Reaksi Pasca-Vaksinasi AstraZeneca Lebih Rendah di Usia Lanjut
Reaksi lokal dan umum yang terjadi setelah penyuntikan vaksin AstraZeneca semakin rendah pada usia yang lebih tua. Pada dasarnya, semua vaksin yang telah beredar sudah melewati standar WHO sehingga aman.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laporan di sejumlah negara menunjukkan proporsi kejadian ikutan pasca-imunisasi yang terjadi dari penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca lebih rendah pada kelompok usia lanjut. Selain itu, gejala yang dialami setelah pemberian suntikan kedua akan lebih ringan daripada gejala yang timbul saat suntikan pertama diberikan.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) Hinky Hindra Irawan Satari dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Yarsi di Jakarta, Jumat (28/5/2021). Meski ada laporan terkait dampak umur dan gejala dari pemberian vaksinasi Covid-19 AstraZeneca, tidak ada penggolongan umur dalam penggunaan vaksin tersebut.
Di sejumlah negara pun tidak ada rekomendasi yang menyatakan ada penggolongan umur dalam pemberian vaksinasi AstraZeneca.
”Di sejumlah negara pun tidak ada rekomendasi yang menyatakan ada penggolongan umur dalam pemberian vaksinasi AstraZeneca. Namun, tiap negara, seperti UK, Jerman, dan Spanyol memiliki data soal (gejala) itu. Ada juga disampaikan peringatan bagi kelompok usia 30-50 tahun. Untuk wanita muda di bawah 30 tahun juga diberikan pilihan vaksinasi jika ada alternatif lain,” tuturnya.
Sementara di Indonesia, kata dia, pemberian vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak diberlakukan pengolongan usia dari sasaran penerima. Hal ini juga sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehaatan Dunia (WHO) yang belum merekomendasikan pemberian vaksin berdasarkan penggolongan usia.
Juru bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi, menambahkan, pemerintah juga masih berpedoman pada rekomendasi WHO serta Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam pemberian vaksin. Vaksinasi yang tersedia saat ini bisa diberikan untuk masyarakat pada usia lebih dari 18 tahun.
Dari data di sejumlah negara yang disampaikan Hinky, reaksi lokal dan umum yang terjadi dari penggunaan vaksin AstraZeneca semakin rendah pada usia yang lebih tua. Untuk gejala lokal, persentase gejala lokal yang terjadi pada usia 18-55 tahun sebesar 88 persen. Jumlah ini semakin menurun pada usia yang lebih tua, yakni 73 persen pada 56-69 tahun dan 61 persen pada usia di atas 70 tahun.
Hal yang sama terjadi pada gejala umum yang terjadi, yakni 86 persen pada kelompok usia 18-55 tahun, 77 persen pada usia 56-69 tahun, dan 65 persen pada usia lebih dari 70 tahun. Selain itu, reaksi lokal dan umum biasanya akan lebih ringan dan jarang setelah dosis kedua.
Hinky menuturkan, sebagian besar reaksi simpang yang terjadi setelah pemberian vaksinasi AstraZeneca bersifat ringan sampai sedang. Biasanya reaksi itu muncul dalam kurun waktu tujuh hari setelah suntikan diberikan. Adapun reaksi yang muncul, seperti sakit kepala, mual, nyeri otot, nyeri sendi, lelah, demam, menggigil., serta bengkak dan nyeri pada tempat suntikan.
Sementara terkait dengan laporan terjadi pembekuan darah setelah mendapatkan vaksin AstraZeneca masih dalam penelitian dari para ahli di tingkat global. Meski begitu, kejadian yang dilaporkan juga termasuk kejadian yang sangat langka sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dalam pemberian vaksinasi.
”Yang terpenting ialah segera melaporkan ketika terjadi KIPI sehingga penanganan dan pertolongan bisa segera diberikan. Setiap tenaga kesehatan harus menginformasikan nomor hotline KIPI yang tertera di belakang kartu vaksinasi. Jika ada laporan, fasyankes (fasilitas layanan kesehatan) juga dokter yang menerima laporan harus cepat tanggap serta segera memberikan respons dan pertolongan,” kata Hinky.
Yang terpenting ialah segera melaporkan ketika terjadi KIPI sehingga penanganan dan pertolongan bisa segera diberikan.
Menurut dia, semua KIPI yang ditanggulangi dengan cepat tidak akan berakhir pada kondisi yang fatal. Pemeriksaan penunjang sebelum pemberian vaksinasi juga dibutuhkan untuk memastikan kondisi orang yang menjadi sasaran vaksinasi mendukung dan tidak berisiko.
Nadia mengatakan, masyarakat diharapkan tidak memilih jenis vaksin yang diberikan. Pada dasarnya semua vaksin yang terlah beredar sudah melewati standar WHO sehingga keamanan dan efikasinya sudah terjamin. Semua vaksin memiliki kemampuan untuk mencegah penularan Covid-19. Karena itu, semakin banyak masyarakat yang divaksinasi, semakin besar kemampuan untuk menekan laju penularan Covid-19.
”Penularan Covid-19 masih rentan terjadi di masyarakat sehingga langkah pencegahan melalui vaksinasi mejadi sangat penting. Namun, kita tidak bisa mengandalkan vaksin semata karena proses vaksinasi butuh waktu untuk mencapai kekebalan kelompok. Protokol kesehatan masih sangat diperlukan,” ucapnya.