Kematian karena Covid-19 di Indonesia 2,5 Kali Lipat Laporan Resmi
Berdasarkan hasil kajian, kematian karena Covid-19 di Indonesia lebih dari 2,5 kali lipat yang dilaporkan. Hal itu terjadi karena buruknya pelaporan pendataan dan keterlambatan surveilans.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perhitungan dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) University of Washington menyebutkan, kematian karena Covid-19 di Indonesia mencapai 118.796 orang hingga pertengahan bulan Mei 2021, lebih dari 2,5 kali lipat yang dilaporkan. Indonesia berada di urutan ke-17 di dunia yang memiliki jumlah kematian terbanyak karena Covid-19.
Dalam laporan IHME, perhitungan hingga 13 Mei 2021 secara global sudah ada 7,1 juta orang yang meninggal karena Covid-19. Jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dari data kematian global terkait Covid-19 yang dilaporkan secara resmi pada Jumat (21/5/2021) sebanyak 3,43 juta korban.
Sementara itu, jumlah kematian karena Covid-19 di Indonesia, dalam laporan ini disebutkan 118.796 korban. Jumlah ini mencapai 2,5 kali lipat lebih banyak dari laporan resmi pemerintah pada 13 Mei 2021 sebanyak 47.150 orang.
Epidemiolog Eijkman Oxford Clinical Research Unit (EOCRU), Iqbal Elyazar, mengatakan, perhitungan IHME ini sangat realistis. ”Angka kematian dari rumah sakit online dan pendataan oleh LaporCovid-19 berdasarkan laporan kematian di kabupaten/kota juga sekitar dua hingga tiga kali lebih banyak dari laporan resmi,” kata Iqbal yang turut menyimak pemaparan kajian IHME secara daring.
Laporan yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat, juga menunjukkan, kematian karena Covid-19 jauh lebih banyak secara global. ”Jumlah kematian setidaknya dua sampai tiga kali lebih tinggi dari yang dilaporkan secara resmi," kata Samira Asma, Asisten Direktur Jenderal WHO yang menangani data, dalam keterangan pers.
Jumlah kematian setidaknya dua sampai tiga kali lebih tinggi dari yang dilaporkan secara resmi.
Menurut laporan WHO, hingga 31 Desember 2020, jumlah total kematian global setidaknya 3 juta orang atau terdapat 1,2 juta lebih banyak dibandingkan kematian 1,8 juta yang dilaporkan secara resmi. Pada tingkat regional, perkiraan kematian berlebih untuk Amerika mencapai 1,46 juta orang dan 1,21 juta orang di wilayah Eropa pada tahun 2020, mewakili 60 persen dan 50 persen lebih banyak dari kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan di sana.
Kontribusi Covid-19
Iqbal mengatakan, perhitungan tingkat kematian Covid-19 oleh IHME ini didasarkan pada pencatatan tingkat kematian berlebih selama pandemi minggu demi minggu dibandingkan dengan tren dan musim sebelumnya. ”Angka ini baru kematian karena Covid-19. Kalau excess death (kematian berlebih) selama pandemi bisa lebih banyak lagi. Studi kami, dari 16.118 kematian berlebih selama sepuluh bulan pertama tahun 2020 di Jakarta, sebanyak 54 persen di antaranya dikontribusikan oleh Covid-19,” ujarnya.
Kematian berlebih, menurut IHME, dipengaruhi enam pendorong dari semua penyebab kematian yang terkait dengan pandemi. Enam penyebab tersebut yakni total angka kematian akibat Covid-19, yaitu semua kematian yang terkait langsung dengan infeksi Covid-19, peningkatan kematian karena perawatan kesehatan yang dibutuhkan tertunda selama pandemi, peningkatan mortalitas akibat peningkatan gangguan kesehatan mental termasuk depresi, peningkatan penggunaan alkohol, dan peningkatan penggunaan opioid.
Pada saat sama, selama pandemi terjadi penurunan kematian karena penurunan mobilitas dan angka kecelakaan. Selain itu, terjadi penurunan angka kematian karena berkurangnya penularan virus lain, terutama influenza, virus pernapasan, dan campak. Penurunan angka kematian disebabkan kondisi kronis, seperti penyakit kardiovaskular dan penyakit pernapasan kronis, karena individu tersebut meninggal lebih awal karena Covid-19.
Untuk memperkirakan dengan benar total kematian akibat Covid-19, para peneliti IHME memperhitungkan keenam pendorong perubahan kematian yang telah terjadi sejak dimulainya pandemi.
Dengan metode ini, mereka menghitung kematian karena Covid-19 di sejumlah negara. Negara dengan kematian tertinggi adalah Amerika Serikat, yaitu mencapai 912.345 kematian, hampir dua kali lipat dari angka yang dilaporkan pada 13 Mei sebesar 578.555 korban jiwa.
India berada di urutan kedua dengan 736.811 korban jiwa karena Covid-19, jauh lebih tinggi dibandingkan yang dilaporkan sebesar 248.016 korban. Brasil memiliki korban jiwa sebanyak 612.962 korban jiwa, dibandingkan yang dilaporkan sebanyak 219.372 orang.
Secara berurutan, negara dengan kematian terbanyak berikutnya adalah Inggris, Rusia, Inggris, Iran, Italia, Mesir, Afrika Selatan, Polandia, Peru, Ukraina, Perancis, Spanyol, Jerman, Indonesia, Meksiko, dan Romania.
Kematian di rumah
Menurut epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, berdasarkan analisisnya, korban jiwa karena Covid-19 di Indonesia bisa lebih tinggi lagi. ”Kematian akibat Covid-19 di Indonesia bisa dipastikan banyak yang terlewatkan daripada dilebih-lebihkan alias lebih banyak yang tidak terlaporkan,” tuturnya.
Hal ini terjadi karena buruknya pelaporan pendataan kita dan keterlambatan surveilans, menyebabkan orang yang terkena Covid-19 meninggal sebelum dites. Selain itu, perilaku masyarakat kita yang lebih memilih mengobati sendiri penyakit dan diam di rumah jika sakit. ”Pascalebaran ini, saya khawatir, kota dan daerah di Indonesia akan mengalami lonjakan kematian di rumah-rumah. Lonjakan kematian yang tidak wajar ini terutama disebabkan oleh adanya kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi dan tidak diobati,” ujarnya.