Intensitas Hujan Berkurang di Indonesia Bagian Selatan
Intensitas hujan di wilayah selatan Indonesia, terutama Nusa Tenggara dan sekitarnya, mulai berkurang. Musim kemarau telah melanda daerah tersebut sejak Mei lalu.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Musim hujan di wilayah Indonesia kemungkinan besar masih berlangsung pada bulan Juni 2021 untuk wilayah Indonesia bagian utara. Namun, untuk wilayah di selatan Indonesia, terutama Nusa Tenggara dan sekitarnya, musim kemarau telah melanda sejak Mei lalu.
Terbentuknya monsun Australia telah mengurangi intensitas hujan di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur sejak Mei 2021. Penurunan hujan juga dipicu oleh melemahnya La Nina.
”Sebagaimana pada bulan April, hujan yang terbentuk selama bulan Mei lebih banyak dibangkitkan oleh penguatan aktivitas sirkulasi diurnal, juga penjalaran gelombang Madden Julian Oscillation,” kata peneliti Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Erma Yulihastin, di Jakarta, Jumat (11/6/2021).
Pantauan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), selama Mei 2021, hujan di darat pada dasarian I dan II hanya terkonsentrasi di beberapa wilayah, yaitu sebagian Sumatera, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi dan Papua. Pada dasarian III, hujan di darat berkurang signifikan karena konsentrasi hujan hanya terjadi di wilayah perairan barat Samudera Hindia dan timur Indonesia.
”Pengurangan hujan yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh anomali konvergensi, yaitu dengan pembentukan pusat tekanan rendah siklonik yang terpusat di Samudra Hindia bagian utara,” katanya.
Sekalipun sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau sejak Mei 2021, analisis Lapan menunjukkan, sebagian wilayah Maluku, Papua, dan Sulawesi bagian tengah dan utara mempunyai probabilitas tinggi untuk curah hujan deras pada Juni 2021.
Pengurangan hujan yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh anomali konvergensi.
Sebagian wilayah laut Sulawesi dan Maluku juga masih mempunyai kemungkinan tinggi untuk mengalami curah hujan deras hingga Oktober 2021. Probabilitas hujan deras yang tinggi kembali terlihat di Aceh dan wilayah pegunungan Papua mulai bulan September mendatang.
Menurut Erma, wilayah-wilayah yang perlu dipantau terhadap ancaman bencana hidrometerologi pada Juni 2021 adalah daerah pegunungan Sulawesi bagian tengah dan Indonesia bagian timur. Peluang hujan yang sangat tinggi di wilayah ini dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor.
Sebaliknya, menurut Erma, sebagian wilayah Sumatera bagian timur dan Kalimantan Tengah perlu dipantau mulai Juni 2021 karena mempunyai probabilitas tinggi untuk mengalami suhu tinggi di atas 32 derajat celsius.
Angin kencang dan gelombang laut yang tinggi kemungkinan besar terjadi di Laut Arafura pada Juni 2021, dan seluruh perairan selatan Indonesia pada bulan-bulan berikutnya. Laut Jawa juga diprediksi mengalami angin kencang pada bulan Juli hingga September 2021, dengan probabilitas antara 40 persen dan 80 persen.
Sirkulasi siklonik
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanti dalam peringatan kondisi cuaca tiga harian menunjukkan adanya sirkulasi siklonik di Samudra Pasifik utara Papua dan di Samudra Hindia barat Sumatera. Kondisi ini mengakibatkan munculnya daerah pertemuan kecepatan angin terpantau memanjang dari Sumatera bagian selatan hingga di Papua bagian tengah.
”Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut,” katanya.
Menurut Guswanto, wilayah yang berpotensi hujan lebat yang dapat disertai angin kencang pada Sabtu (12/6/2021) meliputi Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.