Gunakan Antibiotik Hanya untuk Penyakit akibat Infeksi Bakteri
Antibiotik harus digunakan secara bijak. Penggunaan yang tidak sesuai bisa memicu resistensi antibiotik yang meningkatkan angka kesakitan dan kematian. Pasien pun dirawat lebih lama dan dengan biaya lebih tinggi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada dasarnya, antibiotik digunakan untuk menghambat penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan tidak untuk penyakit akibat virus ataupun jamur. Sayangnya, masih banyak masyarakat, termasuk tenaga kesehatan, yang salah menggunakan antibiotik. Hal ini menyebabkan tingginya kasus resistensi antibiotik.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik dan infeksi di RSUD Dr Soetomo Surabaya, Erwin Astha Triyono, mengatakan, antibiotik harus digunakan secara bijak. Artinya, antibiotik hanya dikonsumsi dengan resep dokter, dosisnya juga harus sesuai dan harus dihabiskan, serta hanya digunakan untuk infeksi akibat bakteri.
”Jika tidak digunakan secara bijak, orang yang mengonsumsinya berisiko mengalami resistensi antibiotik. Ini menyebabkan tingkat kesakitan (morbiditas), kematian (mortalitas), lama rawat inap, dan biaya perawatan yang semakin tinggi,” ujarnya dalam webinar yang diikuti dari Jakarta, Kamis (10/6/2021).
Apabila resistensi sudah terjadi, bakteri yang menyerang orang tersebut akan kebal terhadap antibiotik yang awalnya efektif untuk pengobatan. Dengan begitu, tidak ada antibiotik lain yang bisa menyembuhkan penyakit yang dideritanya.
Umumnya, antibiotik digunakan untuk penyakit akibat infeksi bakteri, seperti demam tifoid, meningitis, tuberkulosis, difteri, disentri, infeksi saluran kemih, gonore, dan sifilis. Namun, antibiotik tidak perlu untuk penyakit akibat virus dan kuman, seperti demam dan flu. Penyakit akibat virus memiliki sifat bisa sembuh dengan sendirinya (self limiting disease).
Jika tidak digunakan secara bijak, seseorang berisiko mengalami resistensi antibiotik. Ini menyebabkan tingkat kesakitan (morbiditas), kematian (mortalitas), lama rawat inap, dan biaya perawatan yang semakin tinggi.
Erwin menuturkan, sosialisasi dan edukasi perlu dilakukan secara masif untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan penggunaan antibiotik yang bijak. ”Selain meningkatkan peran semua pihak, termasuk pemerintah, swasta juga bisa berperan untuk mendukung program pengendalian resistensi antibiotik. Peningkatan implementasi program pengendalian penggunaan antibiotik di semua fasilitas kesehatan juga penting untuk dilakukan,” tuturnya.
Perwakilan dari Yayasan Orangtua Peduli, Vida Parady, menambahkan, banyak pihak, termasuk tenaga kesehatan, belum peduli akan dampak dari resistensi antibiotik. Masih sering ditemukan tenaga kesehatan yang meresepkan antibiotik untuk penyakit akibat infeksi virus. Di sisi lain, pengetahuan masyarakat juga masih minim. Tidak sedikit masyarakat yang menilai antibiotik dapat dikonsumsi untuk mencegah sakit supaya tidak memburuk.
”Kami berharap pemerintah menerapkan peraturan dengan lebih tegas, misalnya melarang toko obat atau apotek menjual antibiotik tanpa resep. Penyedia layanan kesehatan kami harap juga dapat menekan peresepan antibiotik yang tidak rasional,” katanya.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdaaan Masyarakat Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Imran Agus Nurali menyampaikan, pemerintah telah menerbitkan pedoman umum penggunaan antibiotik. Pedoman ini bisa menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dalam meresepkan antibiotik pada pasien secara lebih tepat.
Kampanye penggunaan antibiotik yang bijak di masyarakat juga terus dilakukan. Masyarakat diimbau untuk tidak membeli antibiotik sendiri tanpa resep dokter. Selain itu, masyarakat juga tidak boleh menggunakan antibiotik untuk penyakit selain akibat dari infeksi bakteri.
Antibiotik juga tidak boleh disimpan di rumah. Sisa antibotik tidak boleh diberikan kepada orang lain. ”Inovasi pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan obat rasional termasuk antibiotik dilakukan melalui gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat. Tenaga kesehatan dan rumah sakit diharapkan bisa turut mendukung gerakan ini,” kata Imran.