembuh, dan 861 orang meninggal.
Protokol kesehatan
Dalam sepekan terakhir lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, dan belum mereda sampai sekarang. Dalam delapan hari terakhir, terdapat penambahan 490 pasien Covid-19 dengan kematian 43 orang. Pasien bertambah berkisar 61-62 orang dengan kematian 5-6 orang per hari.
Namun, situasi tersebut tidak terlalu merisaukan warga Bangkalan. Seorang warga Bangkalan, Mochamad Irfan (45), mengaku melihat tetangga dan masyarakat desa di Kecamatan Arosbaya cenderung abai protokol kesehatan terutama memakai masker. ”Masih dianggap aneh kalau pakai masker, padahal ya tahu itu untuk kesehatan,” katanya saat ditemui di sela kewajiban tes antigen di Jembatan Suramadu, kemarin.
Ingat, varian baru sudah masuk di Kudus. Catat itu, sudah masuk. Artinya, (ini penyebab) kenapa penularan cepat sekali. Masyarakat mesti sadar betul.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, Pemerintah Jawa Timur dan Pemkab Bangkalan perlu segera menempuh kebijakan tegas di luar PPKM berskala mikro.
Kebijakan PPKM yang bergantung pada kesigapan gugus tugas di tingkat kampung tangguh semeru setingkat RT, RW, dusun, atau kelurahan/desa dinilai belum efektif.
Sayangnya, Pemprov Jatim dan Pemkab Bangkalan belum bisa memutuskan apakah akan mengambil kebijakan lebih tegas lainnya seperti, misalnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Rumah sakit
Peningkatan kasus Covid-19 setelah libur Lebaran 2021 membuat keterisian rumah sakit naik signifikan. Rumah sakit pun diminta meningkatkan rasio tempat tidur untuk pasien Covid-19 dari 20 persen menjadi 40 persen.
Keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar pada Minggu (13/6/2021) mencapai 68 persen. Jumlah itu meningkat drastis dibandingkan dengan sehari sebelum Lebaran pada 12 Mei yang hanya 29 persen.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar, terdapat enam daerah dengan keterisian rumah sakit di atas 80 persen. Keenam daerah itu adalah Kabupaten Purwakarta dengan 92,33 persen, Kabupaten Tasikmalaya (92,31 persen), Kabupaten Bandung (88,02 persen), Kabupaten Bandung Barat (84,62 persen), Kota Bandung (84,56 persen), dan Kabupaten Karawang (81,75 persen). (BRO/ETA/TAM/DIT/RTG)