Karangsambung-Karangbolong Disiapkan Menjadi Pusat Geodiversitas
Geopark atau Taman Bumi Karangsambung-Karangbolong di Kebumen, Jawa Tengah, akan dikembangkan. LIPI berharap taman bumi ini ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark ke depan.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI akan mengembangkan Taman Bumi Karangsambung-Karangbolong di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Beberapa hal yang akan dikembangkan meliputi aspek konservasi, edukasi, riset, pariwisata, dan pembangunan ekonomi kerakyatan. Kawasan ini menurut rencana didaftarkan sebagai UNESCO Global Geopark.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Ocky Karna Radjasa, Kamis (3/6/2021), mengatakan, untuk menunjang pengembangan UNESCO Global Geopark tersebut akan dibangun tiga gedung. Gedung-gedung tersebut berfungsi sebagai laboratorium geologi, ruang penyimpanan batuan, ruang pamer koleksi batuan, ruang belajar, dan penginapan.
Ketiga gedung dengan luas 12.874 meter persegi itu akan dibangun di lahan seluas 35.000 meter persegi. Sisa lahan seluas 22.126 meter persegi akan dibuat kebun raya.
Adapun waktu pembangunan dari tahun 2021 hingga 2022. Alokasi dana pembangunan mencapai Rp 150 miliar yang bersumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). ”Pembangunan bertujuan agar kawasan ini menjadi pusat geodiversitas (keragaman geologi) Indonesia,” ucap Ocky pada pertemuan daring.
Kawasan Karangsambung merupakan daerah pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Asia. Daerah ini merupakan jejak tumbukan yang terjadi antara 140 juta dan 90 juta tahun lalu (Kompas, 18/4/2006).
Pada 2006, kawasan ini ditetapkan sebagai cagar alam geologi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian, pada 29 November 2018, kawasan ini ditetapkan sebagai geopark atau taman bumi nasional.
Platform geologi
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko memaparkan, Taman Bumi atau Geopark Karangsambung-Karangbolong diharapkan menjadi platform geologi global yang terbuka untuk semua pihak. Selain riset dan edukasi, taman bumi ini juga dikembangkan sebagai tempat konservasi keanekaragaman geologi.
Geopark Karangsambung-Karangbolong nantinya dilengkapi fasilitas tempat penyimpanan yang bisa digunakan hingga 30 tahun ke depan. Fasilitas ini bisa digunakan untuk menyimpan batuan keras, lunak, fosil, mineral logam dan nonlogam, serta tanah. Handoko mengestimasi ada 33.600 sampel batuan yang akan ditampung per 10 tahun.
”Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pasal 40, ada ketentuan wajib serah dan simpan seluruh data primer. Kita akan kehilangan pengetahuan jika tidak disimpan,” kata Handoko.
Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Noor Cahyo Dwi Aryanto menjelaskan, pihaknya telah menyimpan batuan dan contoh sedimen dasar laut yang dikumpulkan selama puluhan tahun. P3GL mendukung Taman Bumi Karangsambung-Karangbolong dan siap bekerja sama.
Menurut Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Manusia (PPN/Bappenas) Subandi Sardjoko, pengembangan taman bumi berkontribusi 11 dari 17 poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Beberapa di antaranya mengurangi kemiskinan, kota dan komunitas yang berkelanjutan, serta pertumbuhan ekonomi.
Pengembangan taman bumi jadi salah satu strategi mempercepat pemulihan ekonomi. Ini karena taman bumi membuka peluang investasi beragam sektor, baik pariwisata, industri kreatif, hotel dan restoran, transportasi, maupun makanan dan minuman.
Masyarakat lokal pun terlibat. Sejumlah penduduk akan menyediakan akomodasi di rumah mereka. Hingga kini tercatat ada 144 tempat tidur. ”Masyarakat harus dilibatkan untuk konservasi dan mendapat manfaat ekonomi. Hal ini harus berkelanjutan hingga setelah Karangsambung ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark,” kata Subandi.
Menurut catatan UNESCO pada 2016, China memiliki 37 UNESCO Global Geopark (UGG) dan menarik 21 juta pengunjung per tahun. Spanyol dengan 12 UGG menarik 19 juta pengunjung per tahun, sementara Jepang dengan 9 UGG didatangi 6,5 juta orang per tahun.